Bab 26.3 Roda Waktu Melengking

623 118 12
                                    

Happy reading yes. ^^

.

.

.


Suara gemerisik kain terdengar setiap kali Selir Mei Hwa berjalan menuju taman depan paviliun. Wanita itu menatap tanpa ekspresi sosok pria yang tengah berdiri memunggunginya di sana. "Apa yang Anda lakukan di sini?"

Kaisar Takvor tidak menjawab. Pria itu masih berdiri berpunggung tangan saat Mei Hwa berdiri tidak jauh dari tempatnya berada.

Mei Hwa menekuk kening, mata wanita itu sedikit menyipit saat menyadari ada sosok lain tengah berlutut di hadapan sang kaisar. Terdiam, mata tajam sang selir mengamati kedua pria muda di hadapan kaisar dengan saksama. "Siapa?" tanyanya, berjalan semakin mendekat.

Ia terdiam, menunggu jawaban. Walau cara berpakaian kedua pemuda itu tidak seperti orang timur pada umumnya, tapi Mei Hwa sangat yakin jika keduanya berasal dari wilayah timur.

Kaisar Takvor tidak langsung menjawab. Pandangan ornag nomor satu di Kekaisaran Barat itu menerawang jauh, menatap langit musim gugur yang mulai gelap. "Pemuda berambut putih itu bernama Abaven," terang kaisar, tenang. "Namun, aku yakin kau lebih mengenalnya dengan nama Feng Yunning."

Abaven mengerjapkan mata, keningnya berkedut karena terkejut. Sejak kapan kaisar tahu? Tanyanya di dalam hati.

Perhatian kaisar kini beralih kepada Re Ba. "Dia bermarga Qing," sambungnya masih dengan nada tenang yang sama. "Kurasa kau tidak asing dengan marga itu, kan?"

Mei Hwa mempertahankan air muka biasanya. Wanita itu mengangkat dagu, membawa kedua tangan ke depan perut. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya. "Kenapa tiba-tiba membawa mereka ke hadapanku?"

Takvor menoleh, terkekeh pelan. "Selama ini mereka mencari keberadaanmu, dan sekarang aku membawamu ke hadapan mereka. Seharusnya kalian berterima kasih kepadaku."

"Kaisar Takvor, leluconmu sangat tidak lucu."

Pria yang lebih tua itu kembali terkekeh. Pandangannya menyapu ke arah depan. "Aiguo sudah bergerak, dan kupikir akan sangat menyenangkan jika aku membantu memuluskan rencananya."

Ada jeda pendek sebelum ia kembali bicara. "Aku akan meninggalkan kalian bertiga untuk berdiskusi," terangnya. "Kalian yang akan memutuskan, siapa yang pergi ke sisi Aiguo dan siapa yang akan tetap tinggal di tempat ini bersama Mei Hwa?"

Ia berbalik, menaikkan satu alis saat pandangannya bersirobok dengan Mei Hwa. "Aku menyerahkan keputusannya kepadamu," ucapnya. "Ah, satu hal lagi ...." Takvor kembali membalikkan badan setelah sesaat sebelumnya berjalan pergi. "Aku hanya bisa memberi kalian waktu malam ini untuk bicara," tutupnya, tegas.

.

.

.

"Yang Mulia?" Suara Abaven terdengar gemetar. Pria itu tidak mampu mengangkat kepala untuk menatap langsung sang selir. Emosi di dalam dirinya berkecamuk, sementara Re Ba terlihat sama bingungnya. Dia tidak menyangka jika Takvor akan mengantar mereka menemui Selir Mei Hwa secara pribadi.

Mei Hwa tersenyum. "Berdiri!" perintahnya, lembut. Melambaikan tangan, wanita itu memerintahkan keduanya untuk masuk ke dalam dan duduk. Abaven dan Re Ba terlihat kikuk, mereka duduk di seberang meja Mei Hwa.

"Yang Mulia, apa kaisar memperlakukan Anda dengan baik?" Abaven menjadi orang pertama yang buka suara. Ekspresinya terlihat murung. Ia merasa bersalah.

Mei Hwa mengangguk. Di sampingnya, sang pelayan menuangkan teh untuk disajikan. "Aku baik-baik saja. Selama belasan tahun ini Kaisar Takvor memperlakukan kami dengan baik.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang