"Kau sudah mengantarnya sampai ke flatnya?" tanya Sophie dengan suara pelan begitu melihat Liam muncul di pintu kamar anak-anak.
Liam mengangguk. Sophie bangkit dari tempat tidur Amelia dengan hati-hati lalu mematikan lampu kamar. Ia dan Liam duduk di ruang tamu sambil menikmati kudapan malam. Sophie berkali-kali menghela napas saat menceritakan ulang kisah Nate tadi pada Liam.
"Aku benar-benar merasa bersalah padanya. Philip benar, seharusnya aku mendengar cerita dari segala sisi," kata Sophie. "Bukankah dulu kau juga menghujatnya dan mengatakan Nate tidak pantas untuk kembali pada Julian?"
"Ya, dia memang pantas untuk dihujat atas perbuatannya, apapun alasannya. Namun, bukan berarti Julian juga tidak bermasalah dalam hubungan mereka," balas Liam. "Aku sungguh-sungguh tidak mengerti. Dulu dia menolak semua gadis yang mendekatinya karena Tillie, tapi justru dia memperhatikan gadis lain setelah mereka menikah? Apa dia menyesal karena dulu melewatkan kesempatan bertemu gadis-gadis lain?"
Sophie mengangkat bahunya. "Hanya dia yang mengerti alasannya."
Sophie menyandarkan kepalanya di lengan suaminya. Pikirannya kembali mencerna informasi yang baru saja diterimanya, mencoba mereka ulang di dalam kepalanya. Tanpa sadar air mata menetes dari ujung matanya. Liam segera menoleh ke arah Sophie.
"Jika aku melakukan itu padamu, lebih baik kau tinggalkan aku alih-alih berselingkuh dariku," kata Liam sambil mengusap air mata di pipi Sophie. Sophie segera memukul lengannya.
"Tentu saja aku tidak akan membiarkanmu berbuat seperti itu padaku," balas Sophie.
Julian datang berkunjung ke tempat tinggal Sophie begitu ia kembali ke Stockholm. Pria itu membawakan mainan untuk Lucas dan Amelia.
"Lihat apa yang Paman Julian bawakan untuk kalian!" ujar Sophie, disusul sorakan dari kedua anaknya.
Setelah itu Julian menemani Lucas dan Amelia bermain puzzle, sementara Sophie memasak di dapur. Julian memang sering datang ke sana, jadi ia cukup akrab dengan anak-anak Sophie. Sayangnya, Liam sedang ada urusan mendadak hari itu, jadi dia tidak bisa ikut makan siang bersama mereka.
Saat Sophie berbalik untuk mengambil sesuatu di kulkas, dilihatnya Julian sedang memandang Amelia dengan pandangan menerawang. Selama ini Sophie mengira Julian hanya terpukau dengan kelucuan Amelia. Ia tidak tahu bahwa sebenarnya Julian memiliki putra yang hampir seusia Amelia jika anak itu masih ada. Pasti Julian sering membayangkan betapa kehidupannya akan sangat berbeda dengan kehadiran putra mereka, juga Nate di sisinya.
"Tadinya aku ingin mengajak Nate juga, tapi dia bilang dia mengurus bayi," kata Sophie saat mereka sedang menikmati pencuci mulut, sementara Lucas dan Amelia sudah kembali asyik bermain setelah menyelesaikan makan siang mereka.
Julian memandangi cheese cake di depannya tanpa menanggapi. Ia teringat pembicaraannya dengan Nate terakhir kali. Sebenarnya Julian bertanya-tanya jika Nate akan benar-benar pergi setelah semua ucapannya. Namun, tidak ada orang di sekitarnya yang memberi tahu Julian soal itu. Jadi, Julian yakin Nate masih berada di kota ini.
"Kau membencinya?" tanya Sophie tiba-tiba. Julian mendongak ke arahnya.
"Aku memang kecewa padanya, tapi aku tidak pernah membencinya," jawab Julian pelan.
"Lalu ada apa dengan 20 tahun? Bukankah itu sama saja dengan membuangnya jauh-jauh dari hidupmu?"
Kali ini Julian tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia sama sekali tidak menceritakan tentang itu pada siapa pun. "Kau bertemu dengannya?"
"Aku mengajaknya ke sini beberapa hari yang lalu."
"Jadi, sekarang kau berhasil dekat dengannya?" gumam Julian sambil menusuk kuenya dengan garpu. "Ah, dia pasti merasa lebih nyaman padamu setelah mengetahui kau sudah berkeluarga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because It's You
Romance⚠️[SEDANG DIREVISI]⚠️ ¤ Seri kedua dari Nothing Better (Than You) ¤ @WattpadRomanceID reading list Agustus 2022 kategori "Dangerous Love" Nate tidak menginginkan perpisahan dengan Julian, suaminya. Hidupnya berantakan sejak Julian meninggalkannya. D...