06

287 44 0
                                    

Di tengah keduanya, Naruse berdiri membelakangi Soraru. Soraru sendiri sudah bergeser dan berbalik memeluk secara utuh Sora dan Manun. Naruse menatap tajam para preman yang juga tampa kelihatan tidak suka padanya tapi juga enggan melawannya.


Kalau soal pria berambut pink fanta di depannya ini, Soraru juga tahu.


Karena Naruse adalah orang yang di masa lalu terkenal oleh kebrutalannya saat masih di usia muda. Anak berandalan yang terkenal dan masih di kenali oleh beberapa berandalan di kota yang bisa di katakan ‘takluk’ padanya.


Tapi sekarang Naruse adalah seorang pekerja keras. Bahkan ia tak menyangka bahwa Naruse akan menjadi salah satu pekerja di rumah makan ini.


Si preman yang sejak tadi menaruh minat pada Soraru – dan juga seorang alpha dominan – berdiri dan berhadapan dengan Naruse. Keduanya sama-sama memancarkan aura menyakitkan dan membuat semua orang tercekat.


Lihat? Bahkan di situasi dimana dua alpha dominan di dekatnya saling ‘menyerang’ dengan intimidasi mereka, Soraru sama sekali tidak terganggu yang jelas adalah seorang Omega.


Sistem biologisnya memang sudah tidak berfungsi.


Tapi dia bersyukur karenanya.


Sora dan Manun di pelukan mencengkram kemeja Soraru kuat-kuat. “mama, kakak rambut pink disana siapa?”


Soraru menoleh sebentar. “dia... teman papa. Namanya Naruse.”


“Naruse?”. Manun mengulang namanya dan sekali lagi menatap punggung Naruse yang masih berdiri membelakangi Soraru.


Sedangkan Naruse, pria itu menyeringai lebar. “Preman kacangan sepertimu berani mengusik kawasan disini? Kuperingatkan, keluar kau sekarang dari rumah makanku atau kuhajar kau”


Preman itu malah menantang. “dengan penampilan bancimu itu?”


Naruse tidak kepalang tanggung, melayangkan satu pukulan telak di wajah si preman yang seketika terhuyung dan tidak sadarkan diri.



Semua selesai dalam hitungan detik.


Naruse segera melemparkan pandangan ke yang lain. “bawa keluar bos mu sana! CEPAT!!”



Suara bentakan Naruse sontak menggema ke seluruh tempat sehingga membuat para preman sisanya terhuyung ketakutan sambil membopong ketua mereka. Naruse mendengus untuk kemudian menoleh pada Soraru.


Tampak dari gerak bibirnya bahwa Naruse ingin bicara, tapi matanya segera turun ke arah Sora dan Manun untuk kemudian terkunci seutuhnya pada Manun. Naruse mengerjap beberapa kali.


“Aniki... sendirian?”. Tanya Naruse. Pertanyaan yang sangat konyol. Hampir semua kenalan mereka tahu bahwa saat ini Soraru sedang ‘sendiri’.


Tapi tidak ada yang berani untuk mengubah status ‘sendiri’ itu dari Soraru. Termasuk Naruse sendiri.


Soraru hanya mengangguk dan berucap singkat. “terima kasih.”


Melihat sikap statis ini, Naruse maklum seketika dan mengangguk paham. “...baiklah, aku permisi.”



Naruse segera pergi meninggalkan meja Soraru untuk kemudian menghentikan langkahnya dan menoleh. “syukurlah kamu sehat, Soraru-san”


Soraru tidak menjawab. Hanya menurunkan pandangannya dan mengacuhkan kembali keberadaan Naruse. Orang yang bersangkutan juga sudah pergi meninggalkan ketiganya. Manun menatap bingung sang ibu dan pria bersurai pink tadi dalam diam.

Baby Breath || MafuSora  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang