Julian menjatuhkan diri ke tempat tidur setelah makan malam. Ia melihat ke arah jam di tangannya dan mengira-ngira apakah Nate sudah tidur. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu menghubungi Nate. Tidak butuh waktu lama hingga wanita itu mengangkat teleponnya.
"Kau belum tidur?" tanya Julian.
"Ini kan belum jam tidur. Aku masih membaca buku," jawab Nate dari ujung telepon. "Kau sedang apa? Apa kau sudah makan malam?"
Mereka berbicara selama hampir satu jam. Julian baru saja mulai kembali bekerja dan ia sudah dikirim ke Gothenburg untuk perjalanan bisnis selama satu minggu. Ia tidak pergi sendirian, melainkan ditemani oleh seorang organisator, seorang desainer, serta Yvet, mahasiswi yang sedang magang di perusahaannya. Sebenarnya Yvet tidak memiliki peran khusus dalam perjalanan ini, tetapi ia diikutsertakan untuk membantu Julian karena lengannya belum sepenuhnya pulih.
Baru tiga hari sejak Julian pergi, dan ia sudah rindu dengan Nate. Yah, sebelumnya mereka memang tidak bertemu setiap hari, tetapi kali ini rasanya berbeda. Mungkin karena biasanya Julian bisa dengan mudah menemui Nate di rumah atau tempat kerjanya, sementara kini ia sedang berada di tempat yang berjarak lima jam dari Stockholm. Julian akan menghubungi Nate dan berbicara dengannya sebelum tidur. Ia merasa kembali ke masa-masa sebelum mereka menikah dulu, saling bertukar cerita lewat telepon karena tidak bisa bertemu.
"Bukankah sekarang cuacanya lebih dingin?" tanya Julian. "Tidur saja di tempatku, pemanasnya lebih baik daripada di tempatmu. Kau juga bisa menyalakan perapian."
"Aku tidak mau tidur di rumahmu sendirian," balas Nate.
"Kenapa? Apa kau lebih suka kutemani agar lebih hangat?" goda Julian.
Pintu kamar penginapannya diketuk. Julian turun dari tempat tidur dan membukanya. Yvet berdiri di depan pintu dengan kantong di tangannya.
"Maaf, Pak Stannard. Apa aku mengganggu waktu istirahatmu?" tanya Yvet.
"Tidak. Ada apa?" Julian balik tanya sambil menurunkan ponsel dari telinganya.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin memberikan ini padamu." Yvet menyodorkan kantong yang dibawanya pada Julian. "Aku baru kembali dari mini market, dan kupikir kau membutuhkan kudapan."
"Oh, baiklah. Terima kasih," kata Julian sambil menerima kantong itu.
Yvet melirik Julian sambil memilin jemarinya sendiri. "Apa kau butuh bantuanku?"
"Tidak ada. Kau bisa kembali ke kamarmu dan beristirahat."
"Kalau begitu, aku permisi dulu. Beri tahu aku jika kau butuh sesuatu."
Julian hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai jawaban. Ia menutup pintu dan menaruh kantong tadi di nakas.
"Siapa perempuan yang barusan bicara denganmu?" tanya Nate saat Julian menempelkan ponselnya kembali di telinga.
"Itu Yvet, gadis asal Norwegia yang kuliah di Uppsala dan sedang magang di kantorku. Sepertinya aku pernah menceritakannya padamu," jawab Julian sambil kembali berbaring di tempat tidur.
"Kau hanya pernah mengatakan kau dibantu oleh Yvet, tapi kau tidak pernah menyebutkan dia seorang mahasiswi."
"Ya, mungkin aku lupa menyebutkannya."
Nate tidak menyahut.
"Ayolah, Matilda. Aku tidak memberi tahumu sedetail itu karena dia bukan hal penting untuk kuceritakan. Dia hanya membantuku untuk urusan pekerjaan, oke? Kami bahkan tidak pernah makan bersama-sama," imbuh Julian.
"Lalu, kenapa dia mendatangi kamarmu jam segini?" Nate meninggikan suaranya.
"Dia hanya memberiku kudapan, tidak ada hal lain lagi. Kau tidak sedang cemburu dengannya, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because It's You
Romance⚠️[SEDANG DIREVISI]⚠️ ¤ Seri kedua dari Nothing Better (Than You) ¤ @WattpadRomanceID reading list Agustus 2022 kategori "Dangerous Love" Nate tidak menginginkan perpisahan dengan Julian, suaminya. Hidupnya berantakan sejak Julian meninggalkannya. D...