¤ 19 - One Sweet Day

2.3K 157 90
                                    

From: Ju

Kau sudah tidur?

Nate melirik jam di ponselnya. Ini memang sudah pukul sembilan malam, tapi Julian kan tahu jam tidur Nate. Apa pria itu hanya berbasa-basi untuk membuka pembicaraan? Nate segera membalas pesan itu.

From: Ju

Boleh aku mampir?

Nate langsung terduduk di tempat tidurnya. Tentu saja boleh! Setelah membalas pesan itu, Nate segera berlari ke lemari untuk mencari pakaian. Mana bisa dia menemui Julian hanya dengan piama seperti ini? Sebaiknya pakai apa yang rapi, tapi tetap terlihat kasual? Apa Nate memakai kaus saja, ya?

Nate terlonjak kaget mendengar pintu unitnya diketuk dari luar. Astaga, apa Julian sudah sampai? Kenapa cepat sekali? Nate bahkan belum sempat berganti pakaian atau merapikan tempat tidurnya. Namun, karena tidak mau membuat Julian menunggu, Nate pergi untuk membukakan pintu.

"Hai," sapa Julian. Ia melirik piama dan rambut Nate yang berantakan. "Kau sudah tidur, ya?"

"Belum, kok. Hanya tidur-tiduran," jawab Nate malu sambil diam-diam merapikan rambutnya. "Kenapa kau cepat sekali sampai?"

"Aku sudah di depan saat mengirim pesan. Tadinya aku ingin memintamu turun membukakan pintu depan, tapi ada orang yang juga masuk ke sini. Jadi, aku mengikutinya dan langsung naik," tutur Julian. Ia menunjukkan bungkusan di tangannya. "Kau mau kue?"

Nate menerima bungkusan yang disodorkan Julian lalu mempersilakannya masuk. Julian membuka sepatunya lalu menaruhnya di rak. Ia sempat tertegun melihat sandal Nate.

"Itu... begini... sandal itu masih bagus dan hangat," kata Nate gugup.

"Kalau begitu, pakailah supaya kakimu tidak dingin." Julian mengambil sandal itu lalu menaruhnya tepat di depan kaki Nate. Setelah itu ia memandang berkeliling seolah-olah sedang memeriksa tempat itu. "Boleh aku melihat-lihat?"

"Ya, silakan saja," jawab Nate. Julian pergi ke dapurnya.

"Aku hanya memeriksa kondisimu lalu langsung membawamu ke rumah sakit saat pertama kali datang ke sini. Jadi, aku belum sempat melihat-lihat keadaan tempatmu," kata Julian sambil membuka kulkas Nate. "Kau benar-benar tidak memiliki apa-apa di sini. Apa kau tidak pernah makan? Setidaknya kau harus memiliki sesuatu untuk sarapan."

"Kadang-kadang aku sarapan, kok," balas Nate. Ia tidak bisa mengatakan bahwa ia biasa sarapan di restoran Philip.

Setelah itu Julian memeriksa kompor, kamar mandi, aliran air, pemanas, kunci jendela, hingga setiap sudut langit-langit kalau-kalau ada kebocoran. Julian bersikap seolah-olah dia akan menyewa tempat itu.

"Kau duduk di kursi saja. Aku akan menyiapkan kuenya dulu," kata Nate, sementara Julian pergi ke kamarnya.

Nate mengeluarkan dua buah piring kecil dari laci di bawah kompor. Ia sedang membuka kotak kue ketika teringat sesuatu. Julian terlalu diam. Apakah dia...

Nate buru-buru pergi ke kamarnya dan mendapati Julian sedang melihat pigura di tangannya.

"Jangan dilihat!" pekik Nate sambil meraih pigura itu. Namun, dengan sigap Julian mengangkat pigura itu tinggi-tinggi.

"Aku sudah melihatnya," balas Julian dengan nada menggoda.

Nate berusaha menggapainya. Namun, dengan Julian yang memiliki tinggi 183 sentimeter, sementara tinggi Nate sendiri tidak mencapai 165 sentimeter, hal itu sia-sia saja. Nate membenamkan wajahnya di dada Julian dengan jengkel sekaligus malu, sementara pria itu tertawa meledeknya.

"Kenapa aku tidak boleh melihatnya? Aku terlihat tampan di sini," kata Julian, masih belum puas menggoda Nate. Ia memandang foto masa kecil mereka. "Kau mendapat foto ini dari Rick, ya?"

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang