Bagian 16

11 2 0
                                    

Haloooo, gimana nih setahun ga ketemu aku kangen nggaaa???

Haaahhhhh??? Enggakkkk????

Kalo sama Iliana kangen engggakkkkkkkk??? Hayoooo mana suaranyaaaa🤓

Yaudahhhh langsung nikmatin ceritanya ajaa yuppp, kalo emang suka silakan yang mau vote, enggak mau vote juga ndaaa apapaaa yang penting kalian suka sama ceritanya dan betah di lapak ini <3

==========

Bagian 16

Langkah kakiku terasa berat, di depan ada sebuah gundukan batu. Aku mendekat ke sana, duduk diatasnya. Memeriksa sepatuku. Tanah basah membuatnya menggumpal di bawah alas kaki, itu membuat langkahku sejak tadi terasa berat. Tidak ada jalan setapak di hutan sawit ini, karena sebelumnya sepanjang jalan tidak ada semak, hanya ada tanah basah.

Aku membuka ponsel, sinyal disini datang dan hilang. Tidak tentu. Tadi ketika aku sadar aku tersesat, aku langsung mengirim pesan pada Aby dan berjalan memutar berharap aku melangkah di jalan yang benar dan Kembali ke rombongan sekolah. Sekarang pesan sudah terkirim, aku justru semakin tersesat. Matahari sudah tampak turun dari cakrawala. Sekelilingku bahkan hutan sawit sudah ditumbuhi semak tinggi. Sepanjang jalan pula aku tidak bertemu dengan warga yang mungkin sedang memanen sawit.

Jika Aby sudah membaca pesannya apa aku harus menunggu di sini atau tetap jalan tidak tentu arah? Baiklah, mari kembali meniti jalan. Menunggu juga entah kapan Aby menemukanku. Mungkin aku bisa bertemu sungai, rasanya tenggorokanku kering.

Satu jam lagi berjalan, aku tersungkur akar kecil. Terjerembab di tanah, mengerang pelan. “Ah, haus. Aku capek.” Merangsek ke bawah pohon sawit, bersandar disana. Kembali mengecek ponsel. Tidak ada sinyal.

Aku mendongak, melihat langit yang semakin turun membawa semburat warna jingga disana.

“Hutan seperti ini tidak ada binatang buas, kan?” Aku menatap sekitar. Seharusnya sih, tidak ada hewan buas di hutan seperti ini. Tapi mungkin ular bisa saja muncul disini. Ah, Aby.. kenapa lama sekali? Para guru juga, apakah mereka santai-santai saja tahu satu muridnya tersesat?

Jika malam tiba aku harus tidur dimana?

Kembali berjalan mengikuti matahari terbenam. Tidak peduli lagi aku semakin tersesat atau tidak. Tidak melewati hutan sawit tanpa semak-semak saja aku sudah bersyukur. Hanya saja sekarang aku memiliki masalah baru. Tidak ada air dan makanan. Tubuhku semakin lemas, matahari semakin tumbang. Lagi-lagi aku bersandar pada pohon untuk menghela napas. Kepalaku sudah terasa berat.

Ponselku masih tidak ada sinyal. Setidaknya aku harus menemukan tempat untuk mendapatkan sinyal agar lebih mudah menghubungi seseorang.
*****
Matahari bersiap tumbang setelah ratusan kali aku melihat sinyal di ponselku. Aku duduk ditanah, bersandar pada pohon. Beberapa pesan langsung masuk. Aby mengirim puluhan pesan, isinya sama. Dia khawatir. Juga Ares. Tapi anehnya June, dia hanya mengirim satu pesan berisi; tunggu aku.

Apa maksudnya? Entahlah, aku tidak memiliki jawaban.

Aku baru akan mengirim lokasiku pada Aby. Tapi samar aku mendengar suara, membuatku waspada apabila ada hewan buas mendekat.

“Iliana?”

Aku refleks berseru kaget. Tidak mengira ada seseorang yang menemukanku?

ILY, IlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang