Plak!!
"Emh?"
Plak! Plak!
"Ck! Apasih, ih!"
"Udah pagi tau! Ayo sekola Sola-nii!!"
Anak bersurai biru yang masih meringkuk dalam selimut itu meraih jam weker dan menatapnya lamat. Untuk kemudian ia menatap sang adik di belakangnya dengan tatapan penuh dendam.
"Ini masih jam 5, Manun. Sekolah belom buka!"
"Tapi bu gulu bilang kita halus lajin bangun pagi!"
Sang kakak mendecih dan kembali membungkus dirinya dengan selimut. Sedangkan sang adik yang sudah bangun di belakangnya menimpa tubuh sang kakak dari atas yang membuatnya makin kesal.
"Manun, ih! Sana tidul lagi!!"
"Tapi Sola-nii, kita belom ngeljain pe-el!!"
Mendengar ini, Sora menyibak selimutnya. "Pe-el apa?"
Gadis bersurai putih panjang sepunggung itu senyum lebar. "MTK!"
"Bukannya cuma tulis hilagana ya?"
"MTK nii-chan! Pelajalannya Ulata-sensei"
Sora kembali bangun dari duduknya dan menatap sang adik yang juga menatap sang kakak. Keduanya terdiam cukup lama sebelum akhirnya keduanya mengeluarkan ekspresi panik yang sama.
"MAMAAAAAA!!!"
Dari ruangan di samping kamar mereka, Soraru terbangun karena kaget mendengar teriakan dari kamar anak-anaknya. Belum sempat mengumpulkan nyawa, pintu terbanting keras dengan Sora dan Manun yang berlari dengan wajah yang hampir menangis.
"Apa? Kenapa? Mimpi buruk?"
"Buluk! Buluk banget!!" Sora menunjukkan bukunya setengah panik. "ayo, mama bantuin!! Sola gamau di sentil dahi sama Ulata-sensei!"
Di sampingnya, Manun sudah tergagap tanpa suara dengan ekspresi yang sama takutnya. Mungkin saking takutnya sampai dia tidak sanggup bicara.
Soraru menghela napas berat. Ia menepuk sisi kasurnya. "Sini naik"
Sora dan Manun kompak naik ke kasur besar sang ibu dan duduk di sisi kiri-kanannya. Soraru menyalakan lampu meja di dekatnya dan segera membantu mereka mengerjakan tugas sekolah mereka hingga selesai. Begitu tugas mereka selesai, keduanya bersorak girang seakan nyawa mereka terselamatkan.
"Makasih mama~!"
Soraru hanya mengangkat alis, ekspresinya masih datar. "Kalian gak lupa kan hukumannya?"
Manun mengerjap. "Hukuman?"
"Ah." Sora adalah yang pertama sadar.
Hukuman karena tidak mengerjakan tugas sekolah tepat waktu - sebelum tidur - adalah tidak boleh makan cemilan 3 hari.
Manun menatap sang kakak yang kembali mematung. "Nii-chan?"
Soraru menguap singkat dan kembali mengeratkan selimut. "Tidurlah lagi. Hari ini sekolah kalian pulang cepat."
"Eh? Ada apa gitu?"
"Rapat guru"
"Telus cafenya?"
"ada Luz dan Eve. Lupa?"
Sora mengerjap paham. "Oiya."
Soraru mengulurkan tangan, mengajak mereka untuk kembali tidur di sisinya. Manun menyelip di tengah dan memeluk sang kakak yang bersemu walau wajahnya merenggut. Melihat ini, Soraru hanya tersenyum dan memeluk keduanya.
Hari ini pun mereka tumbuh dengan baik, Mafu, batin Soraru. Ia mendekatkan wajah pada pucuk surai Manun yang akan selalu mengingatkannya pada sang ayah yang kini tak ada di sisinya.
Semoga kamu juga sehat disana.
°°°
Menjadi guru SD dan pemilik cafe kecil adalah pekerjaan yang di miliki Soraru, seorang pria dengan dua anak kembar non-identik bernama Sora dan Manun. Bukan hal yang aneh untuknya memiliki momongan karena dirinya seorang Omega. Namun hal yang menjadi perhatian semua orang yang mengenalnya adalah satu hal.
Siapa Alpha-nya, dan dimana dia sekarang.
Sebuah pertanyaan simple yang sering Soraru hadapi.
Walau begitu, masih ada beberapa orang yang mengenali sosok sang Alpha-nya seperti Urata dan yang lain, yang merupakan teman dan kenalan lama. Begitupun Luz dan Eve yang juga sempat kenal sebelumnya dengan sang Alpha, Mafumafu.
Sora dan Manun tidak terlalu banyak tanya soal keberadaan ayah mereka. Walau sang ayah tidak berada di dekat mereka, bukan berarti mereka tidak mengetahui bagaimana rupa dan suara sang ayah.
Seperti yang di tunjukkan saat ini
Yume no mata yume kamihatenu yume
Konna gomi no youna sekai demo~
"Boku wa suki de, suki de, suki de, suki de, tama~ lana~i!!"
Soraru menatap dua anaknya yang sibuk menyapu sambil menyanyi itu dengan senyum kecil. Alunan lagu riang yang terdengar dari laptop yang berisi lagu-lagu sang ayah menjadi pencerah suasana pagi seperti biasanya. Sambil menata piring di meja makan, ia kembali menatap dua malaikat kecilnya yang sekarang malah menjadikan sapu sebagai gitar imajinasi.
Tentu Sora lah si pemain gitar dan Manun yang menari-nari.
"Sora! Manun! Ayo makan!"
Mendengar panggilan keramat sang ibu, Sora dan Manun segera menghampirinya riang.
"Mama! Jigjaw ma! Jigjaw!!" Seru Manun.
Soraru mengernyit bingung. "Huh? Apa?"
"Jigsaw Manun! Jigsaw." Sora membetulkan typo Manun.
"Nanti lagi. Sekarang makan dulu"
"Okay~"
Manun dan Sora naik ke atas kursi - dengan sedikit usaha tentunya - lalu mulai makan. Soraru berjalan ke ruang tamu untuk mematikan lagu dan laptopnya. Tepat ia berbalik, sepasang netra navy-nya menatap bingkai lukis potret besar yang menampilkan dirinya dan Mafu yang duduk berdampingan sembari memangku Sora dan Manun yang berusia 7 bulan.
Soraru mendekap laptop. Sedikit terenyuh begitu menatap wajah Mafu yang tersenyum lembut di foto. Tak lupa beberapa bingkai foto lainnya yang tergantung dan berjejer di atas meja nakas tepat di bawah bingkai besar. Ia berjalan mendekat, untuk melihat lebih jelas sosok yang amat sangat ia rindukan dalam hatinya.
Dirinya masih hidup.
Karena itulah ia yakin Mafu juga pasti masih hidup di luar sana.
Ikatan soulmate mereka bukanlah kebohongan.
"Mama~! Ayo makan!"
"Iya, ayo!"
4 tahun bukanlah waktu yang sebentar.
Tapi juga bukan waktu yang lama bagi Soraru untuk terus menunggu kedatangan Mafu kembali ke rumah kecil mereka.
Yahaaa ....
Baru first time bikin omegavers
Butuh ilmunya kakaa (. ❛ ᴗ ❛.)Hari ini 3 chapter dulu
Dan silahkan nikmati kecadelan Manun dan Sora
Bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath || MafuSora [ END ]
Fanfiction° Utaite Fanfiction ° 3 bulan. Hanya butuh 3 bulan bagi Soraru untuk jatuh cinta padanya. Hanya butuh 3 bulan untuknya mengetahui bahwa Mafu adalah Alpha yang di takdirkan untuknya. namun, ia harus menghadapi 4 tahun tanpa kehadirannya. 4 tahun buka...