BAB 21.1 Langit Adalah Adil

762 136 7
                                    

Mulmed : The Wolf Song, Vargsangen

Happy reading ya! ^^

.

.

.

Yu Wen menggeliat kecil saat merasakan sapuan lembut di puncak kepalanya. Matanya mengerjap, berusaha melihat sosok yang tengah membelai rambutnya saat ini. "Ayah?" Ia memanggil, serak. Yu Wen mengucek mata, bergerak untuk di atas ranjang lalu memeluk erat sang ayah. Harum khas yang lebih tua membuatnya tersenyum.

"Selamat ulang tahun!" Jenderal Aiguo bicara pelan. Kedua tangannya balas memeluk. "Maaf karena ayah melewatkan hari ulang tahunmu."

Yu Wen bisa menangkap nada bersalah dalam suara ayahnya. Dengan cepat ia menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, aku tahu Ayah sibuk."

Jenderal Aiguo tidak bicara. Pandangannya menatap lekat Yu Wen. Waktu melesat begitu cepat. Putranya semakin dewasa, dan terkadang sisi egoisnya sering menginginkan ketiga anaknya untuk tidak terlalu cepat tumbuh dewasa. Entahlah, ia merasa sedikit tidak rela.

"Ayah?" Panggilan Yu Wen menarik kembali sang jenderal dari lamunan pendeknya. Yu Wen bergerak gelisah di atas ranjang, duduk bersila, dengan ekspresi menyesal. "Ayah, sebenarnya ada yang ingin kusampaikan, tapi bisakah Ayah berjanji untuk tidak membocorkannya kepada ibu?"

Jenderal Aiguo nyaris tidak bisa menyembunyikan senyuman saat netranya bersirobok dengan milik Yu Wen. Ia berdeham pelan berusaha bersikap biasa di bawah tatapan penuh permohonan putra bungsunya. "Jadi, kesalahan apa yang kaulakukan?"

Yu Wen menelan dengan susah payah. Di atas meja, lampu minyak masih menyala. Yu Wen mencondongkan tubuhnya dan berbisik, "Aku masuk ke dalam hutan seorang diri."

Menahan diri untuk tidak bereaksi berlebihan, Jenderal Aiguo menghitung di dalam hati. "Apa ibumu tahu?" Setelah mendapat jawaban berupa gelengan kepala, ia kembali bertanya, "Kenapa kau melakukan itu? Bukankah ayah dan ibumu melarangmu untuk masuk ke dalam hutan seorang diri?"

"Aku ingat." Yu Wen menundukkan kepala, jemari tangannya saling bertaut. "Hanya saja hari itu ibu terlihat sangat cemas dan sedih, jadi aku memutuskan masuk ke dalam hutan untuk berburu kelinci." Ia menjeda singkat. "Apa Ayah marah?"

"Ayah cemas." Jenderal Aiguo menjawab pelan. Telapak tangan kanannya membelai rambut putranya. "Ada banyak binatang liar di sana. Bagaimana jika kau terluka? Atau tersesat?" Ia mengembuskan napas panjang sebelum kembali bicara. "Ayah bersyukur karena kau baik-baik saja, tapi tolong jangan melakukan itu lagi. Kau harus meminta izin kepada ibumu atau ayah untuk itu. Apa kau mengerti?"

"Yu Wen mengerti," jawab yang lebih muda. Ia kembali memeluk sang ayah, lebih erat kali ini. "Maafkan aku!" sambungnya. "Lalu Ayah, aku bertemu seseorang di sana." Ekspresi Yu Wen berubah sangat serius saat melanjutkan. Kedua matanya berapi-api.

Aiguo terdiam, berusaha menenangkan pikirannya. "Kau bertemu siapa?"

"Anak laki-laki berusia sekitar dua belas atau tiga belas tahunan, tapi dia terlihat berbeda. Rambutnya kecokelatan, pendek tidak sepertiku. Lalu pakaiannya juga berbeda dengan pakaian yang kita pakai sehari-hari."

Orang asing? Batin Aiguo. Ia mulai bertanya-tanya kenapa ada orang asing di Hutan Gingko?

"Apa dia bersama orang dewasa?"

Yu Wen menggelengkan kepala. "Aku tidak melihat siapa pun di sana."

Aneh, pikir Aiguo. "Apa yang dia katakan?"

"Dia bertanya siapa namaku dan apa yang kulakukan di sana?" jawab Yu Wen. Bibirnya mengerucut. "Aku berbohong mengenai namaku. Aku bilang saja namaku Yu Lan dan sepertinya dia percaya, tapi dia membuatku kesal," lapornya, menyilangkan tangan.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang