Bab 14. Rasa

987 164 11
                                    

Happy reading!

.

.

.


Eve merasa sedikit aneh atas sikap dingin Bright terhadap Yu Wen. Pria itu tidak mengatakan apa pun saat Yu Wen menyodorkan sarapan pagi serta pakaian bersih untuk dikenakan.

Memainkan sendok kayunya, pelan, Eve memandang wajah keduanya bergantian. "Apa kalian bertengkar?" pertanyaan itu membuat Ega menyikut pelan lengan Eve. Namun, yang lebih muda terlalu polos hingga tidak menyadari isyarat dari Ega.

Eve meletakkan sendok di dalam mangkuk supnya. Ia melipat kedua tangan di atas meja. "Kenapa kalian bertengkar?"

Kami tidak bertengkar. Yu Wen tersenyum lembut seperti biasa. Namun, hal itu justru membuat Eve semakin curiga. Ia memicingkan mata, ditatapnya Bright, lekat.

"Pasti Paman berulah lagi, kan?"

Bright menaikkan satu alis tinggi, tapi tidak mengatakan apa pun. "Apa yang Paman lakukan kali ini?" Eve kembali bertanya. Suaranya terdengar sangat galak.

"Apa Paman mempermainkan perasaan Kakak Yu Wen?"

Bright memutar kedua bola matanya. Pria itu memberi isyarat kepada Ega, memberi perintah tanpa kata agar tangan kanannya itu menutup mulut lancang Eve.

Kesiap Eve membuat ketiga pria di dalam ruangan itu menoleh ke arahnya. "Apa Paman menyukai orang lain? Paman membagi hati lagi?" tanyanya dalam satu tarikan napas. Bright baru saja akan membuka mulut saat Eve kembali bicar dengan nada menegur, "Paman tidak boleh menyukai atau menikahi banyak orang. Kau bukan Pangeran Maximus yang bisa memiliki banyak istri, selir dan gundik di dalam haremnya!"

Tawa hambar Bright menggema untuk sesaat. rahang pria itu seketika mengeras. "Biarkan aku membunuhnya!"

Eve segera bersembunyi di belakang punggung Yu Wen sementara Ega berdiri, menundukkan kepala di depan Bright. "Menentangku?" Bright mendesis, menatap tangan kanannya dengan pandangan mengancam.

Sikap Anda terlalu berlebihan! Yu Wen akhirnya angkat bicara. Pria itu menarik pakain Ega, memintanya untuk membawa Eve keluar dari dalam ruangan. Kenapa harus begitu marah?

"Kenapa harus kau!" Bright membentak tepat di depan wajah Yu wen. "Kenapa harus kau?" ulangnya, melemah.

Napas kedua pria itu memburu, entah siapa diantara mereka yang memulai hingga akhirnya bibir keduanya bertemu, bertaut, memagut penuh rindu.

. . .

Ega menutup kembali daun pintu di hadapannya sepelan mungkin. Pria itu termenung, pandangannya menatap ke bawah. Pikiran Ega berkecamuk, ia menoleh, membuang muka, menatap Eve yang terlihat sibuk berjongkok, mengais-ngais tanah. Entah hal apa yang berhasil menarik perhatian gadis kecil itu di sana?

Mengusap wajah kasar, Ega berjalan. Langkah-langkah panjangnya membawa pria itu mendekat cepat ke arah Eve.

Mendengar langkah kaki mendekat, Eve mendongak, tersenyum menatap Ega yang balas tersenyum lembut.

Pikiran Ega kembali ke belakang. Kedua pria di dalam ruangan itu jelas saling menyukai. Mungkin bukan cinta, tapi rasa sayang itu perlahan bisa tumbuh seiring dengan waktu, bukan?

Ega tidak tahu harus merasa lega atau cemas luar biasa? Awalnya dia berharap Yu Wen membalas rasa yang dimiliki tuan mereka. Namun, kini Ega justru merasa resah.

Bagaimana jika Yu Wen mati oleh perasaannya sendiri?

. . .

Berkali-kali Eve melihat ke belakang. Keningnya ditekuk dalam. Jelas sekali ada yang aneh dengan kedua pria yang berjalan di belakangnya. Bright menampilkan wajah tanpa ekspresi seperti biasa, sedangkan Yu Wen membarikan senyum manis saat pandangannya bersirobok dengan Eve.

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang