AKROPHOBIA - 9

38.6K 2.2K 7
                                    

HAPPY READING !!!!!!

"Hai Hilmi aku datang hari ini, apakah disana menyenangkan dan apakah kamu bahagia tanpa ada aku disampingmu?" ucap seseorang sambil menahan gelombang air mata yang kapan saja bisa keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai Hilmi aku datang hari ini, apakah disana menyenangkan dan apakah kamu bahagia tanpa ada aku disampingmu?" ucap seseorang sambil menahan gelombang air mata yang kapan saja bisa keluar.

"Semoga kamu disana bisa melihat aku disini ya, aku berharap bisa membuka hati lagi, maaf kalau selama kamu ada, aku nggak pernah tau kalau kamu menderita selama ini." runtuh sudah pertahanan orang itu dalam menahan air matanya

"Maaf Hilmi kalau dulu aku nerima kamu karena permintaan mama."

HIKS

HIKS

HIKS

"Dan dengan bodohnya aku baru sadar bahwa aku mencintaimu pada saat kamu udah pergi ninggalin aku."

Gadis itu terus menerus menggumamkan kata maaf berulang kali atas kesalahan yang sebenarnya tidak pernah ia perbuat.

Ia menghapus sisa sisa air mata yang melekat di pipinya "Oh ya aku sampai lupa tadi aku bawain kamu bunga lavender kesukaan kamu dulu"

"Yaudah aku pulang dulu ya kapan kapan aku kesini lagi " ucapnya seraya beranjak meninggalkan makam.

##########

"Tuan hari ini waktunya anda untuk mengganti perban," ucap Deon membuat Yesa mengalihkan pandangannya yang semula

Dia teringat akan ucapan Freya kemarin yang mengingatkannya untuk mengganti perban setelah tiga hari. Tak berapa lama sudut bibirnya terangkat "Kita ke rumah sakit sekarang"

*

Freya terkejut melihat kedatangan Yesa dan Deon di rumah sakit. Untuk apa pria itu kesini?

Ia lebih membelakkan matanya lagi saat pria itu menghampirinya yang berada di depan pintu pasien VVIP.

"Apakah kau tidak ingat dokter untuk mengganti perbanku setelah tiga hari ?" tanya Yesa dengan wajah dingin dan menyebarkannya itu.

Freya terdiam sesaat, kemudian dia teringat akan luka di lengan Yesa kemarin. Kalau saja bukan dia yang menyebabkan lengan Yesa terluka bisa dipastikan bahwa Freya tidak akan mau repot repot untuk mengobatinya.

"Tentu, mari silahkan." ucap Freya memimpin jalan terlebih dahulu.

"Ada hubungan apa dokter Freya dengan tuan Yesa"

"Bukankah keduanya tidak pernah saling mengenal"

"Eh apa kau tidak tahu dokter Freya adalah dokter yang kemarin menangani nyonya kirania "

"Apakah benar?"

"Iya, dan dia juga yang berani menentang tuan Yesa masuk ke ruang operasi untuk menemani nyonya kirania"

"Wahh benarkah, aku tidak menyangka jika dokter Freya akan seberani itu"

Dua suster yang kebetulan lewat sedang membicarakan tentang keanehan yang terjadi diantara Freya dan Yesa bukankah kemarin Yesa membentak Freya, tetapi sekarang mereka berdua berjalan beriringan seakan tidak ada masalah yang terjadi.

"Tuan Yesa maaf jika saya lancang, bukankah hanya mengganti perban saja kenapa harus sampai ke rumah sakit ?" tanya freya sambil membuka perban di lengan Yesa.

Kini mereka berdua tengah duduk di sofa yang berada di ruangan Freya.

"Apakah tidak boleh jika saya datang ke rumah sakit saya sendiri?" selidik Yesa.

"Bu--- bukan seperti itu hanya saja sedikit aneh jika hanya mengganti perban sampai ke rumah sakit" elak Freya dengan kikuk.

"Tidak, hari ini saya kebetulan ada meeting dengan petinggi rumah sakit jadi sekalian saja mengganti perban" jawab Yesa santai.

Freya hanya menganggukkan kepalanya mengerti "Owh begitu rupanya."

"Lagian kan kamu juga yang menyebabkan lengan saya terluka seperti ini," cetusnya spontan.

Freya mendelik mendengar kata kata yang diucapkan Yesa "Maaf tuan Yesa yang terhormat waktu itu saya tidak pernah menyuruhmu untuk menolongku lagian kan saya juga tidak tahu kalau ada mobil yang hampir menabrak saya."

"Makanya kalau nyebrang jalan itu harus lihat kanan kiri, jangan sekali kali ceroboh lagi seperti itu." ucap Yesa menasehati.

"Siapa sih yang ceroboh saya tuh kemarin udah lihat kanan kiri dan emang lagi sepi, mana saya tahu kalau ada mobil tiba tiba muncul. Bukan salah saya juga." jawab Freya sambil mendengus tak terima disalahkan jika dia menyebrang jalan tidak lihat kanan kiri.

"Aduh shh pelan pelan bisa nggak sih" ucap Yesa marah, bagaimana tidak Freya dengan sengaja menekan lukanya.

"Ini tuh udah pelan, situ aja kali yang lemah" lirih Freya namun masih bisa didengar oleh Yesa

Yesa menggeram "Siapa yang kamu bilang lemah."

Freya terkejut perasaan dia kan sudah berbicara pelan mengapa Yesa bisa sampai mendengar nya "Ha--- ha apa ada apa siapa yang lemah,"

"Kamu tadi bilang apa" tanya Yesa

"Ha saya ti--tidak bilang apa apa"

Setelah berkutat selama 15 menit untuk mengganti perban Yesa akhirnya terselesaikan sudah.

"Hufft sudah selesai tuan, kalau begitu saya permisi terlebih dulu." pamit Freya

"Tunggu, apakah kamu tidak ada ucapan terima kasih sedikitpun setelah kemarin saya menyelamatkanmu?" ucap Yesa menghentikan pergerakan Freya yang ingin membuka pintu ruangannya.

"Kan saya kemarin sudah bilang terima kasih kurang apa lagi sih, emang kurang ucapan terimakasih nya?"

"Tidak saya tidak butuh ucapan terima kasih yang seperti itu"

Freya menyatukan kedua alisnya saat mendengar jawaban Yesa "Terus saya harus mengucapkan terima kasih seperti apa lagi?"

"Makan siang atau makan malam dengan saya,"

"Oke"

Setelah mengucapkan itu Freya pun langsung keluar dari ruangannya bahkan dia sengaja untuk tidak memberi tahu kapan dan dimana akan bertemu.

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TIKTOK, INSTAGRAM DAN SEMUA SOSIAL MEDIA YANG KALIAN PUNYA SEKARANG.

follow tiktok di bio aku yaa bakal ada banyak spoiler tentang part part selanjutnya juga cerita baru aku yang masih dalam proses penulisan.

Salam manis dari Doramomon's.

AKROPHOBIA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang