Bab 30.4 Botol Anggur Hijau

479 73 8
                                    

Hallo2 ... yang mau ikut PO pdf, diperpanjang sampai tanggal 02 November 2023 ya.

Link untuk pemesanan dan pembayaran ada di profile saya ya. Harga khusus PO 50 rb. Words diperkirakan lebih dari 180K words. Tanggal pengiriman tetap sama di tgl. 05.11.2023 malam.

Untuk pdf gratis s/d bagian buku ketiga, akan saya share secepatnya. Isinya sama dengan publishan Wattpad/Twitter.

Thank you dan happy reading! ^^

.

.

.

Bab 30.4 Botol Anggur Hijau

.

.

.

Kaisar Takvor sudah mendapat laporan mengenai kekacauan yang terjadi di Departemen Kehakiman akibat ulah Yu Wen. Gunne berpikir kaisar akan memberikan pembelaan untuk Yu Wen, tapi secara mengejutkan, Kaisar Takvor justru menjatuhkan hukuman untuk pengawal pribadi Pangeran Maximus itu.

Yu Wen tidak memberikan perlawanan. Dia diseret masuk ke dalam Penjara Barat di mana tawanan-tawanan politik dikurung menunggu waktu eksekusi.

Suara tikus terdengar dari sudut penjara yang ditempati oleh Yu Wen. Dia bersyukur karena hal itu pertanda ruangan yang ditempatinya hangat. Mengembuskan napas panjang, Yu Wen mengangkat wajah, menatap langit-langit penjara yang lembap dan gelap. Matanya jernih dan dingin. Pikirannya kini berkelana.

A Chen pasti tengah dikremasi saat ini, pikirnya. Setidaknya dia memakai pakaian bagus. Yu Wen mengusap wajah. Saat memejamkan mata, ekspresi ramah dan polos A Chen melintas di sana. Yu Wen kembali menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi orang-orangnya. Sialan! Dia memaki dalam hati.

Pikiran Yu Wen masih belum fokus saat pintu besi penjara dibuka dari luar. Empat orang prajurit berwajah sangar masuk ke dalam penjara lalu menyeret tubuh Yu Wen, kasar.

Anehnya, Yu Wen tidak dibawa ke tempat eksekusi biasa. Dia melihat salah satu prajurit melempar satu kantong berisi uang ke tangan penjaga. Keduanya melempar senyum penuh arti dan Yu Wen kembali diseret keluar dari penjara.

Ada ketidakpedulian dingin di kedua mata Yu Wen saat berhadapan dengan sosok Rhutus. Keduanya bertemu beberapa kali di lorong istana. Yu Wen tidak memberikan perhatian secara khusus terhadap pria itu. Namun, kenapa Rhutus mencari masalah denganya?

"Harus kuakui, kau memang memesona." Rhutus duduk berpangku kaki. Wajahnya menunduk angkuh saat menatap Yu Wen yang dipaksa untuk berlutut di hadapannya. "Kupikir Kaisar Takvor akan melindungimu. Namun, ternyata desas-desus mengenai Pasangan Takdir itu hanya sebuah omong kosong."

Menjeda, Rhutus menggerakkan satu tangannya. Dia memberikan isyarat kepada prajuritnya untuk memulai siksaan terhadap Yu Wen.

Sebuah besi panas diangkat dari tunggu. Prajurit itu mengangkat benda itu di depan wajah dan tersenyum keji. Tanpa berkedip dia menempelkan besi itu di punggung Yu Wen. Tubuh Yu wen tersentak, kepalanya terkulai bersama datangnya rasa sakit.

Menyangga wajah dengan satu tangan, Rhutus menatap lurus Yu Wen. Keheningan yang menggantung membuatnya tidak puas. Rhutus sangat suka saat mendengar suara rintihan kesakitan serta raungan frustrasi musuhnya. Namun, hal itu tidak didapatkannya dari Yu Wen.

"Ah ... membosankan." Rhutus menguap lebar. Ia berdiri, lalu menarik sebuah guci berisi arak. "Buka pakaiannya!"

Prajurit tadi langsung merobek hanfu bagian atas yang dikenakan oleh Yu Wen. Punggung dan dada Yu Wen terekspos sempurna, seputih susu, tapi dipenuhi oleh banyak bekas luka lama dan baru.

Rhutus mencebikkan bibir. Dia mengangkat tinggi gentong arak di tangannya sebelum disiramkan tepat ke atas luka bakar di punggung Yu Wen.

Kedua tangan Yu Wen yang dirantai kini berada di atas lantai kotor. Rasa sakit yang datang tidak bisa dilukiskan. Air liur menetes dari mulut Yu Wen yang terbuka. Yu Wen bertekad untuk tidak mati. Dia berusaha berdiri untuk melawan walau kedua kakinya gemetar. Satu pukulan keras mendarat di punggungnya. Tongkat kayu yang dipakai untuk memukulnya terbelah hingga dua.

"Bagus sekali." Suara Ega terdengar dari pintu masuk. Jenderal muda itu berdiri, melipat kedua tangannya di depan dada dengan gestur santai. Sekilas, kedua mata Ega melirik Yu Wen. "Tuan Rhutus, kenapa kau bisa ada di sini?" Perhatian Ega kini beralih kepada Rhutus. "Sejak kapan kau bertanggung jawab atas tahanan kekaisaran?" tanyanya, masih dengan nada tenang yang sama.

Ega berjalan santai. "Apa kau sengaja mencari masalah dengan Pangeran Maximus?"

Rhutus tersenyum kikuk. Ekspresinya terlihat sangat jelek. "Jangan menuduhku sembarangan. Aku tidak sengaja menemukannya di sini."

Ekspresi Ega tidak berubah. Enam orang prajurit di belakangnya merangsak masuk, menyeret keluar Rhutus dan anak buahnya. Mengembuskan napas panjang, Ega berjalan santai ke arah Yu Wen. Dia berjongkok, matanya menatap luka di punggung muridnya. "Kenapa kau selalu mencari masalah?"

Yu Wen tersenyum tipis. Tubuhnya terhuyung setelah rantai yang mengikat kedua tangannya dilepas. Masalah sepertinya sangat suka datang kepadaku.

Ega memutar kedua bola matanya. Dia memapah Yu Wen keluar dari tempat itu dengan hati-hati. "Ah, tapi kau belum menjalani hukuman dari kaisar." Dengan cepat Ega berbalik, dia membawa Yu Wen kembali ke Penjara Barat untuk menerima hukuman.

Saat keduanya tiba, Yu Wen melihat dua orang prajurit penjaga yang menerima uang tadi sudah terkapar tidak bernyawa di atas lantai dingin. Kepala mereka terpenggal, tubuh keduanya diseret sepanjang lorong lalu dinaikkan ke atas kereta kayu seperti binatang ternak.

Pandangan Yu Wen bersirobok dengan Ega.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Ega. "Di mana prajurit-prajurit itu? Kenapa mereka menghilang saat aku membutuhkan mereka?" ujarnya terdengar sangat kesal.

.

.

.

TBC

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang