Bab 4. Berbeda

1.2K 186 1
                                    

DILARANG MENJIPLAK, MENYALIN, MEMPUBLIKASIKAN CERITA MILIK SAYA TANPA IZIN ATAU SEPENGETAHUAN PENULIS.

.

.

.


"Perang adalah tempat di mana hidup dan mati bertemu ...."
— Sun Tzu —

Apa kalian tahu alasan kenapa banyak prajurit yang ikut berperang memilih untuk tidak menikah?

Karena mereka takut menjadikan istrinya janda. Mereka takut menjadikan anaknya yatim. Mereka takut tidak bisa kembali pulang ke rumah dengan selamat, karena alasan itu sebagian besar memutuskan untuk tidak menikah.

Sedangkan mereka, yang meninggalkan istri dan anak di kampung halaman, hanya bisa berharap, berdoa memiliki umur hingga bisa kembali pulang dalam keadaan selamat.

Perbedaan jumlah pasukan memaksa putra mahkota untuk bertahan. Menyerang balik dengan kondisi saat ini sama dengan bunuh diri. Bright dan pasukannya tidak dalam posisi untuk mengalahkan musuh, mereka harus bertahan hingga pasukan bantuan tiba. Melindungi didi sepenuhnya menjadi prioritas utama saat ini

Di udara, olok-olok prajurit musuh terdengar menyakitkan telinga. Maksud mereka sangat jelas—mengirim umpan untuk memecah pasukan Bright yang terstruktur, rapi. Sisi kanan prajurit musuh terlihat menyebar, berharap pasukan putra mahkota untuk mengejar. Namun, lagi, dalam dinginnya udara, suara Bright terdengar, begitu berat, penuh wibawa, "Bertahan!"

Kuda yang ditunggangi putra mahkota terus bergerak, membawa sang tuan di atas punggung. Bright menghabisi lawan-lawannya dengan ganas, seperti seekor harimau yang tengah mengincar mangsa, pria itu tidak melepas satu pun musuh yang datang mendekat ke arahnya.

Lagi, pedang putra mahkota diayun, menebas leher salah satu musuh yang berada dekat dengan kaki kudanya. Sial, sebelum mati, pria berkepala plontos itu berhasil menjerat kaki kuda putra mahkota, hingga tubuh binatang tunggangan itu tergelincir di atas es, membawa sang tuan jatuh bersamanya. Beruntung, gerakan gesit Bright berhasil membuatnya mendarat dengan mulus di atas es sebelum jatuh terjerembap.

"Apalagi yang kalian tunggu? Bunuh Pangeran Maximus!" Teriakan bernada perintah itu terdengar sangat keras dari sisi kanan. "Seribu voski untuk kalian yang bisa membawa kepala Pangeran Maximus kepadaku!"

Suara dari pria sama kembali terdengar, membakar semangat pasukan musuh yang justru dibalas oleh Bright dengan angkuh, "Lima ribu voski jika kalian bisa membawa kepala pemimpinmu kepadaku!"

Suara tawa menggelegar. Dari balik pekatnya kabut, seekor kuda hitam berjalan dengan sombong membawa sang tuan di atas punggung. "Kau masih bisa bersikap angkuh, Pangeran Maximus?"

"Hakob?" gumam Bright. Pria itu mendesis, rahangnya mengeras. Tanpa berkedip ia menendang pria yang menyerangnya secara membabi buta. Dengan gesit ia berhasil menghindari tebasan kapak musuh, lalu dalam satu gerakan cepat, Bright menusukkan ujung pedangnya tepat ke jantung musuh.

Darah mengalir, mengotori baju zirah besi yang dikenakan oleh Bright. Netra setajam elang itu tidak berhenti menatap Hakob yang duduk dengan santainya di atas kuda tunggangan.

Hakob menyeringai. Terlihat sangat percaya diri hingga tidak menyadari ada dua anak panah yang melesat ke arahnya, cepat.

"Bajingan!" pekiknya, menjerit saat salah satu anak panah berhasil membuat telinga kanannya putus. Darah segar mengalir, tubuh pangeran dari Kerajaan Hovan bergetar, napasnya terdengar sangat cepat. Sumpah serapah terus meluncur dari mulut Hakob sementara mata tajamnya menyapu ke arena perang.

Hakob menggertakkan gigi. Wajahnya memerah, marah. "Bunuh bajingan sialan itu!" Hakob memberi perintah, telunjuknya menunjuk ke satu titik di mana Wen terlihat berdiri dengan dagu diangkat tinggi di atas tumpukan mayat pasukan musuh.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang