¤ 25 - My Safe Place

2.1K 177 148
                                    

"Kaulah yang biasanya merawatku setiap kali aku sedang sakit. Jadi, sekarang giliranku yang merawatmu."

Julian membuka mata. Ia merasakan rongga yang besar menganga di dadanya. Sentuhan Nate terasa begitu nyata, suaranya terdengar begitu dekat, sampai-sampai Julian merasa Nate ada di sini bersamanya. Rupanya Julian masih berbaring sendirian tidak berdaya. Ia ingat Sophie yang memaksanya untuk tidur di kamar saat terakhir kali wanita itu datang.

Julian kembali memejamkan mata sambil mengusap dadanya. Kata-kata itu sama persis dengan yang pernah Nate ucapkan pada Julian saat ia masih kecil. Mungkinkah ia terlalu merindukan Tillie kecil hingga ia berharap Nate merawatnya seperti yang dulu dilakukannya?

Mereka orang yang sama, tetapi mereka terasa begitu berbeda. Dia bukan lagi Tillie. Terimalah kenyataan itu, Julian.

Kemudian Julian merasakan seseorang naik, dan merangkak di atas tempat tidurnya, disusul rabaan di dahinya. Sophie?

"Demammu sudah turun."

Julian membuka matanya. Ia bertemu pandang dengan Nate—yang nyata di hadapannya. Ia langsung bangkit sambil mengerang karena rasa nyeri di lengannya.

Nate buru-buru membantu Julian untuk duduk. "Kau harus hati-hati. Lenganmu masih terluka."

"Kau baik-baik saja?" tanya Julian sambil memandang Nate dengan cemas. Nate mengangguk. "Apa Don melakukan sesuatu padamu selain yang kulihat kemarin? Apa dia menyakitimu?"

Nate memandang Julian selama beberapa saat. "Dia memang membuatku takut, tapi dia tidak menyakitiku. Jangan buat aku menemuinya lagi." Nate menyapukan jemarinya di antara rambut Julian. "Kau sudah merasa lebih baik? Aku sudah menghangatkan bubur dari Sophie."

Julian meraih tangan Nate dari kepalanya. Ia sangat takut Nate bisa mendengar degup jantungnya. "Kapan kau ke sini?"

"Semalam. Sophie yang mengajakku."

"Sophie... Tentu saja," gumam Julian. "Kau harus tahu, Matilda. Aku tidak pernah mengatakan hal-hal buruk tentangmu di depan Don atau teman-temanku yang lain."

"Aku tahu," balas Nate. "Ini salahku. Seharusnya aku memastikannya dulu padamu."

"Aku tidak pernah menyebutmu murahan atau hal kotor lainnya," lanjut Julian dengan suara bergetar. "Aku juga tidak pernah menyuruh Don untuk tidur denganmu. Tidak peduli kau pernah menjadi istriku atau tidak, itu adalah hal yang tidak akan pernah kulakukan. Memikirkan kau disentuh oleh pria lain saja membuatku marah, apalagi memberikanmu padanya."

Nate mencengkeram tangan Julian yang berada di dalam genggamannya. Tiba-tiba ia menghambur dalam pelukan Julian. Julian terkejut saat Nate terisak di dadanya. Apa ia salah bicara?

"Jangan menangis," kata Julian sambil mengusap rambut Nate. "Aku sudah memukul Don untukmu."

"Jangan lakukan itu lagi. Aku tidak ingin melihatmu terluka lagi," isak Nate.

"Satu hal lagi, aku tidak pernah membencimu."

"Aku tahu."

Julian menghela napas lega karena Nate baik-baik saja, terutama karena wanita itu ada di sini bersamanya. Ia merengkuh tubuh Nate, menikmati debaran hangat di dadanya. Tidak ada orang lain yang bisa menjaga Nate selain dirinya. Tidak ada.

Setelah itu Julian keluar untuk duduk di sofa. Nate telah membuka tirainya sehingga tempat itu diterangi cahaya matahari dari jendela. Nate kembali dengan semangkuk bubur buatan Sophie. Karena Julian kidal, ia kesulitan untuk makan sendiri, jadi Nate menyuapinya. Nate juga dengan hati-hati membantu mengelap wajah Julian dengan handuk basah dan air hangat, mengganti pakaiannya, serta mengganti perban di lengan Julian.

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang