23.2 Merajut Asa

687 142 11
                                    

Haiiii .... Ketemu lagi. Update cepet untuk menuhin target tamat pertengahan Juli. 

Semoga bisa ikut ngeramein Watty's 2022 yes. Aamiin ....

Btw, ternyata memang kebanyakan sampe di sini karena tags ya. Hehehe


Okay deh, happy reading!

.

.

.

Yu Wen tidak bisa menyembunyikan rasa bosan saat duduk di lantai dua rumah bordil. Di lantai pertama, para penari dan pemain musik tengah mempertontonkan keahlian mereka. Lantai pertama begitu riuh oleh suara riuh tepuk tangan, suara tawa dan teriakan-teriakan cabul.

Memiringkan kepala ke satu sisi, Yu Wen mengetuk-ngetukkan ujung kipas lipatnya ke sisi pagar kayu yang terbuat dari ulin. Pria itu membawa kipas ke depan hidung saat seorang wanita penghibur menghambur ke arahnya, memeluk dan terus bicara dengan nada menggoda.

Aroma parfum wanita itu begitu menyengat. Yu Wen mengernyit, terlihat begitu terganggu. Pria itu masih duduk dengan santai saat telapak sang penghibur merayap, menyentuh dada bidangnya.

Pandangan wanita terus tertuju ke tusuk konde yang dikenakan oleh Yu Wen. Keributan di lantai satu semakin tidak terkendali saat beberapa pria paruh baya mabuk merangsak maju, naik ke atas panggung. Di sana, mereka berteriak, mengejar para penari dan terus berusaha membuka pakaian wanita-wanita itu.

"Menari telanjang untukku!" Salah satu pria berteriak, keras. Tawanya menggema, terdengar memuakkan. Tangan pria itu terus bergerak, menarik kain terakhir pada salah satu penari hingga wanita itu berdiri telanjang di atas panggung. "Ayo menari, apa lagi yang kautunggu?" bentaknya.

Di lantai atas, Yu Wen menggertakkan gigi. Ia terlalu fokus untuk mengendalikan emosinya hingga tidak menyadari tangan salah satu wanita penghibur berhasil menarik tusuk konde miliknya.

"Cantik sekali," puji wanita itu, berusaha memakaikan tusuk konde milik Yu Wen di rambut pirang panjangnya. Ia terkesiap, terlihat sangat kaget saat Yu Wen menarik paksa benda itu dari tangannya. "Ck, dasar pelit!" cibirnya, menyapu wajah Yu Wen dengan saputangan sutra.

Yu Wen kembali duduk. Mata tajamnya terus mengawasi dengan saksama. Ada yang tidak beres, pikirnya.

"Kenapa Tuan ini begitu pendiam." Satu wanita bicara tepat di sisi kiri bibir Yu Wen. Telapak tangannya terus meluncur turun, berusaha menyentuh selatan milik Yu Wen. "Kenapa, apa Anda tidak suka?" bisiknya, terus menggoda.

Yu Wen menghentikan pergerakan telapak tangan wanita itu dengan menggunakan kipas lipat. Mendorong dada satu wanita dengan ujung kipas. Yu Wen menaikkan satu alis tinggi saat pandangan mereka bersirobok. Tanpa kata, ia meminta wanita penghibur itu untuk menjauh.

Di samping kanannya, Asva begitu mabuk. Sang pangeran terus meracau tanpa henti. Seperti halnya Yu Wen, Ega pun mulai bersikap waspada. Dengan sikap tenang pria itu menahan Asva untuk tetap di tempat, sementara satu tangannya yang lain berada dekat dengan pedang miliknya yang diletakkan di atas kursi kosong, di sampingnya.

Serangan itu terjadi sangat cepat. Yu Wen berdiri, memutar tubuh dan menendang meja di hadapannya, keras untuk menahan puluhan anak panah yang tertuju ke arah mereka. Di sampingnya, Ega segera menarik Asva menjauh, membalikkan sebuah meja lain untuk berlindung.

Jerit ketakutan terdengar dari segala penjuru. Puluhan pria bersenjata masuk ke dalam rumah bordil, sementara beberapa lainnya menutup semua akses keluar. Para tamu serta penghuni rumah bordil yang ketakutan berlari tidak tentu arah untuk menyelamatkan diri, sementara lainnya hanya terdiam di tempat, terlalu takut untuk bergerak.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang