Nate membuka mata dan merasakan sakit di kepalanya karena tidurnya tidak tenang. Semalam ia tertidur saat sedang menonton film dengan Julian. Lalu, saat terbangun tengah malam, ia menemukan Julian sedang sibuk dengan ponselnya. Julian duduk di ujung tempat tidur sambil memunggunginya, jadi pria itu tidak menyadari diam-diam Nate mengawasinya. Julian duduk di sana cukup lama, entah siapa yang berkirim pesan dengannya. Ia baru menoleh ketika Nate memutuskan untuk berbalik di kasur dan menutup rapat tubuhnya dengan selimut. Nate mengabaikan saat Julian menaruh ponselnya di nakas lalu berbaring sambil memeluk punggungnya.
Tiba-tiba dada Nate terasa nyeri. Apa yang dia lakukan di sini? Sebagian dari dirinya ingin bersikap tidak peduli, dan tetap berjuang untuk memiliki Julian lagi, apapun yang terjadi. Namun, sebagian lagi merasa semua itu tidak ada artinya jika Julian berada di sisinya, sementara hatinya untuk perempuan lain.
Nate menyusut hidungnya yang mulai berair. Kemudian ia merasakan Julian merebahkan dahi di tengkuknya.
"Kau sudah bangun?" tanya Julian dengan suara parau. "Kenapa kau memunggungiku sepanjang malam?"
Nate tidak mau menjawab. Julian mendekapnya semakin erat dan mencium bahunya.
"Tidak bisakah kau katakan saja apa salahku? Aku tidak tahu harus bagaimana jika kau diam terus seperti ini," pinta Julian lirih.
Akhirnya Nate berbalik menghadap Julian. Ia menatap pria itu selama beberapa saat, mempertimbangkan apa yang harus dia katakan untuk menyimpulkan perasaannya saat ini.
"Apakah semua yang kau lakukan denganku ini hanya bersifat sementara?" tanya Nate. "Apakah setelah ini kau akan meninggalkanku untuk perempuan lain?"
Julian menatap mata Nate. Nate merasa cemas karena ia masih menemukan keraguan di sana.
"Bolehkah aku bicara jujur padamu?" Julian mengusap pipi Nate dengan jemarinya.
Nate mengangguk, walau ia tidak yakin ia siap dengan apapun yang akan Julian katakan.
"Hingga saat ini tidak ada perempuan yang bisa begitu memikat hatiku. Tempat ini masih kosong, entah sampai kapan. Kau boleh mengisinya untuk sementara waktu, jika kau tidak keberatan."
Nate terkesiap. Bukankah Julian hanya pernah mencintai Nate seumur hidupnya? "Kosong? Maksudmu... aku sudah tidak ada di sana?"
Julian menggeleng. "Kalau kau sudah tidak ada di sana, aku tidak akan berbaring di sini bersamamu."
Nate melingkarkan lengannya di leher Julian untuk mencium bibirnya. Pria itu menyambutnya sambil mendekap Nate ke arahnya.
"Aku rindu," bisik Julian di bibir Nate. "Ciumanmu, pelukanmu, aku rindu semua itu. Aku tidak bisa menahan diri setiap kali kau menyentuhku."
Tubuh Julian gemetar saat Nate membelai wajahnya. Pria itu sungguh-sungguh. Ada desir hangat sekaligus bergairah di hati Nate. Ia membenamkan bibirnya di bibir Julian, membiarkan pria itu membelai tubuhnya di balik piamanya.
"Bolehkah aku melepas rinduku padamu?" tanya Julian.
Nate mengangguk. Ia sendiri sudah tidak sabar menanti sentuhan Julian. Julian melumat bibir Nate dengan penuh gairah. Nate bisa merasakan 'serangan pagi' Julian menekan pahanya saat pria itu bergeser ke atas tubuhnya.
"Apa kau akan membuat tandamu lagi?" tanya Nate saat Julian mengecup lehernya.
"Mm-hm," balas Julian sambil menyesap kulit leher Nate.
Setelah itu Julian membuka kancing piama yang dikenakan Nate satu per satu. Nate bersyukur ini hari Minggu, jadi Julian tidak akan mengeluhkan terlambat pergi bekerja jika mereka benar-benar akan bercinta pagi ini. Bahkan Nate bersedia meluangkan waktunya sepanjang hari agar tetap bersama Julian seperti ini. Nate sudah merasa begitu bergairah dan ia tidak tahu apakah ia sanggup dengan godaan Julian seperti ini. Bagaimana jika mereka tidak bercinta seperti tempo hari?
KAMU SEDANG MEMBACA
Because It's You
Romance⚠️[SEDANG DIREVISI]⚠️ ¤ Seri kedua dari Nothing Better (Than You) ¤ @WattpadRomanceID reading list Agustus 2022 kategori "Dangerous Love" Nate tidak menginginkan perpisahan dengan Julian, suaminya. Hidupnya berantakan sejak Julian meninggalkannya. D...