Bab 25.2 Kepingan Masa Lalu

714 115 3
                                    

Fated Bab 25.2 Kepingan Masa Lalu

"Boleh aku bergabung?" Qi Yan berjalan mendekati. Pria itu tersenyum, balas menatap hangat pandangan sedingin es Abaven kepadanya. Kedua pria itu berdiri di atas benteng Istana Utara, bersisian. Angin akhir musim gugur berembus, ikut mengantarkan dingin bersamanya.

Untuk beberapa saat, tidak ada yang bersuara. Keduanya terdiam, menatap pemandangan Kota Kekaisaran dalam keheningan.

"Aku belum mengucapkan terima kasih kepadamu." Suara Qi Yan memutus keheningan yang menggantung. Kesibukan penduduk kota sore ini terlihat jelas dari tempat mereka berdiri. Sesaat, pandangan pria itu beralih, menatap langit biru tanpa awan yang tengah menaungi mereka saat ini.

"Terima kasih sudah menolongku tadi!" Qi Yan kembali bicara. Mengabaikan hening sang lawan bicara. "Sudah berapa lama kau mengabdi untuk Kaisar Takvor?" Seolah tidak memiliki rasa takut, Qi Yan terus bicara. Pandangannya menyelidik, berusaha menyelami kedalaman kedua mata Abaven, tapi nihil.

Qi Yan berdiri dengan kedua tangan berada di belakang punggung. Matanya berkilat terang. Seperti seekor anak anjing yang menemukan tuan, Qi Yan menatap lawan bicaranya dengan kehangatan. "Apa kau tahu segembira apa aku saat melihatmu berdiri di podium tadi?"

Abaven masih membisu. Ekspresi datarnya tidak berhasil membungkam mulut Qi Yan yang terus bicara. Qi Yan menelan dengan susah payah. Ditatapnya Abaven dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa Takvor membuat hidupmu sulit?" tanyanya. Ia terkekeh, mengusap kasar wajah. "Pertanyaan bodoh apa itu? Tentu saja hidupmu sulit di tempat ini."

"Hamba tidak mengerti apa yang Anda katakan." Abaven terdiam untuk beberapa waktu.

"Ah, sebenarnya kau tidak perlu menjawab apa pun." Qi Yan menunduk, menatap jauh ke bawah. Benteng tempat mereka berdiri saat ini memiliki tinggi sepuluh meter dari atas tanah. Jika jatuh dari tempat ini pasti akan langsung mati, kan? Batinnya.

Qi Yan menepuk ringan bahu Abaven. "Bagiku sampai kapan pun posisimu tidak akan pernah berubah. Sampai kapan pun kau akan selalu menjadi pahlawanku. Seseorang yang selalu ada saat mereka merendahkan dan merudungku. Seseorang yang mengatakan jika kedudukanmu dan aku sama, tidak ada bedanya."

Menjeda sejenak, Qi Yan tersenyum. "Semua orang mungkin tidak mengenalimu, tapi aku akan selalu mengenalmu." . . .

Qi Yan mengerutkan kening saat melihat bumbungan asap dari arah belakang Paviliun Utara. Paviliun itu ditempati oleh prajurit-prajurit kerajaan yang berada di bawah pimpinan Pangeran Maximus.

Masih menekuk kening dalam, Qi Yan menepuk bahu kanan Abaven yang sejak turun dari benteng tidak mengatakan apa pun. "Ikut aku!" Tanpa menunggu jawaban Abaven, ia menarik lengan pria berambut putih itu menuju asal datangnya asap.

"Eh, bukankah kau Yu Wen?" Berjalan mendekat ke meja persembahan, Qi Yan melepas pergelangan tangan Abaven. Ia mencondongkan kepala, berusaha melihat semua makanan yang tersaji di atas altar.

Qi Yan menjeda, melirik kepada A Chen yang terlihat sibuk membakar uang kertas di dalam baskom perunggu. "Pangeran Maximus mengizinkanmu melakukan upacara peringatan kematian?" Pertanyaan itu dilontarkan dengan nada tidak percaya.

Ia kembali menjeda, mengikuti langkah Abaven yang kini ikut berdiri di depan meja persembahan untuk memberikan hormat dan berdoa. "Kematian siapa yang kau peringati?" Qi Yan lagi-lagi bicara. Pandangannya bertemu dengan Yu Wen yang kini menatapnya dengan ekspresi biasa.

Ibuku. Yu Wen menjawab dengan bahasa isyarat yang segera diterjemahkan oleh A Chen.

Mulut Qi Yan membentuk lingkaran kecil. Ia menganggukkan kepala, terlihat sedikit kikuk. "Maaf!"

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang