"Aku berangkat dulu", melambai pada mbok Yayu dan Mbak Sarah dan mulai berangkat untuk sekolah.
Meregangkan tubuh merasakan hari ini lebih segar daripada kemarin, semalam setelah pulang dari kampus aku langsung tidur, menahan kantuk selama jam pelajaran kelas sungguh sangat menyiksa, untungnya aku tidak ketiduran.
Sekarang karena terasa lebih berenergi, aku agak bersemangat untuk sekolah, yah meskipun sedikit malas juga( ̄▽ ̄).
Melewati trotoar jalan sepanjang komplek menuju ke halte, terlihat deretan rumah dengan mobil terparkir didalamnya, meskipun aku juga memiliki satu dirumah, kenapa tidak memakai mobil saja daripada harus naik bus, yah alasannya karena aku tidak bisa mengendarainya, hanya terparkir di garasi tanpa pernah digunakan sekalipun, mungkin aku hanya masuk memencet beberapa tombol yang sedikit menarik habis itu langsung keluar dan tidak ada apa-apa lagi setelahnya, jadi hanya dijadikan sebuah pajangan saja.
Terlihat ada beberapa orang yang sedang bersiap siap untuk berangkat kerja, sekolah, ataupun ibu-ibu yang membersihkan halaman rumah, aku menyapa beberapa dari mereka ketika lewat.
Sampai di halte bus seperti kemarin itu cukup penuh meskipun tidak seperti sebelumnya, melihat kesana-kemari mencari si bagas siapa tau dia masih ada, dan tak butuh waktu lama ternyata dia ada disana berdiri menjulang diantara yang lainnya, uhh sungguh orang yang menonjol(¬▂¬).
Bergabung dengan mereka dan menunggu bus untuk datang, seperti biasa aku merasa gugup jika berdiri didekatnya.
Tak lama bus datang dan lagi-lagi aku harus kembali berdesakan dengan orang lain, mencoba untuk berdiri agak jauh darinya, berada didekat pintu agar lebih mudah untuk keluar, didepanku terdapat sebuah tiang pegangan jadi terasa lebih nyaman, melihat sekitar mendapati si bagas berada disamping agak belakang tapi itu cukup dekat, hah setidaknya tidak seperti kemarin.
Tidak apa Rei, tidak seperti kemarin sekarang aku tak terlalu terkejut dengan ini, hanya perlu mengatur nafas dengan benar dan jangan panik.
Saat sedang enak-enaknya menikmati pemandangan diluar jendela bus, terasa sebuah tangan beberapa kali menyenggol pahaku, pada awalnya kupikir itu hanya kebetulan, tapi mengapa orang ini terus melakukannya, sialan apa dia sengaja(o'皿′o), aku mencoba menutupi dengan tangan kiriku yang bebas, karena tangan satunya lagi sibuk berpegang pada besi untuk menjaga agar tubuhku tidak terdorong.
Orang ini tetap bersikeras melakukannya, ketika aku tutup dia pindah ke kaki satunya, mencoba mengibaskan tanganku beberapa kali mengusir tangannya untuk berhenti, tapi itu tidak berguna sama sekali, ugh bajingan ini, jika aku berhasil menangkapnya akan kuremas dia dengan sekuat tenaga sampai hancur.
Melihat kebelakang mencari siapa pelaku tapi terlalu banyak orang, mereka memiliki wajah polos biasa, tapi salah satunya pasti orang cabul, guhh tapi tidak mungkin juga aku memukul orang secara acak, juga disini terasa sangat sempit membuatku sulit bergerak.
Terus mengibaskan tanganku secara berulang terasa sangat pegal, hingga akhirnya tanganku kram dan berhenti melakukan itu, menyadari bahwa halangannya hilang si cabul itu mulai berani dari yang tadinya hanya menyentuh sekarang mulai mengusapnya.
Gahhh sial ini terasa sangat menjijikkan{>﹏<}, sekarang aku harus bagaimana, ingin rasanya marah dan mengamuk disini mencincang orang itu menghisapnya hingga kering terus membuangnya ditempat sampah.
Terasa taring ku tumbuh, kuku mulai memanjang dan besi yang ku cengkram sedikit agak penyok, ah tidak, bisa-bisa identitasku ketahuan jika terus seperti ini, aku harus tenang tapi bagaimana bisa tenang dalam situasi ini, semoga saja ada orang yang menyadarinya dan menghentikan orang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
General FictionRei seorang anak sma biasa, ia mempunyai sahabat dekat yang sudah ia anggap sebagai saudara. Suatu hari mereka mengadakan taruhan dan rei kalah sehingga ia mendapat hukuman untuk bermalam dirumah angker yang sudah terbengkalai selama berabad-abad. S...