Bab 30.3 Botol Anggur Hijau

494 81 22
                                    

Hallo2 ... yang mau ikut PO pdf, diperpanjang sampai tanggal 02 November 2023 ya.

Link untuk pemesanan dan pembayaran ada di profile saya ya. Harga khusus PO 50 rb. Words diperkirakan lebih dari 180K words. Tanggal pengiriman tetap sama di tgl. 05.11.2023 malam.

Untuk pdf gratis s/d bagian buku ketiga, akan saya share secepatnya. Isinya sama dengan publishan Wattpad/Twitter.

Thank you dan happy reading! ^^

.

.

.

Bab 30.3 Botol Anggur Hijau

.

.

.

Yu Wen membawa tubuh tidak bernyawa A Chen kembali ke kamar pelayannya itu. Tubuh A Chen dipenuhi oleh luka pukul tongkat dan memar yang terlihat mengerikan. Yu Wen memerintahkan beberapa pelayan wanita dan pria untuk menyiapkan air hangat sementara dirinya mencari pakaian bagus untuk dipakai oleh A Chen.

Membuka lemari kayu di sisi ruangan, Yu Wen mengeluarkan satu pasang pakaian baru yang terlipat rapi di sana. Pakaian berwarna hijau zamrud itu merupakan hadiah yang diberikan oleh Yu Wen untuk A Chen saat perayaan tahun baru beberapa waktu lalu.

A Chen menerimanya dengan penuh haru. Namun, dia berkata hanya akan memakai pakaian indah itu saat perayaan-perayaan penting. A Chen, pelayan kecil berusia lima belas tahun itu memiliki cita-cita sederhana. Dia ingin kembali ke tanah kelahirannya, hidup menggantungkan diri dengan bertani, memiliki beberapa ekor babi dan jika memungkinkan A Chen ingin memiliki seekor sapi untuk membajak sawah.

Siapa yang sangka A Chen tidak bisa mewujudkan cita-cita sederhananya itu?

"Tuan, air hangat dan kain bersihnya sudah siap." Meera menghapus air mata di kedua pipinya saat bicara. Dia baru satu minggu bekerja untuk Yu Wen. Namun, baik Yu Wen atau A Chen memperlakukannya dengan sangat baik. Meera tidak menyangka akan kehilangan teman senasibnya sangat cepat.

Yu Wen mengangguk, dengan hati-hati dia membuka pakaian A Chen lalu mulai membersihkannya dengan hati-hati, penuh kelembutan. Setelah selesai dibersihkan, Yu Wen mendandani A Chen dengan pakaian terbaiknya.

Maaf, Yu Wen bicara di dalam hati. Ia merasa sangat yakin kematian A Chen ada hubungannya dengan dirinya.

Yu Wen tidak tahu sampai kapan orang-orang terdekatnya akan mati?

Dia tidak tahu apa maksud kaisar hingga memberikan tekanan sebesar ini terhadapnya?

"Apa kau baik-baik saja?" Suara berat Maximus merobek keheningan di dalam kamar milik A Chen. Telapak tangannya meremas bahu Yu Wen, lembut. Seprai putih ranjang A Chen terlihat kotor oleh darah yang merembes keluar dari luka-luka di punggung pelayan itu. Sorot mata Maximus tidak terbaca. Saat mendapat laporan mengenai apa yang terjadi, dia segera bergegas untuk menemui Yu Wen.

Yu Wen segera berdiri. Menggerakkan telapak tangannya, dia mengusir semua pelayan dari kamar A Chen.

Kita harus bicara. Tangan Yu Wen bergerak cepat. Sebaiknya Anda mulai menjaga jarak .... Ia menggantung ucapannya. Dariku.

Mengusap wajah, Yu Wen kembali menatap ranjang tempat di mana A Chen berbaring saat ini. Jujur saja, Yu Wen tidak tahu sampai kapan bisa mengendalikan emosinya.

Desas-desus mengenai Pasangan Takdir terus meluas. Mereka berpikir hamba Pasangan Takdir Anda, Yang Mulia. Napas Yu Wen terdengar berat. Sekarang A Chen lalu selanjutnya siapa? Tanyanya kepada Maximus. Apa Anda ingin melihat hamba mati juga?

"Jaga ucapanmu!" desis Maximus. Mata tajamnya disipitkan, mengancam.

Kalau begitu, kita harus menjaga jarak.

"Akan lebih aman jika aku tetap berada di dekatmu." Maximus menyandarkan tubuhnya ke meja. Kedua telapak tangan putra mahkota dilipat di depan dada. "Mereka pasti tengah mengincarmu. Jika aku berada di dekatmu, setidaknya kau akan lebih aman."

Siapa yang bisa menjaminnya? Tanya Yu Wen. Hamba tidak peduli jika harus mati, tapi mereka ... orang-orang ini bahkan tidak tahu kenapa harus meregang nyawa?

"Yu Wen?"

Pangeran Ega lalu sekarang A Chen. Besok siapa lagi? Yu Wen masih terus bicara menggunakan bahasa isyarat. Malam itu terasa sangat menegangkan. Cahaya lentera menari-nari di dinding kamar. Napas Yu Wen memburu, wajahnya memerah menahan marah.

Keheningan yang tercipta tidak membuat suasana menjadi lebih baik. Keduanya terdiam, larut dalam lamunan masing-masing hingga sebuah suara ketukan di daun pintu menginterupsi.

"Lapor Yang Mulia, Kaisar memanggil Tuan Yu Wen untuk menghadap."

Maximus menoleh. "Dia tidak akan pergi ke mana pun tanpa izin dariku." Pernyataan Putra Mahkota berhasil membuat pelayan pengantar berita menjadi bingung. Wajahnya seputih kapas. Dia menjadi bimbang. Berada di antara Kaisar dan Maximus bukanlah hal mudah. Pilihan mana pun yang dipilih, pasti akan membuat hidupnya sulit.

"Mohon ampun Yang Mulia, hamba akan dihukum oleh Kaisar apabila tidak berhasil membawa Tuan Yu Wen." Pelayan itu merendahkan kepala dan suaranya. Dia berharap hal itu dapat sedikit meluluhkan Maximus. Namun, harapannya pupus seketika.

Maximus memasang ekspresi tegas. "Jadi kau tidak keberatan mati di tanganku?"

Sungguh, Yu Wen sangat kesal luar biasa. Sampai kapan Maximus akan bersikap seperti ini.

Yu Wen melangkah maju. Aku akan ikut bersamanya untuk menghadap Kaisar. Dia menggerakkan tangannya, cepat di hadapan Maximus. Tidak mendapat jawaban, Yu Wen lanjut bicara. Tolong bantu aku menguburkan A Chen.

"A Chen seorang budak, dia akan dikremasi."

Mulut Yu Wen terkatup erat mendengar jawaban yang diberikan oleh Maximus. Apa Anda sedang bercanda?

Mata Pangeran Maximus berkilat, serius. "Aku tidak bercanda," sahutnya sedingin lautan beku. "Jika kau mau pergi menemui Kaisar, pergilah! Namun, jangan meminta bantuanku jika terjadi sesuatu terhadapmu!" 

.

.

.

TBC

Berantem terooooooo ya ini dua pangeran beda nasib. XD

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang