AKROPHOBIA - 34

18.6K 982 21
                                    


SEMOGA KALIAN SENENG HARI INI AKU PENGEN DOUBLE UP.

---------------------------------------------------------

HAPPY READING !!!!

"Halo"

"Woy tolongin gue, jemput si Rara dong di bandara gue lagi meeting nih"

"Ck, sorry gue juga gak bisa"

"Sa, tolonglah kali ini aja Rara tuh gak bakal mau dijemput sama orang yang gak dikenalnya"

"Tapi masalahnya gue juga gak bisa Vin"

"Saaa gue minta tolong banget sama lo"

"Ck yaudah gue jemput"

"Nahh makasih, baik banget sih lo"

"Hm"

###############

Seorang gadis muda berumur 22 tahun baru saja tiba di bandara dengan gaya anggun nya. Mata berwarna coklat dengan rambut pirang serta jangan lupakan body goalsnya yang membuat semua mata memandang dirinya dengan tatapan memuja.

"Huh lama banget sih mana coba kak Alvin" gerutunya menunggu sang kakak yang katanya akan menjemputnya tapi nyatanya ia sudah menunggu 1 jam disini dan yang ditunggu tak kunjung datang.

Tak lama kemudian ada seorang lelaki menggunakan pakaian rapi dengan jas yang menghampiri gadis muda tadi.

"Permisi, apa benar anda adalah nona Rara ?" tanyanya

Gadis muda tadi mengangguk membenarkan ucapan pria berbadan kekar.

"Iya kenapa ya ?"

Pria yang mengenakan jas tadi adalah Deon, membantu membawakan koper koper gadis muda yang dipanggil Rara.

"Saya adalah asisten pribadi tuan Yesa nona, saya diutus untuk menjemput nona" jelasnya pada Rara.

Dahi rara mengerut tajam "Aku kan sudah bilang, aku tidak akan mau dijemput sama orang yang gak aku kenal, kenapa jadi kamu yang datang"

Deon dengan sigap membantu membukakan pintu mobil yang akan ditumpangi Rara "Tuan Yesa sudah ada di dalam nona, silahkan masuk"

Dengan cepat mata Rara menelisik melihat ke dalam mobil apakah benar yang diucapkan pria bernama Deon tadi.

"Kak Yesa" teriaknya senang.

Yesa yang ada di dalam mobil sambil membaca Ipad-nya spontan mendongak saat mendengar suara perempuan memanggilnya yang ternyata Rara.

"Hm" jawabnya singkat. Ingat seorang Yesa hanya akan bersikap lembut hanya pada gadisnya seorang.

Rara memasuki mobil dan langsung memeluk Yesa "Aaaaa aku kangen banget tau sama kak Yesa, udah berapa lama sih kita udah gak ketemu"

Yesa dengan canggung menepuk nepuk lengan Rara yang sedang memeluknya "Lima tahun mungkin"

Rara Veronica Zelano, gadis kelahiran New York yang berumur 22 tahun itu adalah putri bungsu dari keluarga zelano atau lebih tepatnya adik kandung Alvin alvariz zelano. Gadis yang kerap dipanggil dengan 'Rara' itu lima tahun belakangan ini sedang melanjutkan studinya di Cambridge, Britania Raya. Dulu Rara adalah gadis yang selalu menempeli Yesa karena katanya jika berdekatan dengan pria itu hidupnya akan beruntung. Mungkin sampai sekarang akan terus seperti itu.

Rara melepaskan pelukannya saat dirasa sudah cukup "Eh ini kita mau kemana"

"Akan aku antarkan kamu ke mansion keluarga mu saja" jawab Yesa.

Rara cemberut mendengar jawaban Yesa "Aku nggak mau ke mansion, gimana kalau ke perusahaan kak Yesa aja"

Yesa menoleh ke arah Rara "Tidak bisa Rara, sebentar lagi aku ada meeting"

"Ih gak papa, nanti aku di ruangan kak Yesa aja atau muter muter perusahaan juga bisa" Rara memasang wajah memelasnya berharap Yesa akan luluh dan ia bisa melihat lihat perusahaan Yesa.

Yesa mengangguk saja dari pada adik dari sahabatnya ini semakin berisik dan membuat pekerjaannya terganggu.

##############

Seluruh karyawan menatap penasaran pada seorang gadis yang dibawa oleh Yesa. Selama ini yang semuanya tahu bahwa atasan mereka tidak pernah membawa seorang gadis ke perusahaan apalagi gadis ini terlihat cantik.

'Siapa sih itu cantik banget'

'Cocok sih sama tuan Yesa'

'Ihh mana ada cocokan gue lah'

'Pacarnya bukan sih, gila cantik banget'

Bisikan bisikan semakin terdengar saat Rara mengikuti langkah Yesa memasuki lift khusus pemilik perusahaan yang artinya hanya boleh Yesa dan ayah Yesa, tuan Eric bratadika.

"Ruangan kak Yesa di lantai berapa ?" tanya Rara memecah keheningan di dalam lift.

Yesa menoleh "Tiga puluh"

Mulut Rara membulat membentuk huruf O saat mendengar jawaban Yesa. Baginya sifat Yesa yang cuek adalah hal biasa. Jika dia tersenyum berarti ada seseorang yang membawa warna kebahagiaan pada hidup seorang yang sudah ia anggap sebagai Kakak itu.

"Kamu tunggu disini dulu ya Rara, aku mau meeting dulu" ucap Yesa saat keduanya sudah memasuki ruangan pribadinya.

Rara mengangguk antusias dan tangannya membentuk huruf 0 seolah mengatakan 'oke'
"Siap kak nanti aku disini aja sambil keliling perusahaan gapapa kan"

"Boleh, nanti kamu bilang aja sama Deon"

Rara mengingat ingat dimana ia pernah mengingat nama itu. Ah ia ingat bukankah pria itu adalah pria yang membawakannya koper tadi.

"Oke kak siap"

#############

Freya kini telah siap dengan makanan yang telah ia buat sendiri untuk kekasihnya. Hari ini ia pulang lebih awal karena jatah lemburnya telah dihilangkan dan dari pada ia tidak ada pekerjaan apapun jadilah memasak lasagna. Freya belum mengetahui makanan kesukaan dari Yesa, ia lebih memilih masakan seperti lasagna yang disukai banyak orang.

"Hufft, semua udah siap, sekarang tinggal berangkat aja" ucapnya pada diri sendiri.

Freya akan berangkat menuju perusahaan Yesa menggunakan taxi yang sudah ia pesan melalui aplikasi online. Perjalanan apartemennya ke perusahaan Yesa mungkin membutuhkan waktu selama tiga puluh menit. Semoga Yesa menyukai masakannya, walaupun mungkin tidak seenak masakan restoran.

"Nona, anda sudah sampai" suara sopir taxi mengagetkan Freya yang sedang melamun.

"Eh, iya terimakasih" Freya dengan terburu-buru memberikan uang untuk membayar taxi.

Megah,
Saat pertama kali Freya melihat bangunan didepannya yang ada di dalam pikirannya hanyalah 'berapa banyak biaya yang pemiliknya keluarkan untuk membangun semua ini'. Maklum saja Freya hanyalah rakyat biasa yang hidup dengan serba kecukupan.

"Permisi apa saya bisa bertemu dengan Yesa ?" tanya Freya bertanya pada seorang resepsionis dengan nada sopan.

Wanita resepsionis terkejut, wanita mana lagi yang ingin bertemu dengan bosnya. "Maaf apa anda sudah membuat janji dengan tuan Yesa ?" tanyanya sopan.

Freya tidak tahu jika bertemu dengan Yesa harus membuat janji. Ah iya benar juga Yesa adalah orang penting mana bisa ia asal bertemu dengan dia tanpa membuat janji.

"Apa benar benar tidak bisa saya bertemu dengannya sebentar saja ?"

"Maaf tapi peraturan disini memang begitu" jelas wanita resepsionis.

Freya menghembuskan nafas pasrah "Ya sudah terimakasih ya"

Sebenarnya bisa saja ia menitipkan masakannya pada resepsionis tadi, tapi ia tak mau. Lagi pula ia harus memberinya sendiri tidak akan melalui tangan siapapun.

"Hufftt besok aja lah" pasrahnya.

BRAKKKK

TBC

JANGAN LUPA VOTE!!!🖤🖤🖤

AKROPHOBIA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang