"Halo!" sapa Philip begitu pintu restorannya terbuka. "Sendirian? Julian masih belum kembali?"
"Dia bilang akan kembali minggu ini," jawab Sophie sambil berdiri di depan konter. "Aku butuh kafein, Philip. Semalam aku tidak bisa tidur karena Amelia demam tinggi. Hari ini aku menitipkannya pada ibuku agar aku bisa berangkat kerja."
"Dia juga baru saja dari sini, istrinya Julian itu," kata Philip sambil sibuk meracik kopi untuk Sophie. "Aku tidak tega melihatnya, setiap hari hanya duduk di sini tanpa benar-benar bisa menunjukkan diri pada suaminya bahwa ia ingin kembali."
"Kenapa kau mengasihaninya?" sungut Sophie. "Yang dia lalui saat ini belum setengah dari penderitaan yang dirasakan Julian karena pengkhianatannya."
"Mereka hanya tidak saling terbuka satu sama lain. Yang mereka lakukan saat ini justru saling menyakiti perasaan masing-masing. Padahal Julian terlihat lebih cerah setelah kedatangan wanita itu di kota ini."
"Aku tahu," gumam Sophie dengan pandangan menerawang. "Terkadang aku berpikir, apakah Julian memang hanya memiliki satu hati untuk satu perempuan, atau dia hanya terlalu bodoh? Dia tahu lukanya yang belum sembuh akan kembali terbuka saat bertemu Nate, tapi di saat yang sama hanya Nate yang bisa membuatnya merasa hidup kembali seperti sekarang. Aku tidak tahu bagaimana harus menyikapi keadaan itu."
"Dia cemburu padamu."
Sophie tertawa. "Aku tahu. Aku merasa senang sekaligus bersalah setelah mendengar dia dirawat di rumah sakit karena sikapku pada Julian. Dia bahkan tidak mau kutemui di rumah sakit. Julian sudah memberi tahuku bahwa sejak dulu Nate tidak pernah menyukai teman-teman wanitanya."
"Dia punya alasan sendiri untuk itu," kata Philip sambil menyodorkan gelas berisi kopi panas pada Sophie. "Selama mereka menikah, Julian bersikap terlalu baik pada rekan-rekan kerja wanitanya sehingga mereka salah paham. Tapi Julian selalu mengabaikan setiap kali Nate menegurnya. Bahkan terakhir kali Julian sempat dijodohkan dengan salah satu rekan kerjanya."
Sophie mengernyitkan dahi. "Apa?"
"Kenapa kau terdengar kaget? Julian melewatkan bagian itu saat bercerita padamu?" tanya Philip. "Nate memang berselingkuh, tapi bukan pria itu yang membuat dia mengakhiri pernikahan mereka."
Mulut Sophie terbuka, tetapi ia tidak bisa berkata-kata. Ia tidak pernah mendengar cerita itu dari Julian selama ini.
"Kita semua harus belajar untuk mendengarkan cerita dari segala sisi agar tidak melakukan kesalahan dalam bertindak," lanjut Philip. "Nate sedang mempertimbangkan untuk kembali ke UK. Sebelum dia pergi, ada baiknya kau mengatakan padanya hubunganmu dengan Julian yang sebenarnya."
Philip menyodorkan selembar tisu yang sudah diremas ke arah Sophie. Sophie membukanya dan membaca tulisan di tisu itu.
Hari ke-80
Aku ingin melihatmu lagi, walau itu akan jadi terakhir kalinya bagiku.
♤♡◇♧
Tillie, aku rindu. Bisa kita makan malam bersama sepulang kerja nanti?
Nate memandangi layar ponselnya, berharap pesan itu dari Julian alih-alih Sophie. Nate enggan membalasnya, apalagi setelah dia menolak bertemu dengan Sophie saat di rumah sakit. Julian sedang pergi, jadi apa yang wanita itu inginkan? Apakah akhirnya dia akan menunjukkan sifat aslinya saat Julian tidak ada?
Namun, Nate tidak menyangka Sophie akan mendatanginya ke klinik saat jam kerjanya berakhir. Wanita itu mengenakan blazer oranye dengan celana berwarna senada, dan sepatu berhak tinggi. Rambutnya digelung ke atas, memperlihatkan lehernya yang jenjang dan bersih. Wajahnya tetap terlihat cantik setelah seharian, sangat berbeda dengan Nate yang sudah kusam, dan hanya mengenakan sweater, celana jeans, serta sepatu kets. Nate sungguh iri saat ia mengingat Julian memiliki wanita sempurna seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because It's You
Romance⚠️[SEDANG DIREVISI]⚠️ ¤ Seri kedua dari Nothing Better (Than You) ¤ @WattpadRomanceID reading list Agustus 2022 kategori "Dangerous Love" Nate tidak menginginkan perpisahan dengan Julian, suaminya. Hidupnya berantakan sejak Julian meninggalkannya. D...