Bagian 2

26 4 1
                                    

Selamat malam Rabu!

Selamat membaca kalian semua♡
Semoga kalian sukaa😘

==========

"Iliana. Sedang apa kamu disini?"

Aku yang sedang berjalan keluar dari lorong menuju ruangan kepala sekolah menoleh, melihat June yang berdiri di belakang sedang menatapku. Dia berjalan mendekat, menunjuk rambutku. "Kamu main hujan?"

Secara naluriah tanganku menyentuh rambut. Ah! Aku lupa tadi hendak menyisir tapi malah berakhir menguntit June. Sial sekali bertemu June dalam keadaan kacau seperti ini. Aku meneguk ludah, apa jawaban yang harus aku berikan?

Hening beberapa detik hingga June kembali membuka suara. "Kamu tahu dimana lorong tempat loker berada? Aku baru saja mendapatkan kunci lokerku."

Aku menghela napas lega, mengangguk. Aku menuntun June menuju lorong tempat penyimpanan loker seluruh siswa. Tidak ada yang bicara selama perjalanan. Aku sendiri asyik mencerna pembicaraan June dengan kepala sekolah tadi saat melihat ia masuk ke dalam ruang kepala sekolah. Aku sengaja menguping.

June menutup pintu ruang kepala sekolah, tapi aku masih bisa mendengar apa yang mereka bicarakan di dalam.

"Halo, Nak." Aku yakin itu suara kepala sekolah." Apa kabar?"

"Aku baik, Om." June menjawab.

Aku sempat mendengar helaan napas, entah berasal dari siapa. "Dua minggu dari sekarang aku akan pergi. Kejadian ini sangat menjengkelkan. Lagipula aku harus bertemu anak dan istriku disana, sekaligus mengurus semua. Semoga kamu betah disini sementara waktu." Aku bisa mendengar suara gemerincing kunci, "Ini kunci loker kamar asrama punyamu. Tapi kalau kamu mau tinggal di asrama tidak apa-apa, kamu bisa memakai rumah peristirahatan milikku."

Di lorong lain, aku mendengar suara ketukan sepatu hak. Sepertinya ada guru yang akan lewat. Aku segera pergi dari lorong itu. Akan menjadi masalah jika seseorang menemukanku sedang menguping pembicaraan kepala sekolah.

Langkahku terhenti, menatap lorong penuh lemari loker siswa berjejer di sisi dinding lorong. Loker milik siswa dan siswi saling berhadapan di sisi dinding lorong.

"Kita sudah sampai." Aku berjalan menuju lokerku, menunjuk loker diseberang, tempat loker para siswa.

June ikut melangkah, melihat angka pada kunci loker kemudian beralih menatap pada angka di pintu loker. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan setelahnya karena aku sibuk mencari sisir kemudian menyisir rambutku yang kusut. Setelah selesai dengan kesibukanku, aku berbalik menatap June yang memunggungiku.

"Aku mau bertanya," aku bersandar pada loker, mengucap pelan.

June bergumam pelan, tetap membelakangiku.

"Apa kamu punya lembaran?" Aku menunduk menatap lantai, berkata semakin pelan. "Aku sering melihat wajah itu, di.."

June memotong, berbalik menatapku, "Tidak. Aku tidak punya kembaran."

Aku menatap June sesaat. Ada perasaan tidak enak dihatiku saat melihat sorot matanya.

"Oh, baiklah. Kalau begitu aku duluan." Aku beranjak pergi.

Tidak ada jawaban dari June

Aku berjalan menyusuri kembali lorong yang aku lewati beberapa menit lalu. Gerimis berganti menjadi hujan deras. Ketika sampai dikelas, tak lama seorang guru datang. Sisa waktu sekolah berjalan semestinya hingga waktunya pulang. Aku berjalan beriringan dengan Aby dan Ares menuju asrama. Sementara June, aku tidak tahu dia kemana. Mungkin mengambil koper hitamnya di mobil.

ILY, IlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang