¤ 27 - Can't Help It

1.9K 181 80
                                    

Nate tidur dengan lelap malam itu, begitu pula dengan Julian. Bahkan pria itu belum bangun hingga Nate berpamitan untuk berangkat kerja.

"Julian," panggil Nate sambil mengusap wajah Julian dengan lembut, membuat pria itu tersentak dari tidurnya. "Aku akan berangkat kerja sekarang. Aku juga sudah menyiapkan sarapan untukmu di meja."

"Oh ya, bawalah ini." Julian bangun lalu membuka laci nakas di sampingnya. "Kunci cadangan flatku, jadi kau tidak perlu menunggu di luar seperti semalam."

Nate memandangi kunci yang disodorkan Julian padanya. Ia sungguh tidak pernah membayangkan akan tiba hari Julian memercayakan kunci flatnya pada Nate. Padahal baru beberapa bulan yang lalu pria itu bahkan tidak mau membalas pesan darinya.

"Hati-hati di jalan," kata Julian, membuyarkan lamunan Nate. "Atau kau mau kuantar?"

Nate menggeleng. "Aku pergi dulu. Hubungi aku jika kau butuh sesuatu." Ia menyibakkan rambut Julian lalu mengecup dahinya. Pandangannya sempat terhenti di bibir Julian, tetapi akhirnya Nate hanya mengecup pipinya. Setelah itu ia bergegas pergi bekerja dengan wajah memerah.

Julian sedang melakukan pertemuan daring di ruang tamu dengan kliennya saat Nate pulang sore itu. Nate tersenyum melihat Julian masih mengenakan piamanya semalam, yang untunglah terlihat seperti kemeja. Ia membuatkan minuman jeruk peras lalu meletakkannya di meja, sementara Julian meliriknya dengan salah satu sudut bibir terangkat ke arahnya.

Nate pergi ke dapur untuk memeriksa bahan makanan yang sudah disiapkan Julian untuknya. Setelah melihat potongan ikan salmon di lemari es, Nate segera mengeluarkan ponselnya untuk mencari tahu cara memasak salmon. Diam-diam ia juga menghubungi Annie untuk bertanya padanya.

"Kau memasak salmon? Apa kebetulan kau sedang mengadakan acara penting?" tanya Annie, setengah meledek.

"Aku akan memasaknya untuk Julian," bisik Nate.

"Kau bersama Julian?!" Annie memekik. Kalau saja Annie ada di sampingnya, mungkin Nate harus menutup mulut kakaknya itu yang kini sedang menjerit dengan antusias itu. "Kau tidak pernah bercerita kalian sudah kembali bersama. Sejak kapan?"

"Kami tidak... maksudku, kami belum kembali bersama. Hubunganku hanya membaik dengannya."

"Tapi itu tetap kemajuan yang sangat baik, mengingat dia benar-benar memutus hubungan denganmu setelah kalian berpisah. Aku tahu penderitaanmu selama dia pergi, dan ternyata menyusulnya ke Stockholm adalah langkah yang tepat. Aku ikut bahagia untukmu, Tillie." Tiba-tiba Annie terdengar emosional.

"Berhenti memanggilku begitu dan cepat beri tahu aku cara memasaknya," tukas Nate dengan suara tertahan.

Setelah itu Nate sibuk di dapur sehingga ia tidak menyadari Julian telah selesai bekerja. Tiba-tiba pria itu sudah berada di belakang Nate, dengan hidungnya menempel di puncak kepala Nate, membuat jantung Nate berdebar tidak karuan.

"Terima kasih untuk semua waktu yang telah kau berikan padaku."

Nate bisa merasakan Julian mengecup kepalanya sebelum membelainya dengan lembut. Tiba-tiba Nate merasakan serangan bahagia, sedih, kecewa, gugup, dan semua emosi yang bercampur aduk di dadanya. Tangannya gemetar saat ia menyusun brokoli di atas piring.

"Makanlah kalau kau sudah selesai bekerja." Nate berbalik sambil membawa piring berisi salmon dan membawanya ke meja. Ia sengaja tidak berbalik ke arah Julian karena terlalu gugup untuk melihat wajahnya.

Julian mencuci tangannya di bak cuci piring kemudian duduk di meja makan. Ia mengawasi Nate memotong salmonnya menjadi potongan-potongan kecil agar lebih mudah memakannya. Nate menyantap makan malamnya sambil mendengarkan Julian bercerita tentang rencana pemasangan digital billboard di bagian selatan Swedia. Julian juga mengatakan kemungkinan ia akan jauh lebih sibuk setelah kembali bekerja di kantor. Ia meminta Nate untuk mengerti jika nantinya pria itu jarang memberi kabar padanya atau sulit ditemui.

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang