Bagian 21

10 1 0
                                    

SAHUR GUYS!
==========

Aku hampir menangis. Kegelapan mengelilingi tubuhku, dan suara gemuruh tidak henti-hentinya menyanyi di langit sana. Aku takut, takut pada suara keras tersebut.

Ketika kehangatan menyentuh tanganku, seolah dihantarkan rasa tenang melaluinya. Kemudian satu lagi rasa hangat menempel pada pundakku.

“Iliana,” suara lembut itu memanggil namaku. “Jangan takut, itu hanya suara petir. Besok pagi dia akan hilang.”

Aku menggeleng, tidak tahu June akan melihatnya atau tidak. Napasku tercekat.

“Aku temani kamu. Kita di bawah ya, supaya kamu tidak melihat bayangan kilat dengan jelas dari sini.”

Aku merasakan pergerakan pada June. Cengkaramanku mengencang. Aku takut tertinggal. Kenapa pria itu tidak membawa senter atau menyalakan flash diponselnya, sih?

Kami mulai berjalan perlahan. Semua gelap total. Aku hanya bisa mendengar suara hujan, dan napas June. Kepalaku menoleh kearahnya. Detik berikutnya larik cahaya petir menyinari kami selama beberapa detik.

Aku menahan napas. Sedekat ini dengannya di selimuti oleh kegelapan. Oh, astaga! Dia benar-benar mirip idolaku! Otakku bahkan saat ini menolak berpikir rasional bahwa pria disampingku memanglah benar Huang Junjie.

Kami sudah di anak tangga terakhir, lantai bawah. Pantatku jatuh diatas sofa.

“Kamu tunggu dulu, aku ambil ponsel sebentar.” Pegangan tangannya mulai melepas dari tubuhku.

Tidak! “Jangan pergi,” aku meringis, memikirkan bahwa aku sedang memohon padanya bahkan hingga menahan lengan June yang hendak pergi. “Nyalakan lilin saja bagaimana? Ada di bawah meja di depan kita.”

June tidak menjawab, tapi aku merasakan pergerakan di sampingku. Beberapa detik kemudian sebuah cahaya menyala tepat berhadapan denganku. Secara naluriah hal itu membuatku lega.

Cahaya temaram kini menemani kami. Ini terasa jauh lebih baik. Rasanya seperti.. hangat. Kehangatan ditubuh maupun dihatiku. Seperti ada sesuatu yang menlonjak-lonjak ingin diluapkan tapi karenanya aku justru tidak mampu untuk melakukan apapun. Ini membuat seluruh tubuhku terasa panas.

“Lebih baik?” June bertanya, ia sedikit menunduk untuk menatapku. Itu membuat jarak antara kami semakin sedikit.

Aku mengangguk, mati-matian menahan napas dan perasaan berbunga-bunga ini.

June menggerakkan lengannya, “Tidurlah, lilinnya tidak akan bertahan lama. Tapi setidaknya kalau kamu bisa tidur sebelum lilinnya padam, kamu pasti akan merasa lebih tenang.”

Sejauh itu dia sampai memikirkan aku? Bagaimana ini?! Aku menjerit dalam hati. Dia selalu memperlakukan aku seperti ini, bagaimana bisa aku tidak jatuh ke dalamnya?

Selimut yang sejak tadi dipakai untuk mengelilingi tubuhnya, kini dia bagikan untukku. Kami berbagi selimut. Lebarnya cukup untuk mengelilingi tubuh kami. Dan juga lengan June, ia ikut mengelilingi tubuhku, memeluk dari dalam selimut. Ia memberikan aku kehangatan yang lebih. Itu membuat wajahku terasa panas, membuat aku harus membuang pandangan darinya jika tidak mau ketahuan sedang tersenyum sendiri.

Dia.. Telah membuatku nyaman dan merasa aman.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ILY, IlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang