03

310 54 2
                                    

Menjelang sore, Soraru datang ke cafe bersama Sora dalam gandengan lewat pintu belakang. Disana, sudah ada Sou yang sedang istirahat bersama Eve di ruang staff.

“Soraru-san! Otsukare!“

Otsukare! “ Soraru memangku Sora dan duduk di samping Sou. “gimana hari ini?”

Eve mengangguk. “Gak ada masalah apa-apa. Jadwal shift-mu di hari libur, kan?”

Soraru mengangguk. “Ada lagi?”

Eve menggeleng. Tapi kemudian tiba-tiba tersentak. “Oh, tadi ada seorang pengunjung yang bertanya tentang kamu”

“Aku?”

Sou mengangguk. “Dia tanya ' apa pemilik cafe ini benar Soraru? ‘ begitu.”

“Ingat wajahnya?”

“Dia meninggalkan nomornya.” Eve merogoh kantongnya dan memberikannya pada Soraru.

Soraru mengambil kartu nama itu dan menatapnya. Sora yang juga bisa melihat mengernyit dalam dan memerhatikan huruf hiragana di atas kanji yang masih tidak dia mengerti.

“Mama, Kiyo tuh siapa?”

Sora bisa merasakan tangan yang memeluknya gemetar. Ia mendongak dan menatap wajah sang ibu yang tampak begitu kemerahan dan terbelalak. “Mama?”

Soraru buru-buru merogoh kantong dan mengambil hpnya, kemudian mengetik nomor yang tertera disana. Soraru mengecup pucuk surai Sora dan berucap setengah berbisik. “Sora, main sama paman Eve dulu, ya?”

“Mhm!”


Sora bangun dan naik ke atas meja, merondang mendekati Eve. Keduanya yang mengerti bangkit dari kursi dan meninggalkan ruangan. Soraru menunggu dengan tidak sabar, menggigit ujung kuku ibu jarinya gemas.


Pik!


Moshi-moshi!?”

“... Soraru?

“Iya, ini aku.” Soraru membekap mulutnya, berusahan menahan isak. “ ... bagaimana kabarmu?”

Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?”

Manik navy Soraru mengilat, mengacuhkan pertanyaan Kiyo. “Itu ... dimana Mafu?”

Ada hening sejenak. Pertanda Kiyo tidak bisa menjawab. “Aku ... maaf, aku masih tidak tahu. Tadi, aku datang ke cafe-mu hanya untuk mengonfirmasi tempat tinggal kamu yang sekarang, maaf.”

Mendengar ini, Soraru tersenyum miris. “Mhm. Terima kasih. Tolong kabari aku kalo kau punya kabar lagi tentang Mafu.”

Pasti. aku juga sudah lama tidak bertamu lagi ke tempatmu. Lain kali kita harus ngobrol di cafe.

“Iya.”

Soraru menatap layar hpnya yang sudah tak lagi menunjukkan sambungan telepon. Ia mendekap hpnya lama dan menarik napas dalam.

Benar, mungkin di luar sana dia sedang berusaha. Aku juga harus berusaha, batinnya meyakinkan diri.

Ia meraba sejenak choker yang sudah tersemat di lehernya selama 7 tahun sebelum kemudian bangkit dari kursi dan keluar ruangan hendak menjemput Sora. Mencari hingga ke ruang depan, ia menemukan Sora dan Luz yang berdiri berdampingan melayani tamu. Dengan tangan kecilnya, Sora memegang spidol untuk menulis nama di gelas pembeli sebagai fanservice.


Baby Breath || MafuSora  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang