¤ 24 - Remorse

1.9K 178 83
                                    

"Julian, buka pintunya. Biarkan aku menjelaskan!" panggil Rachel sambil mengetuk-ngetuk pintu flat Julian dengan putus asa. "Julian, kau ingin aku menjelaskannya di sini, dan membuat semua tetanggamu tahu?"

Akhirnya Rachel mendengar suara kunci diputar. Namun, Julian hanya membiarkan pintunya sedikit terbuka, sementara ia menatap Rachel tajam dari celah pintunya.

"Pulanglah. Minta sepupumu itu untuk menjemputmu," ucap Julian dingin.

"Tunggu!" Rachel bergegas menahan pintu yang kembali menutup. "Kenapa kau seperti ini padaku, Julian? Kenapa kau lebih membela wanita itu daripada aku?"

"Kau sudah tahu jawabannya."

"Kau babak belur seperti ini demi dia. Apa kau masih mencintainya?"

"Ini bukan masalah perasaanku padanya. Kau telah membuat dia dalam masalah. Seharusnya kau dan Donald bersyukur aku tidak melaporkan kalian atas tindakan pelecehan. Sekarang, pulanglah."

"Aku melakukan itu karena aku mencintaimu!" Rachel terisak sambil memegangi gagang pintu. "Kau bertemu dengannya di belakangku, sementara aku tahu bagaimana perasaanmu padanya selama ini. Aku tidak ingin dia mengambilmu dariku. Aku ingin hanya aku yang ada di sisimu, hanya aku yang ada di matamu. Apa kau tidak mengerti perasaanku?"

Rachel memandang Julian dengan sendu. Biasanya Julian akan luluh dengan air matanya. Namun, kini pria itu hanya berdiri menatapnya.

"Jika kau sudah tahu bagaimana perasaanku, seharusnya sejak dulu kau tidak memaksakan diri," kata Julian. "Aku tidak pernah diambil dari siapapun, jadi berhenti mengatur perasaanku. Pulanglah. Jangan pernah temui aku lagi."

Kali ini Julian benar-benar menutup pintunya dan menguncinya kembali. Ia bisa mendengar Rachel masih memanggil-manggilnya sambil menggedor-gedor pintu. Jadi, Julian segera menghubungi Harold yang sedang menunggu di bawah.

"Kemari dan bawa Rachel pulang. Jika tidak, aku akan memanggil petugas keamanan karena telah membuat keributan," kata Julian pada Harold.

Julian duduk di sofa sambil memejamkan mata, menahan nyeri di lengannya yang berdenyut. Ia teringat saat Don berlutut di sampingnya dan meminta maaf usai mereka berkelahi.

"Aku tidak bermaksud melakukan ini, Stannard. Sungguh. Rachel yang meminta bantuanku," kata Don dengan napas tersengal.

"Aku tahu," engah Julian. "Tapi ucapanmu tentang Matilda, apa Rachel juga yang memintamu berkata begitu?"

"Aku akan meminta maaf pada Powell juga. Aku akan menghubunginya atau menemuinya untuk meminta maaf langsung padanya."

"Jangan berani-berani menghubunginya atau menemuinya lagi, walau aku ada di sana!" tukas Julian cepat. Ia tidak tahu Don tulus melakukannya, atau itu hanya akal-akalannya saja untuk rencana aneh lainnya, dan Julian tidak mau mengambil risiko.

"Tapi aku menyukainya..."

Julian mendengus. "Langkahi dulu mayatku."

Don menatap Julian. "Kau benar-benar masih mencintainya, ya?"

Julian tidak merespon. Don menghubungi Rachel yang langsung datang bersama Harold, menyaksikan Julian yang terbaring di karpet dengan lengan yang terluka. Mereka segera membawanya ke rumah sakit. Julian berdamai dengan Don, walau ia menambahkan tidak akan berhubungan dengan laki-laki itu lagi di masa depan.

Hari sudah hampir tengah malam saat Julian tiba di flatnya tadi. Julian menggertakkan giginya mengingat pemandangan yang dilihatnya saat ia datang ke flat Don tadi. Bagaimana Don mencium bibir Nate, berada di atas tubuhnya, dan bahkan menyentuh tubuh Nate di depannya. Julian menolak saat Don kembali menegaskan bahwa ia benar-benar ingin menjalin hubungan dengan Nate. Julian tahu ia bersikap egois, tetapi ia tidak bisa merelakan Nate bersama Don.

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang