Bab 23.3 Merajut Asa

734 142 12
                                    

Happy reading ya! ^^

.

.

.

Yu Wen melepas napas panjang, menunduk hanfu miliknya. Noda merah mengotori sisi kiri hanfu atasnya. Berdecak pelan, Yu Wen berjalan menuju meja rias, tangannya menyimpan kipas di atas meja.

Suara derit pintu tidak membuat pria itu menoleh. Aroma citrus tercium, menyaru di udara. Yu Wen bergeming merasakan sosok lain itu kini berdiri, bersandar santai ke meja rias di belakangnya.

"Kau terluka?"

Yu Wen menoleh, tersenyum dan mengangguk singkat. Tanpa rasa malu ia membuka hanfu bagian atas yang masih melekat di tubuhnya. Yu Wen meringis tanpa suara, merasakan perih dari luka terbuka sisa pertempuran di rumah bordil tadi.

"Kenapa kau tidak bisa menjaga diri?" Maximus mencondongkan tubuh, menatap lekat luka menganga di perut kiri pengawalnya. Pandangan Maximus diangkat naik hingga tatapan mereka bersirobok.

Perlahan Maximus menegakkan punggung, mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana kainnya. "Ega mengatakan jika kau terluka," tukasnya, meletakkan satu botol kecil obat luka ke atas meja.

Yu Wen menghela napas. Hanfu yang terbuka memperlihatkan dada bidang berototnya yang penuh bekas luka. Sebenarnya Yu Wen tidak terlalu suka mengenakan pakaian berwarna cerah, terlebih warna putih karena warna-warna itu tidak bisa menyembunyikan noda darah akibat luka.

Menyembunyikan isi hati sebenarnya, Yu Wen menjawab, Bukankah sudah hal biasa jika seorang prajurit terluka saat bertempur?

Maximus tidak langsung menjawab. Ekspresi pria itu tidak terbaca hingga berhasil membuat gerakan tangan Yu Wen yang tengah membersihkan lukanya terhenti untuk beberapa saat.

Ada apa? Apa Anda sakit?

Tersenyum tipis, Putra Mahkota menggelengkan kepala. Menghena napas berat, diusapnya wajah, kasar. "Setidaknya saat aku tidak berada di dekatmu, bisakah kau menjaga dirimu sendiri?" Maximus membalas dengan pertanyaan. "Setidaknya jaga dirimu untuk tidak terluka saat aku tidak ada di dekatmu."

Kening Yu Wen ditekuk dalam. Kain bernoda darah di tangannya kini berada di dalam baskom perunggu berisi air yang juga sudah berubah warna menjadi kemerahan. Keheningan yang tercipta di antara mereka terasa mengganggu untuk Yu Wen.

Apa Anda lihat bekas luka cambuk di punggungku ini? Yu Wen memutar tubuh, membelakangi Maximus sementara tangan pria itu menyibak helaian rambut yang menutup punggungnya. Ia kembali berbalik dan tersenyum. Perintah Anda yang menorehkan bekas luka ini di tubuh hamba.

Ada jeda pendek sebelum ia kembali bicara. Apa hanya Anda yang boleh melukaiku? tanyanya. Kenapa Anda bersikap sangat aneh? Ia menyipitkan mata. Apa Anda menyukaiku?

"Menyukaimu?" beo Maximus, terdiam sejenak. Ia mencondongkan tubuh hingga hidung keduanya nyaris menempel satu sama lain. "Apa kau menyukaiku?" Ia balik bertanya. Senyum tipisnya terlihat angkuh.

Aku memang menyukai Anda. Jawaban Yu Wen jelas mengagetkan Maximus. Sang Putra Mahkota menegakkan punggung, senyumnya menghilang, cepat. Apa hamba tidak diizinkan untuk menyukai Anda? Apa hamba tidak pantas untuk menyukai Anda?

"Kenapa kau menyukaiku?"

Yu Wen mengangkat bahu, ringan. Apa hamba memerlukan alasan untuk jatuh cinta?

"Mungkin." Maximus mengangkat bahu acuh tak acuh. Ia tersenyum tipis melihat rona merah di kedua telinga Yu Wen saat ini. "Berikan aku bukti jika kau memang menyukaiku!"

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang