Bab 31.3 Perasaan Terikat

591 73 26
                                    

Untuk pdf gratis s/d bagian buku ketiga, link download bisa kalian scroll di profile Watpad saya ya. 

Thank you dan happy reading! ^^

.

.

.

Suasana hati Maximus masih belum membaik keesokan harinya. Dia bersandar di depan jendela, menatap kesibukan di taman istana sebelum akhirnya berbalik pergi. Maximus masih belum tahu apa yang menyebabkan Yu Wen sesedih itu?

Memanggil kepala koki istana untuk menghadap, Maximus meminta pria paruh baya itu memasak hidangan terkenal dari Wilayah Timur. Sang koki yang sudah malang melintang selama belasan tahun di beberapa wilayah kerajaan tentu tidak mengalami kesulitan untuk menyanggupi perintah Putra Mahkota. Namun, tetap saja dirinya merasa heran.

"Apa ada jenis menu yang Anda inginkan Yang Mulia?" Kepala koki memberanikan diri untuk bertanya. Saat seorang prajurit dari kediaman Maximus datang memanggilnya, kepala koki istana merasa jantungnya ditarik paksa dari dalam dada. Dia bertanya-tanya, apakah dirinya melakukan kesalahan saat memasak sarapan pagi ini? Dan jujur saja hal itu membuatnya merasa takut.

Maximus mengetuk-ngetukkan ujung telunjuknya ke atas meja. "Bukan untukku, tapi untuk Yu Wen." Ia menjelaskan singkat. Koki istana tidak berani mengatakan apa pun setelahnya. "Aku tidak tahu apa yang disukainya karena itu aku memintamu untuk memasak beberapa hidangan terkenal dari Timur."

Menjeda, Maximus menyipitkan kedua matanya. "Yu Wen tidak berselera makan belakangan ini, karena itu kau harus memastikan masakanmu bisa membuat nafsu makannya naik."

Kepala koki istana mengusap keringat di keningnya. Saat ini dia merasa sangat tertekan. Bagaimana jika dia gagal? Putra Mahkota tidak akan segan memenggal kepalanya, kan?

Menelan dengan susah payah, kepala koki pun menganggukkan kepala. "Hamba mengerti, Yang Mulia. Hamba akan mengantar hidangannya secara pribadi untuk Tuan Yu Wen."

Maximus mengangguk, singkat. Ia lalu melambaikan satu tangannya untuk mengusir pergi kepala koki istana.

.

.

.

Di tempat lain, Baojia masuk dengan tergesa ke dalam tenda milik sang ayah. Ia menatap Wuhuan dan dua orang jenderal lain yang juga berada di dalam tenda itu. Baojia melihat ayahnya berbaring di atas ranjang. Namun, ada yang berbeda, pikirnya.

Berjalan mendekat ke sisi ranjang, Baojia menoleh kepada Wuhuan. "Kenapa ayahku tidak bergerak?" Ekspresinya begitu datar saat bicara.

"Jenderal Aiguo telah tiada beberapa hari lalu. Hal ini masih disembunyikan dari prajurit. Jenderal Aiguo mengingikan kematiannya untuk disembunyikan agar mental juang prajurit tidak turun." Wuhuan mengatakannya dengan susah payah. Napasnya seperti tercekat di tenggorokan. "Karena alasan itu juga kami memanggil Anda, Yang Mulia." Wuhuan menyerahkan buku yang dititipkan kepadanya ke tangan Baojia. "Jenderal Aiguo menginginkan Anda untuk menyimpan dan membaca buku itu."

Baojia tidak bertanya kenapa hal ini bisa terjadi?

Dia tidak bertanya kenapa ayahnya pergi begitu saja?

Baojia hanya duduk, menatap wajah pucat sang ayah dengan ekspresi kosong.

Remasan di bahu kanannya tidak membuat Baojia menoleh. Wuhuan menahan kesedihannya di dalam dada. Suaranya terdengar parau saat berkata, "Jenderal Aiguo menitipkan pesan. Beliau meminta maaf kepadamu."

Baojia tidak memberikan reaksi. Kepalanya menunduk, menatap buku yang kini berada di dalam genggaman tangannya. "Tolong tinggalkan aku besrsama ayah," ucapnya kemudian.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang