Prolog

2.8K 237 1
                                    

DILARANG MENJIPLAK, MENYALIN, MEMPUBLIKASIKAN CERITA MILIK SAYA TANPA IZIN ATAU SEPENGETAHUAN PENULIS.

.

.

.


Bagian Selatan Wilayah Kerajaan Timur

Sudah hampir satu minggu salju terus turun di wilayah selatan. Sepuluh ribu prajurit Kerajaan Barat terlihat kewalahan oleh udara dingin yang berembus bersama angin utara.

 Sepuluh ribu prajurit Kerajaan Barat terlihat kewalahan oleh udara dingin yang berembus bersama angin utara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tenda-tenda segera didirikan saat pasukan menemukan tempat strategis untuk istirahat. Api unggun dinyalakan dengan cepat, kuda-kuda tunggangan diberi pakan, sementara sebagian kecil prajurit menyiapkan makanan dan sisanya mendapat tugas untuk berjaga.

Seorang pria paruh baya berjalan dengan susah payah. Sepatu botnya tenggelam ke dalam tumpukan salju setiap kali ia melangkah. Pria itu mendecih, menggigil oleh dinginnya udara yang ekstrim. Di belakangnya, berbaris enam orang wanita dan empat orang pria muda, berjalan tertatih-tatih dengan kondisi mengenaskan. Pakaian mereka koyak, tubuh kurusnya menggigil, menahan dingin.

Mengibaskan salju di kedua bahu, pria itu terdiam sejenak di depan pintu sebuah tenda paling besar dan mewah. Suara beratnya terdengar serak di udara saat meminta izin untuk masuk ke dalam tenda.

Pria paruh baya itu bergegas masuk setelah mendapatkan izin. Salam hormat dihaturkan sebelum melapor dengan kepala ditundukkan dalam. "Lapor Putra Mahkota, hamba bermaksud meminta izin untuk menunda eksekusi semua budak yang berhasil prajurit tangkap."

Ucapan sang jenderal membuat Bright mengalihkan perhatiannya dari dokumen yang tengah dibaca. Tatapan tajam putra mahkota mengawasi setiap gerakan jenderalnya dengan saksama. "Menunda?" beonya, tanpa ekspresi. "Bukankah aku memerintahkan kalian untuk segera menghabisi semua budak-budak sialan itu?"

Sang jenderal segera berlutut. "Lapor Yang Mulia, belakangan ini cuaca sangat ekstrim, dan para prajurit membutuhkan budak-budak itu untuk menghangatkan badan. Keberadaan mereka sangat dibutuhkan saat cuaca ekstrim seperti ini, Putra Mahkota. Hamba pastikan mereka semua akan mati setelah tidak kami perlukan lagi."

Ia terdiam sejenak, menelan air liurnya dengan susah payah. "Hamba membawa sepuluh orang budak terbaik yang mungkin Anda sukai," ujarnya kemudian.

Bright tidak langsung menjawab. Pria itu memicingkan mata, membuat sang jenderal menggigil ketakutan di tempatnya. "Jika aku tidak menyukai salah satu dari mereka, kepalamu yang akan tergantung di depan tendaku besok pagi."

. . .

Tubuh sang jenderal semakin menggigil. Putra mahkota tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Dia akan mati jika Bright tidak menyukai salah satu dari sepuluh budak yang dibawanya saat ini.

Menelan dengan susah payah, pria paruh baya itu berdiri. Ia berjalan menuju pintu tenda, memerintahkan kesepuluh budak untuk masuk.

Dari tempat duduknya, Bright mengawasi satu per satu wajah budak yang masuk ke dalam tendanya. Harus ia akui, walau dengan tubuh kurus dan pakaian koyak, para budak itu terlihat cantik juga tampan. Wilayah Timur memang terkenal akan keelokan paras penduduknya, jadi pantas saja prajurit-prajurit Kerajaan Barat tidak bisa menahan napsu birahi mereka saat melihat para budak.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang