Bab 28.1 Tabir Masa Lalu

816 115 23
                                    


Happy reading! ^^


Masih update tipis-tipis ya. 

Happy reading! ^^

.

.

.

Bab 28.1  Tabir Masa Lalu

.

.

.


Perlu beberapa waktu bagi Yu Wen untuk mencerna informasi singkat yang diberikan Mei Hwa kepadanya. Sebuah informasi yang sanggup menjungkirbalikkan dunianya dalam waktu singkat. Menatap jauh ke kedalaman netra lembut sang lawan bicara, Yu Wen berusaha menyelami kedalaman netra itu. Ia berusaha mencari setitik dusta di sana, tapi nihil. Yu Wen tidak menemukan hal yang diharapkannya di sana.

Otaknya terasa bingung. Telinga Yu Wen berdengung, ucapan Mei Hwa tadi terus terngiang-ngiang di sana. Ibu kandung? Kalimat singkat itu dirapalkannya di dalam kepala.

"Ibuku bernama Yan Xiuying." Yu Wen akhirnya bicara. Perlahan ia menoleh, kembali menatap lekat wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik di usianya. "Bagaimana bisa Anda menjadi ibuku?" tanyanya. "Ibuku bernama Yan Xiuying."

Perasaan sesak datang menghantam dada Mei Hwa, telak. Kilat sedih melintas di kedua bola matanya, singkat. Namun, dengan sangat baik Mei Hwa menyembunyikan perasaan itu dibalik senyum tipisnya. Apa yang harus ia keluhkan? Xiuying memang ibu Yu Wen. Tidak ada yang bisa merampas status itu darinya.

"Dia memang ibumu. Selamanya Xiuying akan menjadi ibumu." Mei Hwa bicara dengan nada penuh pengertian. Wanita itu mengalihkan perhatiannya untuk beberapa saat ke sisi ranjang. Ditatapnya nampan berisi teko dan cawan keramik yang diletakkan di sana.

Menarik napas dalam, Mei Hwa terus berusaha menahan desakan kesedihan yang terus memaksa air matanya untuk menganak sungai. Tidak, dia tidak boleh merasa sedih karena Yu Wen memang putea Xiuying. Wanita baik hati itu lebih pantas disebut seorang ibu. Kasih sayang Xiuying terhadap Yu Wen tidak bisa dipertanyakan. Wanita itu bahkan rela meregang nyawa demi menyelamatkan Yu Wen—putranya. Ya, Yu Wen akan selalu menjadi putra dari Yan Xiuying.

Mengembuskan napas perlahan, Mei Hwa akhirnya kembali bicara. Perasaannya sudah bisa dikendalikan saat ini. "Kau akan selalu menjadi putra dari Yan Xiuying, tapi ada rahasia yang harus kau ketahui dan tolong jangan memotong apa pun sebelum ibu selesai bicara," mohonnya.

Yu Wen tidak menjawab. Namun, walau begitu ia memutuskan untuk mendengarkan penuturan Selir Agung Mei Hwa mengenai tabir masa lalu yang selama ini terlihat rapat tanpa celah.

"Puluhan tahun lalu, sebuah ramalan seorang penyihir dari Wilayah Selatan ramai diperbincangkan. Saat itu Kekaisaran Barat masih belum berdiri, dan Benua Tengah terbagi menjadi empat kerajaan besar," tutur Mei Hwa. "Penyihir itu mengatakan jika akan lahir bayi tidak biasa di Wilayah Benua Tengah. Kedua bayi itu merupakan pasangan takdir yang akan membawa kemakmuran dan sumber keberuntungan untuk wilayahnya. Para raja saat itu menunggu dengan was-was, berharap pasangan takdir akan lahir di wilayah mereka."

Ada jeda pendek sebelum Mei Hwa lanjut bicara. Pandangan wanita itu menerawang jauh. "Hari berganti, tahun demi tahun pun berganti. Ramalan sang penyihir akhirnya dianggap sebagai sebuah dusta dan perlahan terlupakan. Puluhan tahun penyihir sakti itu tidak terlihat hingga akhirnya pada malam bulan purnama darah ia kembali menunjukkan batang hidungnya. Penyihir itu mengatakan jika ramalannya nyata. Dia mengatakan jika pasangan takdir akan lahir di wilayah barat dan timur. Penyihir itu mengatakan jika pasangan takdir akan membawa kehancuran untuk musuh-musuh mereka dan keturunan-keturunannya akan berkuasa dengan adil hingga waktu sangat lama."

Mei Hwa mendengkus pelan. "Raja Avran dari Kerajaan Barat tentu saja senang luar biasa. Dia langsung melakukan pendekatan secara terang-terangan kepada kakekmu, dulu. Hal itu tentu saja membuat raja dari Kerajaan Tengah tidak suka dan dia memanggil penyihir sakti ke istananya. Dia meminta sang penyihir untuk mengutuk pasangan takdir karena takut ramalan itu akan menjadi kenyataan."

Mei Hwa melirik ke arah Yu Wen yang masih mendengarkan dengan saksama. "Penyihir sakti pun mengabulkan permintaan itu," terangnya. "Dia melakukannya karena raja mengancam akan membunuh semua penyihir di Wilayah Benua Tengah."

Yu Wen masih terdiam, tidak mengatakan apa pun.

"Penyihir mengutuk pasangan takdir tidak akan bisa memiliki keturunan dari orang lain dan hidup menderita, akan terus membawa kematian jika tidak bersama." Mei Hwa tersenyum simpul. "Raja Wilayah Tengah marah. Dia meminta penyihir untuk mengulang kutukannya. Raja menginginkan jika pasangan takdir tidak bisa memiliki keturunan sama sekali, tapi kutukan sudah diucap dan tidak bisa diulang. Hal itu mengundang kemurkaan raja hingga semua penyihir di Benua Tengah dihabisinya."

Yu Wen bicara di dalam hati. Ia mulai berpikir jika kematian setiap teman tidur Maximus ada hubungannya dengan kutukan itu.

"Mereka mengatakan jika hidup pasangan takdir akan sangat kesepian. Keduanya akan membawa kematian kemana pun mereka pergi dan tidak akan berakhir walau mereka mati."

Yu Wen menekuk kening dalam. Apa maksudnya?

"Kutukan terhadap pasangan takdir akan terus berlanjut walau salah satu diantaranya mati karena itu jalan satu-satunya untuk memutusnya adalah kalian harus bersama."

Yu Wen mengangkat wajah. Ditatapnya langit-langit tinggi ruangan. Aroma bunga magnolia di dalam ruangan itu tidak mampu menenangkannya saat ini. Perlahan telapak tangannya terkepal. Yu Wen merasa marah luar biasa.

"Aku dengar Raja Yongcheng membunuh semua orang di malam Anda melahirkan Putri Lia An." Yu Wen menoleh. Matanya menatap lekat Selir Agung. "Jadi alasan sebenarnya dia melakukan itu karena aku?" tebaknya. "Raja tidak ingin ada saksi jika Anda melahirkan bayi kembar dan memberikan salah satunya kepada Jenderal Aiguo. Begitu?"

Sikap diam Mei Hwa menjawab semua pertanyaan Yu Wen. Pria itu terkekeh pelan, menertawakan kehidupannya yang membawa sial untuk orang-orang terdekatnya.

"Jika memang pasangan takdir harus bersama untuk memutus kutukan itu, kenapa kalian tidak mempertemukanku dengan Maximus sejak awal?"

Mei Hwa menggelengkan kepala. "Karena kami tidak bisa melakukannya. Maximus harus memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya dan juga dirimu, sementara kau ... terlalu banyak orang yang menginginkan kematianmu karena itu kami tidak bisa mempertemukan kalian dengan cara biasa."

Ia menjeda untuk menarik napas. "Kami hanya mengatur rencana, sementara sisanya kami serahkan kepada takdir kalian."

"Terlalu banyak orang yang mati karena aku. Kenapa kalian tidak memikirkan perasaanku?" Yu Wen bertanya dari balik giginya yang terkatup. Emosinya semakin tidak stabil.

"Kematian kami akan membawa perubahan besar di Wilayah Tengah, jadi tidak akan yang harus kami sesali." Mei Hwa menjawab tenang, seolah kematian bukan hal yang ditakutinya saat ini. "Saat ini Pangeran Maximus belum siap. Masih ada ujian yang harus dihadapinya," terang Mei Hwa membuat Yu Wen menekuk kening, bingung. 

Keheningan yang menggantung beberapa saat terasa mencekam. Entah kenapa Yu Wen merasa tubuhnya menjadi dingin oleh alasan tidak jelas. Batinnya mengatakan jika dia tidak akan suka mendengar ucapan Selir Agung setelah ini.

"Pangeran Maximus harus melewati ujian terberatnya—kematianmu," ucap Mei Hwa terdengar sangat serius.

.

.

.

TBC

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang