Bab 24.1 Bermain Api

803 128 7
                                    

Iring-iringan rombongan Kaisar bergerak cepat menuju istana. Suara ringkikan kuda memenuhi udara, siang ini, meninggalkan debu yang berterbangan di belakangnya.

Kaisar Takvor meloncat turun dari atas punggung kuda. Ekspresinya tidak terbaca. Pria paruh baya itu melepas sarung tangan kulit, lalu melempar tanpa menoleh kepada seorang prajurit muda di belakangnya. Di pelataran, beberapa anggota kerajaan telah menunggu, termasuk Maximus dan Asva. Keduanya berdiri bersisian, berada di barisan paling depan.

"Yang Mulia, kenapa Anda baru pulang?" Sara bertanya dengan suara manja. Pakaian putih dengan sulaman benang emas yang ia kenakan terlihat sangat mencolok.

Takvor tidak menjawab, tatapannya tertuju kepada Maximus dan Asva, bergantian. Di sampingnya, Sara berdecak kesal. Namun, wanita itu tidak bisa melakukan apa pun selain menunggu hingga perhatian Kaisar Takvor tertuju kepadanya.

"Aku ingin laporan lengkap!" Satu telunjuk Takvor diangkat tinggi di depan wajah Asva. Sang kaisar menerima salam hormat para abdinya dengan acuh tak acuh. Mendengkus kasar, ia melirik tajam ke arah Ega yang tengah berdiri, menundukkan kepala bersama Yu Wen di sisinya.

Takvor berjalan penuh wibawa menuju kursi singgasana. Para tamu dari Kerajaan Timur hanya bisa terdiam, terlihat bingung hingga akhirnya memilih untuk ikut masuk ke dalam aula paviliun utama.

Suasana berubah mencekam. Udara di dalam aula terasa menekan. Menggertakkan gigi, keras, Takvor mengibaskan jubah bulu beruangnya, sebelum duduk di atas kursi singgasana. Suasana hati kaisar memburuk setelah mendengar laporan mengenai usaha pembunuhan terhadap Pangeran Asva tadi malam.

"Apa kau terluka?" Pertanyaan itu ditujukan kepada Asva. Penekanan dalam suara kaisar membuat para abdi menundukkan kepala semakin dalam, ketakutan.

Yang ditanya segera maju satu langkah dan menjawab, "Ayah jangan cemas, aku baik-baik saja." Asva bicara dengan nada tenang, walau di dalam hati tengah dirudung oleh cemas luar biasa. Ia takut jika ayahnya melampiaskan kesalahan itu kepada Ega dan Yu Wen.

"Aku mendapat laporan jika Asva pergi bersamamu."

Ega bergerak dari tempatnya berdiri, maju satu langkah ke depan, lalu berlutut dengan satu kaki. Kepalanya menunduk dalam. "Lapor Yang Mulia, benar Pangeran Asva pergi bersama hamba."

Tatapan tajam kaisar berubah, kini tertuju kepada Yu Wen. Ia mengubah posisi duduknya lebih santai. Para abdi, keluarga kerajaan serta tamu dari Kerajaan Timur pun masih terdiam, menunggu dengan perasaan was-was. Perubahan emosi kaisar sering tidak bisa ditebak.

"Bukankah kau pergi bersama mereka juga?" tanyanya kepada Yu Wen. "Siapa namamu?"

"Kau tahu jika pengawal baruku ini tidak bisa bicara." Maximus memotong dengan tenang. Pandangan malasnya bertemu dengan tatapan tajam Kaisar Takvor yang pada akhirnya hanya bisa menghela napas panjang, dan menunjuk ke arah Maximus.

"Kau ini, dasar anak tidak berbakti!" cecarnya. "Bisakah kau memberi kabar terlebih dahulu sebelum pulang? Setidaknya aku bisa menyiapkan pesta untuk menyambut kepulanganmu. Jika tahu kau akan pulang, aku pasti tidak akan pergi berburu."

Omong kosong! Maximus bicara di dalam hati.

Kaisar Takvor berdecak. Dengan langkah tergesa ia menuruni satu per satu anak tangga singgasananya yang megah. Udara di dalam ruangan besar yang ditopang oleh delapan pilar batu berukuran besar dan tinggi itupun perlahan mencair. Pria itu melambaikan tangan, memerintahkan tanpa kata kepada Maximus untuk mendekat kepadanya.

"Kita harus merayakan keberhasilanmu yang gemilang!" ucapnya, menepuk punggung putra mahkota dengan semangat. "Javik?" panggilnya. Ia kembali bicara setelah sang jenderal merangsak maju memenuhi panggilan. "Aku ingin kau menyelidiki dalang dibalik penyerangan terhadap Asva. Bawa kepalanya kepadaku!"

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang