02

378 57 7
                                    

Selesai sarapan, mereka segera bergegas keluar dari rumah minimalis 2 lantai di antara perumahan lainnya itu dan mengunci pagar sebagai penutup. Memastikan kedua anaknya sudah siap, Soraru naik sepeda lebih dulu dan memerhatikan buah hati kembarnya naik ke boncengan di belakang.

“Ish, nii-chan! Peluk Manun yang benel!”

“Udah benel ini! Jangan gelak-gelak!”

“Siap-siap, anak-anak!”

“Siap!” Balas mereka serempak.

Soraru mengayuh sepedanya hati-hati dan sedikit di percepat. Di belakang, Sora sibuk melindungi adiknya yang bernyanyi temari no uta yang menjadi tugas kesenian mereka hari ini. Mereka sampai di sekolah tepat waktu diiringi sapaan selamat pagi di sekeliling mereka. Sora turun lebih dulu di susul Manun dan Soraru yang memarkir sepeda.

“Soraru-san, ohayo!

Soraru menoleh kearah sumber suara. Menatap datar Urata yang menyapa penuh senyuman. “Ohayo.

Sora dan Manun ikut berseru “Ohayo gozaimasu!

Urata mengusak gemas surai keduanya. “Ohayou! Udah sarapan?”

“Udah! Pake tempula!” Seru Manun.

Urata berjongkok menyamakan tinggi. “Wah, enak dong! Bagi-bagi boleh, nih!”

“Ulata-sensei kenapa gak nikah aja?” tanya Sora, tanpa maksud tentunya.

“Pfft—!!”

Soraru yang selesai mengunci sepeda terpaksa menahan tawa di tempat. Sedangkan Urata manyun malu di sindir dengan halus dan polos oleh Sora.

“Gak mukamu, mulut juga mirip ibumu, ya.”

“Manun juga milip papa!”

“Gak nanya kamu.”

“DIH, JAHAT BANGET!!” Manun auto manyun tidak terima.

Sora menggandeng Manun. “Ya sudah, kita duluan ke kelas, ya.”

“Dadah sensei~! Dadah Mama~!”

Soraru dan Urata menatap mereka yang berjalan menuju gedung sekolah. Mereka juga menyusul dan berjalan beriringan ke ruang guru.

“Gimana? Ada kabar?”

“Soal apa?”

Urata melirik. “Soal Mafu”

Soraru terdiam sejenak. “Belum. Tapi pasti dia baik-baik saja.”

“Iya sih, melihat keadaanmu dia pasti baik-baik saja.” Urata mendekap tasnya. "Jangan khawatir. Sakata juga masih cari tau. Kita sabar aja dan tunggu kabarnya oke?”

Soraru mengangguk. “Mhm.”

Sampai di ruang guru, mereka segera bersiap untuk mengisi kelas masing-masing. Di kelas pun, Sora dan Manun duduk di kursi masing-masing yang hanya tetanggaan. Manun menoleh ke belakang.

“Nii-chan, pinjem penghapus!”

Sora langsung memberikan penghapusnya tanpa beralih dari papan tulis. Di sampingnya, seorang anak laki-laki tersenyum jahil dan dengan sengaja menyenggol tempat pensil Sora hingga jatuh dan peralatannya berserakan.

Tentunya hal ini segera mengundang perhatian satu kelas. Sora melirik teman sekursinya yang memang sudah langganan mengganggunya.

“Ada apa, Sora?” tanya sang guru.

Baby Breath || MafuSora  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang