Bagian 25

14 1 0
                                    

Sejak siang itu, aku tidak bisa tidur sampai esok pagi. Bahkan aku menolak ajakan Aby ke ruang aula. Meskipun Aby terlihat tampak khawatir, akhirnya dia menyerah untuk membujukku. Ia pergi dengan tanda tanya terlihat jelas pada wajahnya.

“Kamu beneran tidak apa-apa?” Puluhan kali ia bertanya seperti itu. Puluhan kali juga aku menjawabnya dengan kebohongan.

Menjelang pagi, aku dihadapkan pada pilihan bersembunyi di asrama~bolos~ atau tetap mengikuti pelajaran pertama sebagai siswa kelas sebelas. Yang artinya, bisa saja Tamara dan Rania sudah melaporkan kejadian kemarin kepada pihak sekolah.

Tapi kenyataannya aku sangat pengecut. Aku memilih bolos sekolah, mengaku pada Aby merasa tidak enak badan. Ia akhirnya berangkat sekolah dengan tatapan khawatir.

Waktu berjalan terasa seperti merangkak. Aku tidak bisa berhenti memikirkan kejadian kemarin dan apa yang akan terjadi padaku setelahnya. Berusaha untuk mengalihkan pikiran dengan kegiatan juga tidak bisa. Tidak banyak hal yang dapat aku kerjakan di dalam kamar.

Membaca novelpun percuma. Aku tidak bisa fokus.

Satu jam sebelum waktunya pulang sekolah, ponselku bergetar pelan. Aku melihat di layar ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Melihat itu membuatku reflek menutup mulutku dengan tangan. Aku bahkan tanpa sadar melotot menatap layar ponsel.

“Astaga,” aku meringis, tanganku turun sembari menjambak rambutku sendiri.

Pesan tersebut berisi sebuah foto selfie June. Ia mengambil foto kami berdua saat aku tertidur dan bersandar padanya.

Sekali lagi aku menjambak rambutku, sambil menjerit dalam hati. Tidak penting siapa orang yang mengirim pesan ini. Sekarang yang harus aku ketahui sudah sejauh apa foto ini tersebar?

June, kenapa dia mengambil fotoku seenaknya? Kenapa juga foto ini bisa tersebar? Pria itu tidak mungkin, kan, sengaja menyebarnya?

Mama.. hidupku penuh dengan masalah.

Belum genap aku meratapi kemalanganku, tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar asrama. Aku segera duduk tegap begitu melihat siapa yang datang.

“Iliana,” itu suara laki-laki, guru BK di sekolah kami. Perutnya yang besar lebih dulu maju ketimbang langkah kakinya. “Ternyata kamu bolos.”

Aku langsung berdiri. Sudah tamat riwayatku!

Di belakang guru BK menyusul kepala asrama. Pandanganku kembali pada guru BK saat dia bicara. “Tunggu hukuman kamu besok pagi!” Beliau berbalik dan pergi begitu saja.

Menghela napas pelan. Saat itu aku belum tahu hukuman seperti apa yang akan aku terima. Aku ketakutan. Guru BK tadi ke sini hanya karena ingin memergoki aku yang membolos, atau memang dia sudah tahu soal ‘itu’.

Aku mengusap wajah dengan gusar.

“Iliana!” Aby datang membuka pintu dengan terburu-buru.

“Ada apa?” aku menjawab dengan ketus.

Namun Aby tidak menghiraukan nada suaraku barusan, ia memberitahukan berita terkini di sekolah. “Foto kamu tersebar di sosial media sekolah. Seluruh orang membicarakan itu, dan fotonya berdampak buruk.” Tangan Aby sudah terulur untuk menunjukkan layar ponselnya.

Aku memalingkan wajah, itu foto yang sama seperti pesan misterius yang aku dapat.

“Tunggu, masih ada lagi.” Aby tampak sibuk dengan layar ponselnya sebelum ia menunjukkan padaku.

Masih ada beberapa foto lagi, fotoku dengan June yang diambil secara diam-diam oleh orang lain~paparazzi. Foto saat kami berada di pusat perbelanjaan, saat hendak masuk private room sebuah restoran, juga salah satunya ada foto kami saat mau masuk ke rumah. Di unggahan tersebut, tertulis caption ‘Mereka tinggal bersama selama liburan. Hanya berdua!’

ILY, IlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang