Bab 32.1 Adipati Gunne

542 68 20
                                    

Selamat siang. Karena masih ada yang mau ikut PO Pdf Fated yang berbayar, POnya saya perpanjang sampai tanggal 05.11.2023 jam 18.00 WIB ya. Karena pdf akan diemail sekitar jam 8 atau 9 malam WIB.

Linknya ada di profile saya paling atas ya. ^^

Untuk pdf gratis s/d bagian buku ketiga, link download bisa kalian scroll di profile Watpad saya ya.

Thank you dan happy reading! ^^

.

.

.

Yu Wen dan Ega pada akhirnya berjalan mengekori Maximus. Mereka menunda latihan hari ini karena Maximus mengatakan ada hal penting yang harus dibahasnya dengan kedua tangan kanannya itu.

"Pamanku berniat memberontak." Maximus langsung bicara setelah Yu Wen menutup pintu ruang kerjanya. Dia berjalan mengelilingi meja kerja lalu mengeluarkan sebuah dokumen yang ditulis di atas kulit binatang dari dalam laci meja.

Maximus mendongak. Pandangannya bertemu dengan Ega. "Apa?"

"Maaf Yang Mulia, tapi paman Anda yang mana?" Pertanyaan itu meluncur polos dari mulut Ega. Maximus memang memiliki beberapa orang paman yang masih hidup dan semuanya berada di luar ibu kota. Mereka hanya dijadikan kaisar sebagai orang kaya santai sepanjang hidupnya.

"Gunne." Maximus menjawab pendek. Jari tangannya bergerak, meminta Yu Wen dan Ega untuk mendekat. "Abaven berhasil melacak keberadaan mata-mata yang dikirim Gunne untuk menyelinap ke ibu kota."

Ada perasaan lega di dalam hati Yu Wen saat nama Abaven meluncur dari mulut Maximus. Sekarang dia tahu alasan kakak pertamanya itu tidak pernah terlihat di istana belakangan ini.

"Abaven?" beo Ega. "Kukira dia pergi ke Kerajaan Timur untuk mengawal rombongan Putri Jia Li."

"Jia Li sudah mati." Jawaban Maximus membuat Ega dan Yu Wen menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. "Kenapa kalian terus melihatku dengan pandangan itu?"

Keheningan meraja untuk beberapa saat.

Maximus kemudian menunjuk Ega dan Yu Wen bergantian. "Rombongan Jia Li diserang pasukan tidak dikenal saat memasuki wilayah Kerajaan Faroe. Hanya Pangeran Qia Yin yang selamat dari sergapan itu. Dia terluka parah, beruntung prajurit Kerajaan Faroe menemukannya di saat kritis."

"Jenderal Chen juga tewas?"

Delikan Maximus membuat Ega menutup rapat mulutnya. "Bukankah aku sudah mengatakan hanya Qia Yin yang selamat?" Maximus mendengkus, jengkel.

"Hamba hanya memastikan." Ega berdeham pelan. Perhatiannya kembali tertuju ke dokumen di atas meja.

Maximus terdiam untuk beberapa saat. Penyerangan itu memang terdengar sedikit janggal. Maximus yakin ada seseorang yang memang menginginkan kematian Jia Li. Atau bahkan menggunakan kematian sang putri sebagai pion untuk sebuah rencana besar? Entahlah.

"Mereka sudah mengumpulkan besi dan batu bara dari Daratan Tengah. Kita bisa menebak dengan mudah apa yang diinginkan oleh Gunne." Maximus kembali bicara setelah terdiam beberapa saat.

Ega menekuk kening dalam. "Mereka mereka bisa mendapatkan bahan-bahan untuk pembuatan senjata?" tanyanya, heran. "Bahan-bahan itu seharusnya tidak lolos pemeriksaan, bukan?"

Menganggukkan kepala, Maximus menunjuk satu titik. "Kau ingat wilayah ini?"

Dalam pembicaraan ini, Yu Wen memutuskan untuk menjadi pendengar. Walau begitu, dia sangat serius mendengarkan ucapan Maximus dan Ega.

Di luar, langit mulai mendung. Hujan turun tidak lama berselang. Daun-daun berwarna cokelat jatuh, melayang di udara sebelum mendarat di atas tanah basah.

"Wilayah ini pernah dilanda banjir besar sebelumnya." Ega menjawab cepat. Kedua matanya terbelalak setelahnya. "Gunne menggunakan wilayah tidak berpenghuni ini sebagai akses mudah untuk mengantar barang kirimannya." Ia bicara dengan yakin. Anggukkan kepala Maximus menambah keyakinannya. "Sial, kenapa hal ini bisa luput dari pengawasan kita?" tanyanya, terdengar sangat kesal.

Maximus menaikkan satu alisnya, tinggi. "Pamanku yang satu itu sangat cerdas. Satu tahun ini ternyata dia mempekerjakan Aliansi Dagang Ballot untuk melancarkan rencananya." Ia kembali menunjuk satu titik di atas dokumen. "Jika menggunakan jalan ini, mereka membutuhkan waktu lebih panjang. Sedangkan jalan kota tidak mungkin digunakan karena terlalu banyak prajurit penjaga di sana."

Yu Wen pernah mendengar nama aliansi itu saat berkelana beberapa tahun lalu. Anggota aliansi memiliki kekuatan cukup besar di wilayah selatan. Desas-desus mengatakan jika mereka memperdagangkan garam tanpa pajak selama ini. Namun, tidak ada satu hakim pun yang bisa membuktikan kejahatan mereka.

"Kupikir mereka hanya memperdagangkan garam ilegal." Ucapan Ega membuat Yu Wen terkejut.

Kau mengetahui hal itu? Tanya Yu Wen kepada Ega. Ia kembali bertanya setelah Ega menganggukkan kepala. Lalu kenapa kalian tidak menangkap mereka?

Pandangan Maximus bertemu dengan Ega.

"Kami perlu tahu siapa dalang yang mendukung pekerjaan kotor mereka." Ega menggendikkan bahu acuh tak acuh. "Sebenarnya menjengkelkan karena dugaan Pangeran Maximus terbukti."

Dia menjeda ucapannya. "Kami sebenarnya sudah tahu mengenai kegiatan kotor Aliansi Dagang Ballot, selama ini mereka menerapkan sistem pinjaman bank swasta yang sangat mencekik serta penjualan garam tanpa pajak. Penyelidikan mengerucut kepada Rhutus. Namun, Pangeran Maximus curiga Rhutus memiliki tuan lain."

Jadi karena alasan itu kalian belum menangkap semua anggota Aliansi Dagang Ballot? Yu Wen menatap Maximus dan Ega bergantian. Ada berapa banyak penduduk yang kalian korbankan?

"Kami melakukannya demi kepentingan yang jauh lebih besar." Maximus menjawab tenang. "Beberapa pengorbanan terkadang sangat diperlukan."

Yu Wen tidak menanggapi. Dia masih tidak menyangka jika Maximus tega mengorbankan rakyatnya sendiri demi menangkap Gunne.

"Korban yang jatuh akan semakin banyak bahkan jauh lebih banyak jika kami bertindak dengan tergesa." Seolah bisa mendengar isi hati Yu Wen saat ini, Maximus kembali bicara untuk menjelaskan. "Kau tidak akan tahu bagaimana perasaanku saat mengambil keputusan itu."

Aku tidak mengatakan apa pun, jawab Yu Wen. Ekspresinya tidak terbaca.

Tersenyum sinis, Maximus menggerakkan telunjuknya di depan wajah Yu Wen. "Ekspresimu mengatakan semuanya."

Sepertinya aku memang tidak akan pernah bisa mengerti, ucap Yu Wen di dalam hati.

"Yu Wen, tolong tinggalkan kami. Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan dengan Ega."

Mengangguk patuh, Yu Wen pun segera keluar dari dalam ruangan. Dia berniat kembali ke kamarnya untuk mandi. Tubuhnya terasa sangat lengket.

Membuka pintu kamarnya yang terkunci, Yu Wen mendapati keranjang rotan berisi buah apel di atas nakas. Ia menutup pintu kamarnya cepat lalu berjalan ke arah nakas. Yu Wen mengankat satu per satu buah apel dan menemukan secarik kertas bertuliskan hanzi serta satu botol kecil tergeletak di bagian bawah keranjang.

Obat ini akan membuatmu mati suri. Saat perayaan ulang tahun Kaisar Takvor, kau harus membuat Maximus mabuk. Pastikan dia berpikir kalian menghabiskan waktu bersama. Tidak ada waktu lagi.

Hati Yu Wen seperti dicubit. Dalam suratnya Abaven mengatakan tidak ada waktu lagi. Apa memang terjadi sesuatu terhadap ayah mereka?

Menarik napas dalam, Yu Wen mendongak. Ia bergerak cepat untuk membakar surat kecil di tangannya lalu menyembunyikan botol berisi racun itu di tempat aman.

"Maaf," ucapnya terdengar parau.

.

.

.

TBC

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang