¤ 28 - Who Is She?

2.1K 173 84
                                    

Julian menutup laptopnya lalu melihat ke jam di dinding. Sudah pukul delapan malam dan perutnya terasa lapar. Ia meraih ponselnya dan memesan pizza. Sebenarnya ia bosan jika terus-terusan memakan pizza, atau ayam, atau burger, atau apa saja yang tidak memerlukan sendok atau garpu untuk makan. Namun, lengannya masih terasa sakit saat ditekuk. Ia bahkan menggoreng sosis dengan canggung menggunakan tangan kanannya atau hanya mengoles selai di atas rotinya setiap pagi.

Julian memeriksa ponselnya berkali-kali selama beberapa hari ini. Nate tidak lagi datang atau menghubunginya. Apa lagi sekarang? Ia sudah memastikan Rachel tidak datang lagi ke rumahnya, lalu kenapa Nate tidak kembali? Apa Julian ada salah bicara?

Julian berusaha mengingat-ingat kembali apa saja yang mereka lakukan saat terakhir kali mereka bertemu. Ia ingat mengecup kepala Nate saat wanita itu selesai memasak lalu sikapnya mulai canggung. Apa Nate tidak suka Julian tiba-tiba menciumnya? Namun, Nate sendiri beberapa kali mencium pipi Julian, kan? Apa Nate hanya ingin dia yang mencium Julian? Itu sebabnya dia kesal setelah Julian mencoba membalas ciumannya malam itu?

"Tidak mungkin dia tidak suka aku menciumnya, kan?" gumam Julian pada dirinya sendiri.

Nate tidak menanyakan kabar Julian melalui telepon atau hanya sekadar pesan. Julian juga sengaja tidak menghubunginya karena tidak mau Nate merasa terbebani dengan merawatnya. Namun, Julian tidak bisa terus-terusan seperti ini. Setelah selesai bekerja keesokan harinya, Julian segera mengepak beberapa potong pakaian, handuk, sikat gigi, hingga perban ke dalam ranselnya. Ia sempat berpikir untuk meninggalkan laptopnya, mengingat besok adalah hari Sabtu, dan ia tidak perlu bekerja. Namun, ia tetap membawanya, kalau-kalau ia membutuhkannya nanti.

Julian bersusah payah memakai mantelnya lalu memanggul ranselnya. Ia mengambil kantong berisi selimut di lemari penyimpanan kemudian keluar dari flatnya. Hanya butuh waktu lima belas menit dan Julian sudah tiba di gedung berlantai lima itu. Ia berdiri di bawah pohon, menunggu sambil sesekali melongok ke arah jalan masuk menuju tempat itu.

Dua jam berlalu, matahari sudah terbenam sejak tadi. Julian berdiri dengan gelisah. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku mantel untuk menjaganya tetap hangat. Itu dia! Julian bersemangat hanya dengan melihat Nate dari kejauhan. Wanita itu menyadari kehadiran Julian dan mempercepat langkahnya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau membawa ransel? Kau sudah mulai bekerja?" tanya Nate.

Julian merasa hangat saat Nate meraih wajahnya dengan kedua tangannya. "Kau tidak datang, jadi aku yang mendatangimu."

Nate terlihat terkejut. Namun, kemudian ia mengambil kantong yang dibawa Julian dan menggandeng lengannya. "Kau kedinginan. Ayo kita masuk."

Nate menyeduh teh kantong rasa buah-buahan yang diberikan Frida, sementara Julian menunggu di kamar. Julian selalu merasa nyaman di sana. Entah karena studio ini tidak sebesar flatnya, atau karena ia tidak sendirian di sana. Nate kembali sambil membawakan teh dan memberikannya pada Julian. Ia memandang Julian, sementara Julian menyeruput tehnya.

"Kau sudah makan malam?" tanya Nate. Julian menggeleng. "Biar kulihat, apa yang kupunya di dapur untuk dimasak."

Nate bangkit lalu pergi ke dapur. Entah mengapa Julian merasa wanita itu sedang menghindarinya. Ia ikut bangkit dan menyusul Nate ke dapur. Sepertinya dugaan Julian benar. Nate sedang memeriksa kulkas, padahal jelas-jelas kulkas itu kosong. Kesalahan apa yang sudah dia lakukan? Nate sempat tersentak saat Julian memeluknya dari belakang.

"Aku sudah melarang siapapun untuk ke rumahku, aku juga sudah mengizinkanmu untuk datang kapan saja. Kenapa kau tidak kembali?" gumam Julian di telinga Nate.

"Ju..." Nate berbalik ke arah Julian. Kali ini Julian mendekap Nate dengan erat.

"Apa salahku sekarang? Apakah ada kata-kataku yang membuatmu tersinggung? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu merasa tidak nyaman?" Julian membenamkan wajahnya di bahu Nate. Ia semakin gelisah karena Nate tetap diam. "Katakan padaku, apa yang membuatmu pergi dan meninggalkanku sendirian? Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku janji tidak akan memintamu untuk menemaniku mandi lagi."

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang