¤ 20 - Memories

2.1K 172 109
                                    

"Välkommen!" sapa Philip begitu Julian membuka pintu. "Kau datang di hari Minggu dan membawa seorang wanita?"

Nate meringis ke arah Philip, berharap pria itu mengerti isyarat darinya. Philip tersenyum begitu lebar, membuat Nate takut ia akan membocorkan rahasianya pada Julian sewaktu-waktu.

"Ini Nate. Aku sedang mengunjungi tempat kerjanya di dekat sini, jadi sekalian saja aku mampir," kata Julian. Ia mengajak Nate duduk di salah satu meja, sementara Philip segera keluar dari konternya untuk menghampiri mereka.

"Apa yang ingin kalian makan hari ini?" tanya Philip. Ia menoleh ke arah Nate. "Atau kalian ingin aku membuatkan apa saja, seperti biasa?"

Duh, ingin rasanya Nate bersembunyi di bawah meja. Julian mengangguk setuju.

"Ya, kami akan makan apa saja yang kau berikan," jawab Julian.

"Baiklah." Philip berbalik lalu kembali ke konternya.

"Kau sering datang ke sini?" tanya Nate, kura-kura dalam perahu.

"Lumayan. Aku paling sering ke sini untuk membeli kopi di pagi hari," jawab Julian. Kemudian ia menunjuk ke luar. "Kau lihat gedung di seberang itu? Itu kantorku."

Nate mengangguk-angguk. "Ooh, ternyata memang cukup dekat dengan tempat kerjaku, ya."

"Iya. Aku juga bisa melihat ke arah tempat ini dari meja kerjaku."

Nate terkesiap. Julian bisa melihat restoran ini dari mejanya? Mungkinkah pria itu juga pernah melihat Nate datang ke sini? Semoga saja itu tidak terjadi. Itu artinya Nate harus lebih berhati-hati setiap kali dia ke sini.

Tak lama kemudian Philip menyajikan dua piring daging panggang ke meja mereka. Nate berusaha mengalihkan pandangannya karena Philip tidak melepaskan mata darinya.

"Kelihatannya kau tidak asing," kata Philip sambil meletakkan secangkir teh hangat di depan Nate. Astaga, Philip.

Nate hanya menanggapinya dengan meringis ke arah Philip. Julian hanya tertawa, sementara Philip menepuk-nepuk bahunya. Setelah itu Philip kembali ke konternya agar Nate dan Julian bisa menikmati makan siang mereka.

"Apa aku juga boleh membantu pekerjaanmu?" tanya Julian setelah mereka selesai makan siang.

"Kau ingin melakukannya? Kupikir kau hanya ingin melihat bayi-bayiku." Nate balik tanya.

"Karena sepertinya menyenangkan. Lagi pula, aku punya banyak waktu luang. Tidak boleh?"

Tentu saja siapapun boleh ikut menjadi sukarelawan dalam sehari. Setelah meninggalkan restoran Philip—yang kali ini menggoda Julian untuk sering-sering membawa Nate ke sana, mereka kembali ke klinik dan memberi tahu Frida bahwa Julian ingin membantu.

"Kau harus memakai celemek agar jumper-mu tidak kotor nanti," kata Nate sambil menghampiri lemari penyimpanan celemek.

Setelah itu, Nate membantu Julian memakai celemeknya, dan mengikat bagian belakangnya. Julian juga menawarkan untuk memakaikan celemek Nate.

"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri." Nate menolak dengan cepat.

Namun, Julian sudah melingkarkan kedua lengannya di pinggang Nate, lalu membungkuk ke arahnya. Jantung Nate berdebar dengan cepat karena Julian begitu dekat dengannya. Ia bahkan bisa mencium aroma Julian, membuat Nate memejamkan matanya dengan gugup. Kenapa Julian tidak mengikatnya dari belakang seperti yang tadi Nate lakukan? Apa yang sedang dia coba lakukan?

"Kau mengganti parfummu," kata Julian di telinga Nate.

Julian menegakkan tubuhnya perlahan sambil menatap Nate. Mata mereka saling terkunci satu sama lain. Nate tahu ia takkan bisa menahan diri dengan wajah Julian begitu dekat dengan wajahnya. Tangannya mencengkeram bagian depan jumper yang dikenakan Julian.

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang