Bab 6. Kerajaan Gao

1.1K 177 3
                                    

DILARANG MENJIPLAK, MENYALIN, MEMPUBLIKASIKAN CERITA MILIK SAYA TANPA IZIN ATAU SEPENGETAHUAN PENULIS.

.

.

.

Tubuh dua orang budak laki-laki gemetar saat putra mahkota melangkah masuk ke dalam tenda yang ditempati oleh Yu Wen. Budak berusia lima belas tahun itu bersujud, menempatkan kening mereka di atas karpet.


"Apa ada perkembangan terbaru?"


Budak bertubuh paling kecil menjawab pelan. Nada takut terselip dalam suaranya saat dia menjawab, "Lapor, Yang Mulia, pagi tadi hamba melihat kelopak mata Tuan Yu Wen bergerak."Bright menaikkan satu alis, tinggi. Pria bertubuh tinggi itu berdiri di sisi ranjang, ekspresinya tidak terbaca saat ia mendaratkan satu tendangan keras ke sisi ranjang hingga membuat dua orang budak gemetar ketakutan.


"Sampai kapan kau akan pura-pura tidur?" Bright bertanya dengan nada datar, penuh penekanan. "Bangun atau kubunuh dua budak ini!" Suara pedang terdengar. Bright terlihat sangat tenang saat menarik pedang miliknya dari dalam sarung yang diikat di pinggang.


"Kau pikir aku main-main?" Kalimat dingin itu berhasil memaksa Yu Wen membuka kedua matanya. Yang lebih muda mendelik, menatap Bright, kesal.


Putra mahkota menyeringai. Pedang miliknya disarungkan kembali. "Kau sudah tidur selama lima hari. Sudah terlalu banyak obat berharga milikku terbuang untukmu. Tidak tahu diri!"Yu Wen tidak mengatakan apa pun. Perhatiannya kini tertuju kepada dua orang budak laki-laki yang masih berlutut di samping putra mahkota. Tubuh gemetar mereka membuat Wen menekuk kening, dalam.


Kau membuat mereka ketakutan. Dasar bajingan! Wen menggunakan isyarat tangan untuk bicara dengan Bright.


Bright terkekeh, pelan, menekan. Pria itu mencondongkan tubuh ke arah Yu Wen dan berbisik, "Kau mau aku memotong lidah lancangmu itu?" tanyanya. "Terkejut?" Bright menarik kembali tubuhnya, menyeringai saat melihat Yu Wen terbelalak. "Sebaiknya kau mulai menjaga bahasamu saat bicara denganku! Aku bukan orang yang sabar."


Ada jeda pendek sebelum putra mahkota kembali bicara. "Mereka dua orang budak yang bertugas untuk merawatmu selama kau tidak sadarkan diri. Apa kau masih membutuhkan bantuan mereka?"


Dengan cepat Yu Wen menjawab, Aku tidak membutuhkan pelayan.


"Ah, senang sekali, anjing-anjingku akan mendapat daging segar," tukas Bright membuat Wen tersentak.


Apa maksudmu?  tanyanya. Kau mau menjadikan mereka makanan anjing?


"Aku menawarkan mereka kepadamu dan kau tidak mau," balas Bright, menyandarkan punggung ke sisi meja kayu. "Aku tidak memerlukan beban tambahan untuk diberi makan. Setidaknya kematian mereka tidak sia-sia, anjing-anjingku memerlukan makanan bergizi."


Yu Wen kehabisan kata. Namun, yang dihadapinya saat ini seorang Maximus. Kenapa ia harus merasa heran?


Tangis kedua budak terdengar lirih, sangat menyedihkan. Keduanya hanya bisa pasrah, penuh ketidakberdayaan walau tidak pernah terbesit di dalam pikiran mereka untuk mati sebagai makanan anjing.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang