Bagian 3

19 4 1
                                    

*ilustrasi kelas di atas anggap aja kelas Iliana, dkk.

Guys, setelah di baca lagi part 2, ternyata di ending nya ada yg lupa aku tambahin😭 pantes aja pas baca bagian 3 kek serasa ada yang ga nyambung😭 ya penyakitnya grgr lupa! Ada satu adegan yang ketinggalan😭 plis kalian bisa baca lg ending part 2:( sowryyy 👉👈

Enjoy the story!
HAPPY READING!😘

==========

"Silakan saja."

Kalimat barusan tidak berasal dari mulutku. Aku menoleh ke belakang, lebih tepatnya belakang dua orang yang sedang menghalangi jalanku serta mengancamku.

"Aku melihat semua yang kalian lakukan pada Iliana, aku merekamnya sejak kalian menghampirinya," orang itu menatapku. Pria di depanku, June sedang mengancam balik pada dua gadis di depanku dengan menunjukkan ponselnya yang menayangkan video yang diambil beberapa menit lalu.

Seluruh lorong tampak lengang. Semua mata menatap June. Di tengah lorong. Astaga dia tampan sekali saat membelaku. Jujur saja aku tidak bisa menahan jerit kegirangan dalam hati.

June melangkah mendekatiku, dia menggenggam tangan kananku. Menarik aku dari lorong itu entah kemana. Aku tidak sempat memperhatikan tatapan-tatapan iri ataupun tanda tanya. Yang jelas, tatapan iri yang lebih banyak menatapku. Aku yakin jika setiap tatapan iri itu mengeluarkan api pada apa yang ditatapnya, pasti tubuhku sudah terbakar hangus tak bersisa. Jantungku rasanya berdegup kencang tidak karuan, tapi dibalik itu aku merasakan perasaan senang. Tapi kalau memang June merekam kejadian itu sejak Tamara mendatangiku, bukankah dia akan mengira aku menyimpan foto-fotonya dibalik pintu loker milikku? Rasanya aku ini seperti gadis penguntit yang sangat memalukan.

"Kamu tidak apa-apa?"

Aku yang tidak menyadari langkah June sudah berhenti, untuk yang kesekian kalinya menabrak pria itu sejak dua hari terakhir.

"Kamu bilang apa tadi?" Aku balik bertanya, mengusap-usap jidatku.

"Aku bertanya tadi," June menghela napas, memasukkan tangannya yang lain ke dalam saku celana. "Kamu tidak apa-apa?"

Refleks aku menggeleng, tapi setelah itu aku meringis memegang kepalaku. Sepertinya tarikan di rambutku tadi sangat kuat, rasa sakitnya baru aku rasakan. Aku masih tidak memiliki ide kenapa Tamara mencari ribut denganku.

Sebuah tangan menarik tanganku yang sedang mengusap rambut. June berdiri di hadapanku, mengusap kepalaku. Astaga! Rasanya aku tidak mampu bernapas.

"Ah.. tidak apa-apa. Rambutku hanya ditarik, tidak ada luka disana." Suasana sedikit canggung bagiku, aku menarik tangan June dari kepalaku sebelum jantungku meledak atau melompat keluar.

June menatapku. Aku tidak yakin mengartikan tatapan itu, diriku hanya mampu menunduk atau aku akan mengacaukan diriku sendiri karena bersikap aneh di depan June.

"Oke. Ayo ke kelas." June berlalu begitu saja meninggalkan aku di lorong yang sepi.

Berjalan mengekor di belakang June hingga masuk ke dalam kelas yang sudah ramai.

*****

Pagi ini di mulai dengan pelajaran bahasa. Aku menghela napas lega, setidaknya pagiku tidak dibuat stress karena rumus-rumus dan angka yang menyebalkan. Wajah Aby juga terlihat segar. Sebenarnya bukan karena Aby juga menyukai pelajaran bahasa, tapi dia menyukai guru yang mengajar bahasa. Mr. Arsen memang masih muda, usianya sekitar akhir tiga puluhan. Tapi memang pada dasarnya saja Aby memang genit, siapapun yang menurutnya tampan pasti dia tidak akan berhenti menatap dan memujinya.

ILY, IlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang