Bagian 1

38 4 0
                                    

Enjoy the story😚

==========

Stasiun kereta.
06.12 am.

"Neng bisa bawa sendiri sampai ke rumah?" Bapak berusia tiga puluhan itu memberikan kardus besar padaku, orang suruhan yang Mama maksud semalam.

"Bisa, Pak."

Aku melangkah menjauhi stasiun setelah mengucapkan terimakasih pada Bapak yang tadi. Sedikit sulit karena pandanganku hampir tertutup karena kardus besar dari Mama. Aku sudah berjalan dengan hati-hati, tapi rupanya stasiun kereta semakin ramai. Pijakan kakiku terjatuh saat aku merasa sudah menabrak seseorang.

Aku mengaduh pelan, jatuh terduduk. Kardus besar yang ku pegang juga ikut jatuh, tapi untung saja isinya tidak berhambur keluar.

Sebuah tangan terulur padaku saat aku sedang sibuk mengusap sikutku yang sedikit lecet. Aku mendongak, menatap pria bermasker hitam lengkap dengan topi hitam dan kacamata hitam. Bahkan dia memakai jaket berwarna hitam dan celana hitam. Sampai warna sepatunya juga hitam.

Aku menerima uluran tangan dari pria yang sepertinya aku tabrak tadi.

"Maaf, aku tidak sengaja." Aku mengambil kardus dibawah.

Pria itu melirikku, lebih tepatnya melirik logo diseragam sekolahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu melirikku, lebih tepatnya melirik logo diseragam sekolahku.

"Mau aku antar?" Pria serba hitam itu bersuara.

Aku menatapnya sebentar, kemudian menggeleng. "Tidak usah, nanti merepotkan." Lagipula siapa yang mau diantar pulang oleh orang yang tidak dikenal, apalagi pakaian anehnya yang serba hitam. Seperti buronan saja.

Pria itu masih bergeming ditempatnya. "Bawa kendaraan?"

Aku kembali menggeleng.

Pria serba hitam tersebut menghela napas, "Biar aku antar, aku murid baru disekolah."

Aku menatapnya menyelidik, tapi pria serba hitam itu justru mengambil paksa kardus di tanganku sementara tangannya yang satu lagi menarik koper berwarna hitam. Sudah kubilang bukan, dia pria aneh serba hitam. Aku mengekor dibelakangnya, hendak protes. Tapi urung karena dia mendadak berhenti sampai keningku menabrak punggungnya yang tinggi. Kami berhenti tepat didepan sebuah mobil sedan berwarna hitam. Pria itu memasukkan kardus milikku di bagasi mobil bersama kopernya, kemudian dia duduk di kursi belakang.

Aku masih mematung di tempat hingga kaca jendela mobil di depanku turun. Terlihat wajah pria bermasker dengan pakaian serba hitamnya.

"Ayo, masuk." Ujarnya singkat.

Dengan ragu aku masuk ke dalam, duduk di kursi belakang dibersama pria aneh serba hitam tersebut yang mengaku sebagai anak baru disekolahku.

"Langsung ke asrama atau ada tempat lain yang mau dikunjungi?" Pria itu bertanya tanpa menoleh.

ILY, IlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang