Bab 24.4 Bermain Api

706 140 12
                                    

Happy reading bestie! ^^

.

.

.


Senyum Jia Li terkembang, cantik. Wanita itu menoleh ke kursi samping kanannya, tempat di mana jenderal kepercayaan Jia Li duduk, terlihat resah saat ini.

"Yang Mulia, jenderal yang hamba bawa saat ini sudah tua," sang putri bicara dengan suara lembut, mata wanita itu berkilat, sendu. "Tidak mungkin hamba mengizinkan seorang jenderal tua untuk bertanding gulan." Ia menutup ucapannya dengan senyum manis.

Di atas mimbar, Kaisar Takvor tertawa nyaring. Tangan kiri pria itu menepuk-nepuk meja di sisi kursinya. "Tidak masalah," jawab kaisar, enteng. "Utus prajurit terbaikmu untuk bertanding dengan Yu Wen."

Di sisi lapangan, Ega menatap sang putri dari Timur serta kaisar bergantian sebelum perhatiannya kembali tertuju kepada Yu Wen. Sorak sorai penuh semangat para prajurit masih menggema di sekeliling mereka. Dengan santai Ega membawa kedua telapak tangannya ke bahu Yu Wen, ekspresi pria itu berubah khawatir.

"Lukamu?"

Yu Wen mengangkat wajah, menoleh, satu alisnya diangkat tinggi sebelum menjawab pertanyaan Ega. Baik-baik saja. Jawaban yang diberikan Yu Wen tentu tidak membuat Ega merasa tenang. Sebaliknya, sang jenderal muda terliha begitu was-was.

Kedua telapak tangan Ega masih memijat kedua bahu Yu Wen. "Dengar, kau haru segera mundur jika kondisi mulai tidak terkendali!" Ega membisikkan perintah mutlak di telinga muridnya. "Kondisimu masih belum stabil, kita tidak bisa mengambil resiko. Apa kau mengerti?"

Yu Wen segera mengangguk. Ia memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri sembari melakukan pemanasan ringan di sisi lapangan sebelum akhirnya melangkah maju, masuk ke dalam arena pertandingan.

"Sialan!" Ega memaki kasar saat melihat sosok yang akan melawan Yu Wen di pertandingan pertama.

Tubuh prajurit dari Timur itu tiga kali lebih besar dari Yu Wen. Kepalanya terlihat licin di bawah sinar matahari. Janggut panjang dikepang asal, dihiasi manik-manik khas dari Timur. Mata prajurit itu sangat sipit, hidungnya bulat besar, bekas luka memanjang terlihat jelas di dada kecokelatannya yang terbuka.

Tidak lama berselang kedua petarung pun saling berhadapan di atas arena pertandingan. Keduanya memberi hormat, lalu memasang kuda-kuda. Perbedaan ukuran tubuh di antara kedua petarung kini menjadi kekhawatiran tersendiri untuk kubu Yu Wen.

Prajurit-prajurit yang berada di dalam resimen sama dengan Yu Wen menatap arena pertandingan dengan gelisah. Jika melihat tubuh lawan, bukan hal sulit untuknya mematahkan leher Yu Wen. Para prajurit itu mulai merinding, merasakan kengerian jika hal itu benar-benar terjadi.

Secara perlahan tatapan mereka beralih kepada Ega yang kini berdiri tegak dengan lengan dilipat di depan dada. Ekspresi serius sang jenderal membuat anak buahnya menelan dengan susah payah sementara gemuruh yel-yel penuh semangat terus menggema dari sisi luar arena pertandingan.

Walau bertubuh sangat besar, lawan Yu Wen masih bisa bergerak dengan gesit. Setiap gerakannya begitu luwes, serangan yang dilancarkan musuh begitu mematikan hingga beberapa kali Yu Wen dipaksa untuk mundur dan bertahan.

Musuh terus bergerak, kaki panjangnya yang gemuk terulur, bergerak memutar di atas tanah untuk menjegal kaki Yu Wen. Namun, beruntung karena Yu Wen masih bisa membaca gerakan itu dan menghindar sebelum tubunya ditangkap dan berhasil dibanting ke atas tanah.

Yu Wen terbatuk pelan, luka di perutnya perlahan mulai terbuka. Rasa sakit yang berdenyut membuat pria itu menggertakkan gigi. Ia harus segera mengakhiri pertandingan ini sebelum dijadikan 'bubur' oleh musuh.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang