Bab 31.2 Perasaan Terikat

619 78 20
                                    

Hallo2 ... yang mau ikut PO pdf, diperpanjang sampai tanggal 02 November 2023 ya.

Link untuk pemesanan dan pembayaran ada di profile saya ya. Harga khusus PO 50 rb. Words diperkirakan lebih dari 180K words. Tanggal pengiriman tetap sama di tgl. 05.11.2023 malam.

Untuk pdf gratis s/d bagian buku ketiga, link claimnya bisa kalian scroll di profile Watpad saya ya. Thank you dan happy reading! ^^

.

.

.

Ketika Yu Wen tersadar, fajar sudah hampir tiba. Dia bermimpi sangat aneh tadi malam. Menggertakkan gigi, Yu Wen berusaha untuk duduk setelah berbaring terngkurap sepanjang malam. Keringat membasahi kening pria itu saat terjaga.

Luka bakar di belakang punggungnya terasa sangat menyiksa. Rasa sakit kembali terasa setelah efek obat bius yang diberikan oleh tabib istana hilang sepenuhnya.

Mengembuskan napas panjang, Yu Wen mengusap wajah. Kenapa dia bermimpi ayah dan ibunya? Kenapa keduanya bisa bersama di dalam mimpinya?

"Bermimpi buruk?"

Yu Wen tersentak kaget mendapati Asva berada di dalam kamarnya, pagi ini. Apa yang kau lakukan di sini? Tangannya bergerak cepat sementara Asva memasang ekspresi kesal.

"Berani sekali kau tidak datang mengunjungiku!" Ada penekanan dalam setiap kata yang diucapkan oleh Asva saat bicara. Ia melihat Yu Wen bergerak, duduk di sisi ranjang. Wajah pucat dan kesakitan Yu Wen tidak berhasil membuatnya iba.

Asva bertepuk tangan. "Harus kuakui, kau benar-benar hebat." Ia menjeda pendek. Dagunya diletakkan di atas sandaran kursi kayu. "Bukan hanya berhasil membuat pejabat di Kementrian Kehakiman kesal, kau juga membuat Menteri Rhutus meregang nyawa."

Kening Yu Wen ditekuk dalam. Sial, luka di punggungnya terasa sangat sakit setiap kali Yu Wen bergerak. Setelah terluka oleh besi panas, ia juga harus menerima sepuluh pukulan tongkat kayu. Ega bahkan mengatakan kepada prajurit pengeksekusi untuk tidak bersikap segan saat melaksanakan tugasnya.

Rhutus mati? Yu Wen bertanya setelah berhasil duduk dengan nyaman. Luka-luka di punggungnya kembali meneteskan darah segar.

Asva menganggukkan kepala. "Maximus mengeksekusinya tadi sore."

Kedua mata Yu Wen terbelalak. Karena aku?

Berdecak, Asva memutar kedua bola matanya. "Kenapa kepercayaan dirimu begitu tinggi?" tanyanya, menggelengkan kepala. "Ayahanda menurunkan titah setelah mendapat laporan mengenai penggelapan pajak dari penjualan garam. Jadi tidak ada hubungannya denganmu."

Terlalu kebetulan, ucap Yu Wen di dalam hati. Lalu apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau ada di sini? Tanyanya lagi.

Asva mengembuskan napas panjang. Kamar Yu Wen beraroma bunga magnolia dan jujur saja, Asva merasa tenang berada di ruangan ini. "Kupikir kau memerlukan seseorang untuk menemanimu." Ia menggantung ucapannya. "A Chen sudah dikebumikan tadi sore. Apa kau mau mengatur upacara pernghormatan untuknya? Aku bisa menyiapkan altar sederhana untukmu."

Dikebumikan? Yu Wen terlihat tidak percaya. Bukankah Maximus mengatakan akan mengkremasi jenazah A Chen?

Dia tidak dikremasi?

"Apa kau mau dia dikremasi?" Asva balik bertanya, sama bingungnya. "Ega berusaha keras agar A Chen bisa dikebumikan, sekarang kau meminta budakmu itu untuk dikremasi? Bukankah terdengar sangat tidak bersyukur?" Asva melotot saat bicara. "Lebih baik kau kembali tidur. Aku juga sangat mengantuk karena menjagamu sepanjang malam," keluhnya sembari menggeliat.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang