Maaf lama ga jumpa (づ◡﹏◡)づ
Aku sedikit sibuk di rl, btw gimana kabar kalian? Semoga yang baca sampe bab ini sehat selalu yaa, dan semoga kalian selalu happy!Happy reading all
==========
Pria itu, ayahnya Tamara.
Anaknya yang hampir tertangkap basah hendak melakukan kekerasan padaku, merubah haluan lengannya dengan memegang tanganku. "Pah, aku lagi pilih baju sama Iliana."
Aku tersenyum, mengangguk-angguk. Ini terpaksa! Sementara lengan Tamara diam-diam mencengkeram tanganku dan membenamkan kukunya disana. Sialan dia!
Ekspresi Ayah Tamara tampak lebih baik, ia tersenyum semakin lebar. "Itu bagus sekali!" Ia menoleh padaku, "Kamu sama Mamamu ke sini?"
Aku menggeleng, "Mama sudah kembali ke ibukota."
Perih. Aku melayangkan pandangan pada Tamara.
Ia membalasnya dengan senyum penuh kemenangan, sementara aku hanya bisa meringis pelan. Saat aku berusaha menggerak-gerakkan tanganku agar terlepas darinya, Tamara justru menancapkan kukunya semakin dalam. Sepertinya kulitku sudah tergores dan pasti sebentar lagi akan mengeluarkan darah. Dia seperti penyihir jelek dengan kuku-kuku tajam yang hitam.
"Aku mau baju ini, Pa." Sebelah tangannya yang memegang pakaian impianku ia tunjukkan ke depan wajah Ayahnya. Ia kemudian melirik kepadaku dengan senyum mengejek, seolah mengatakan kemenangan karena aku tidak bisa mendapatkan baju itu.
"Maaf," seseorang datang dari belakang merebut pakaian itu dari pegangan Tamara. "Tapi Ili sudah mengambil pakaian ini duluan tadi."
June melangkah diantara aku dan Tamara, ia membantuku melepas lengan Tamara. Sekilas dari sudut pandanganku dan Tamara dapat dilihat June melayangkan tatapan tajam padanya yang cukup menusuk hingga otak.
Ia berdiri diantara aku dan Tamara, berbalik menatap Ayah Tamara. "Ili bahkan sudah mencobanya."
Ayah Tamara yang sebelumnya memasang wajah yang tampak sedikit kaget, detik berikutnya memaksakan mengulas sebuah senyuman. "Maaf, sepertinya Tamara tidak tahu." Ia menatap Tamara. "Kamu bisa cari yang lain, ya."
Tamara mendengus pelan, tapi ia tetap mengangguk. Ia melemparkan tatapan sengit padaku sebelum pergi.
"Kalau begitu saya tinggal dulu." Ayah Tamara pamit dan berbalik menjauh bersama putrinya.
Kini tinggal kami berdua. June menoleh menghadapku dan menarik pergelangan tanganku yang dicengkeram Tamara sebelumnya. Ada bekas kemerahan dan lecet dengan kulit luar yang terkelupas. Aku meringis dalam hati. Itu pasti sangat sakit saat dibawa mandi.
Sejenak June menatap luka tersebut. "Ayo," ia menarik lenganku, memegangnya sedikit diatas dari luka tersebut.
June mendudukkanku di sofa, ia sendiri mengantre di kasir. Aku mendengus melihatnya. Buat apa tadi dia menolak membelikan pakaian itu tapi sekarang dia sendiri yang mengantre untuk membayarnya. Sementara ditangan satunya lagi, dia membawa tas belanja yang cukup banyak. Kemungkinan tadi dia pergi untuk membayar belanjaanya.
Sepuluh menit mengantre, kini pria itu sudah berjalan mendekatiku.
"Ayo makan." Ia menggenggam jemariku.
Kami keluar, mencari tempat makan. Ketemu.
Disini tidak terlalu ramai. June tidak langsung membawaku duduk. Ia mengajakku untuk berbicara dengan seorang pelayan. Lima menit kemudian, pelayan wanita tersebut menuntun kami untuk berjalan melewati lorong dengan lebar dua meter. Di kanan kiri terdapat beberapa pintu. Pelayan tersebut membuka salah satu pintu, mempersilakan kami masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
ILY, Iliana
Romance(vote dari kalian buat aku semangat menulis) Kenyataannya, dia berbohong. Tapi aku tahu itu bukan salahnya. Karena nyatanya, aku hanyalah salah satu figuran dalam hidupnya.~ Namaku, Iliana. Aku sama seperti kalian yang menggemari seseorang terkenal...