Bab 26.2 Roda Waktu Melengking

626 113 11
                                    

Hai, masih sanggup bacanya?

Hehehehe ....

.

.

.

Suara ketukan di daun pintu mengalihkan perhatian Kaisar Takvor. Beranjak berdiri, ia berjalan menuju jendela yang terbuka, berdiri berpunggung tangan. "Masuk!" ucapnya tanpa menoleh.

Tigran beranjak masuk. Setelah menutup pintu di belakangnya, wanita itu berlutut dengan satu kaki dan memberi salam, takzim. "Lapor Yang Mulia, Pangeran Maximus memerintahkan seorang tabib untuk datang ke paviliun Putri Jia Li."

Kaisar Takvor mencebikkan bibir, matanya menyipit sempurna. "Putraku tidak mungkin menyusahkan diri hanya untuk membantu Jia Li." Ia membalikkan badan, memandang Tigran yang masih berlutut, menundukkan kepala. "Apa Yu Wen yang meminta Maximus untuk memanggil seorang tabib?"

"Hamba akan mencari tahu—"

"Tidak perlu!" potong kaisar, cepat. "Aku ingin kau terus mengawasi pergerakan Jenderal Chen. Segera melapor kepadaku jika kau menemukan kejanggalan!"

"Hamba laksanakan perintah!" Tagran menjawab dan segera beranjak pergi, meninggalkan Kaisar Takvor seorang diri.

Waktu terus berlalu. Keheningan panjang menyelimuti kamar peraduan Kaisar Takvor setelahnya. Orang nomor satu di wilayah Kekaisaran Barat itu duduk di belakang meja kerja, terlihat sangat serius membaca satu persatu dokumen berisi laporan yang telah diterimanya sejak pagi.

Pergerakan pasukan yang dipimpin Penyihir Timur tengah menyita perhatian sang kaisar saat ini. Sesekali mata pria itu menyipit, sesekali alisnya diangkat naik saat mata tajam sang kaisar membaca laporan yang tertulis di atas kertas berwarna kuning kecokelatan.

Di atas meja, api lilin masih menyala, menemani sang kaisar membaca laporannya malam ini. Beberapa saat Kaisar Takvor terdiam, tangannya menggenggam perkamen, erat. Tipis, senyum pria itu terkembang hingga suara kekehan Kaisar Takvor terdengar, memecah keheningan.

Kaisar mengembuskan napas keras. Berdecak, ia bergumam, "Jenderal Aiguo ... aku tidak mengira rencanamu bisa sekejam itu." Kaisar Takvor memasukkan dokumen yang baru selesai dibacake dalam sebuah ember perunggu di sisi kanan meja kerja. Dokumen-dokumen berisi laporan pergerakan Penyihir Timur-pun segera dibakarnya.

Di sisi lain, Takvor tidak bisa menyalahkan Aiguo, karena perang memang selalu menginginkan sebuah pengorbanan besar. Punggungnya bersandar ke punggung kursi, tangan pria itu saling bertaut di atas pangkuan. "Aku ingin tahu sejauh mana kau akan bertindak," gumamnya.

Kaisar Takvor masih duduk sambil berpikir. Menumpu wajah dengan satu tangan, pandangannya menerawang, jauh. "Aku berharap kau tidak bertindak gegabah." Ia berbisik. "Bahkan Mei Hwa tidak akan bisa menyelamatkan putranya jika kau berani menyentuh Maximus!"

.

.

.


Di dalam kamar Jia Li, kedua pelayan wanita itu akhirnya bisa melepas napas lega saat melihat A Chen berdiri bersama seorang tabib di depan pintu kamar. Dengan cepat Ju Rong mempersilahkan tabib wanita berusia paruh baya untuk masuk, dan menahan A Chen untuk tetap berada di luar kamar.

Ju Rong memajukan kepala, menatap ke segala penjuru sebelum menutup pintu di belakangnya, pelan. "Apa kau memberitahu seseorang tentang masalah ini." Pandangan Ju Rong mengunci kedua mata A Chen yang balas menatapnya polos. Wanita itu memicingkan mata, terlihat tidak percaya saat A Chen menggelengkan kepala.

"Aku bisa membunuhmu jika kau berani membocorkan masalah ini!" Ancaman itu diucapkan dengan penuh penekanan.

A Chen mengendikkan bahu, ekspresinya masih terlihat biasa. "Aku sudah melaksanakan tugas. Sekarang mana upah yang kau janjikan?" tanyanya, menengadahkan tangan di depan Ju Rong.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang