Nate menggeliat. Ia merasa segar karena untuk pertama kalinya ia bisa tidur dengan nyenyak setelah beberapa tahun terakhir. Nate baru saja hendak bangkit ketika ia menyadari Julian sedang tidur di bahunya.
Astaga, bagaimana Nate bisa lupa Julian sedang bermalam di tempatnya? Pria itu terlihat begitu lelap hingga mulutnya sedikit terbuka. Menggemaskan sekali. Nate mematung, ia tidak berani bergerak karena takut membangunkan Julian. Jantungnya berdebar cepat karena mereka begitu dekat, bahkan Nate bisa mencium aroma pria itu.
Nate menyingkirkan helaian rambut dari dahi Julian dengan hati-hati. Julian tidak pernah tidur sambil bersandar padanya seperti ini saat mereka masih menikah dulu. Entah apa yang membuatnya begitu berani sekarang. Lalu, apa arti dari ucapannya semalam? Apa dia sedang pamer karena Nate tidak mengerti bahasa Swedia?
Entah berapa lama mereka berbaring seperti itu, tetapi Nate sama sekali tidak cemas ia akan terlambat pergi bekerja. Bahkan ia bersedia mengambil libur jika Julian meminta Nate untuk menemaninya.
Nate terlonjak kaget ketika ponsel Julian di nakas berbunyi. Siapa yang mengganggu pagi tenang mereka?
Julian menggeliat. "Bisa tolong ambilkan ponselku?" pintanya dengan suara parau.
Nate meraih ponsel Julian di sampingnya. Matanya melebar melihat nama Rachel di layarnya. Namun, Nate tetap menyodorkan ponsel itu tanpa berkomentar.
"Jam berapa sekarang?" gumam Julian sambil mengusap tombol tolak di ponselnya. "Hah? Sudah jam sepuluh? Oh, apa kau terlambat bangun karena aku?"
"Tidak, aku juga baru bangun," jawab Nate berbohong. Ia menyesal momen mereka berakhir karena Julian menarik diri darinya.
"Selamat pagi," sapa Julian sambil mengusap kepala Nate. "Kau bersiap-siap untuk bekerja saja, aku akan membuat sarapan."
Nate bangkit dengan murung karena ternyata Julian menyuruhnya untuk pergi bekerja. Pria itu sedang sibuk di dapur saat Nate keluar dari kamar mandi.
"Kenapa kau tidak bilang padaku kalau persediaan makananmu sudah habis? Aku bisa membawakannya lagi untukmu," tanya Julian.
"Kau tidak perlu repot-repot melakukannya," sahut Nate sambil merapikan meja untuk mereka makan.
"Tentu saja tidak repot. Biaya hidup di sini tinggi, jadi aku hanya membantu meringankan kebutuhanmu," balas Julian.
Tak lama kemudian mereka sudah duduk dengan roti panggang, telur orak-arik, sosis goreng, serta susu di depan mereka. Nate mengunyah makanannya sambil berkali-kali melirik ke arah Julian. Bisa sarapan bersama seperti ini lagi seolah mengisi kekosongan di hati Nate. Ia ingin tahu jika Julian juga merasa kesepian seperti dirinya setelah mereka berpisah.
"Semalam aku mendapatkan tidur terbaikku sejak aku pindah ke kota ini. Entah karena kasurnya yang nyaman atau karena aku sedang sangat kelelahan," kata Julian sambil menusuk sosisnya dengan garpu. Ia menoleh ke arah Nate. "Apa kau keberatan jika kapan-kapan aku datang untuk menginap lagi?"
Nate menggeleng dengan perasaan senang. Rupanya Julian juga merasakan hal yang sama dengannya. Nate mulai memikirkan apakah dia harus menyiapkan sikat gigi dan handuk untuk Julian kalau-kalau pria itu bermalam di tempatnya.
Setelah menyelesaikan sarapan kesiangan mereka, Julian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sementara Nate buru-buru berganti pakaian. Mereka pergi ke Norrmalm bersama-sama dengan bus, lalu Julian mengantar Nate hingga ke depan klinik.
"Apa kau ada kegiatan hari ini?" tanya Nate.
"Tidak ada. Paling-paling aku hanya istirahat di tempatku," jawab Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because It's You
Romansa⚠️[SEDANG DIREVISI]⚠️ ¤ Seri kedua dari Nothing Better (Than You) ¤ @WattpadRomanceID reading list Agustus 2022 kategori "Dangerous Love" Nate tidak menginginkan perpisahan dengan Julian, suaminya. Hidupnya berantakan sejak Julian meninggalkannya. D...