¤ 18 - Repay

2.2K 179 57
                                    

Nate dan Julian berjalan berdampingan tanpa saling bicara. Entah mengapa tiba-tiba Nate merasa canggung setelah pertengkaran mereka akhir-akhir ini.

"Aku kaget kau membalas pesanku semalam," kata Nate memulai pembicaraan. "Apa Sophie yang memintamu melakukannya? Termasuk datang menjemputku?"

"Kenapa kau berpikir dia yang menyuruhku?" Julian balik tanya.

"Karena kau begitu menurut dengannya."

"Aku tidak butuh siapa pun untuk menyuruhku membalas pesan atau menjemputmu dari tempat bekerja." Julian terdiam sesaat. "Walau pembicaraanmu dengannya memang mengubah beberapa hal."

Nate memandang Julian, menunggunya untuk melanjutkan ucapannya. Namun, pria itu tetap melanjutkan langkahnya menuju halte. Mereka duduk sambil menunggu bus dalam diam. Nate benci rasa penasaran seperti ini, tetapi ia tidak ingin terlalu menekan Julian, dan memilih untuk menunggu pria itu mengutarakannya sendiri.

Bus mereka akhirnya tiba. Saat Nate mengulurkan kartunya untuk membayar ongkos, Julian meraih lengan Nate, dan menempelkan kartunya sendiri. Setelah itu mereka pergi ke kursi bagian belakang, duduk di barisan kursi yang sama. Nate merasa gugup karena belum pernah duduk sedekat ini sejak mereka berpisah. Ia berkali-kali melirik tangan Julian yang seolah menggoda untuk dipegang. Namun, Nate berusaha sekuat tenaga untuk menahan dirinya.

"Kau mau makan malam?" tanya Julian, mengagetkan Nate.

Nate berdeham. "Ya, boleh juga."

Setelah memasuki Södermalm, Julian mengajak Nate turun di salah satu halte. Pria itu sempat merangkul bahu Nate saat mengajaknya berbelok ke salah satu jalan, membuat jantung Nate berdegup kencang.

"Di sini banyak restoran dengan makanan yang enak. Kau sudah pernah mencobanya?" tanya Julian.

Nate menggeleng. Dia hampir tidak pernah makan malam. Paling-paling membeli roti di mini market jika sudah terlalu lapar sebelum tidur.

"Kau tinggal di kota dengan pemandangan indah, seharusnya kau memanfaatkannya dengan lebih sering jalan-jalan. Mumpung Dad tidak ada di sini untuk melarangmu keluar."

Nate melirik Julian. Apa pria ini sedang meledeknya?

Mereka memasuki sebuah restoran dengan hiasan lampu kelap-kelip di depannya. Nate membiarkan Julian memesankan makanan untuknya karena ia masih belum mengenal masakan Swedia.

"Jadi, waktu itu kau mengunjungi flatnya?" tanya Julian tiba-tiba.

"Siapa?" Nate balik tanya.

"Temanku."

Nate mengernyitkan dahi. "Sophie?" tanyanya. Julian mengangguk. "Kenapa kau tidak langsung mengatakan 'Sophie' saja?"

"Kau pernah melarangku menyebut namanya di depanmu."

Nate tercengang. Astaga. "Aku baik-baik saja dengan Sophie sekarang. Kau boleh menyebut namanya."

"Tapi aku tidak baik-baik saja," sungut Julian. "Dia memarahiku sambil memukuliku karena ceritamu."

"Dia memukulimu?" ulang Nate kaget.

"Aku bercanda." Julian tersenyum melihat Nate merengut. "Dia memang memarahiku habis-habisan. Aku minta maaf karena sempat membuatmu salah paham dengan hubunganku dengannya. Aku sudah pernah mencoba menjelaskannya padamu, tapi kau tidak mau mendengarku."

Nate tidak menyahut. Obrolan mereka terhenti saat hidangan mereka datang. Julian menjelaskan makanan Nate yang terdiri dari potongan daging steak yang direbus pelan-pelan dan disajikan dengan kentang rebus. Menurut Julian, hidangan seperti ini umum disajikan di Swedia saat musim gugur atau memasuki musim dingin.

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang