C30

442 44 10
                                    

*.P.*

Setelah keluar dari tempat itu, hidupku terasa sangat kacau, linglung tanpa ada tujuan, memangnya apa lagi yang bisa dilakukan, semuanya telah diambil, orang tua, rumah, bahkan kehidupan sebagai manusia.

Jika kalian bertanya apa aku ini, entahlah, setelah dijadikan sebuah objek eksperimen oleh sekelompok ilmuwan gila, hidupku secara perlahan berubah, jika bukan karena hutang yang menumpuk, tidak mungkin aku akan setuju secara sukarela dengan itu.

Setiap hari mereka terus-menerus menyuntikkan obat, tidak tau obat jenis apa itu, tapi efek samping yang dirasakan setelahnya sangat mengerikan, tubuhku langsung kejang hebat, rasa sakit menyeruak terasa di setiap bagian, tidak ada yang bisa dilakukan untuk melawan dengan tangan dan kaki terikat, hanya bisa berteriak keras setiap kali merasakan rasa sakit.

Selama setahun, aku harus menjalani rangkaian eksperimen, disebuah ruangan gelap tanpa ada cahaya sedikitpun, ditemani dengan beberapa orang yang setiap saat mengecek perkembangannya, tanpa diberi makanan ataupun minuman, hanya transfusi darah yang diberikan setiap kali mereka selesai menyuntikkan obat.

Tidak tau bagaimana bisa aku sanggup hidup hanya dengan transfusi, namun yang mengejutkan itu bekerja, tenagaku seakan kembali lagi meskipun tanpa makan dan minum, jujur itu agak menakutkan, entah apa yang mereka lakukan padaku.

Hari itu, tanpa biasanya mereka para ilmuwan gila berkumpul disekitar ranjang yang kutempati, mengamati dengan fokus sambil membicarakan sesuatu, dari apa yang berhasil ku tangkap dari pembicaraan mereka, sepertinya eksperimen ini gagal dan mereka berniat membuang ku karena sudah tidak berguna lagi.

Malamnya, dalam keadaan tidak sadar aku dibawa entah kemana, terbangun disebuah hutan yang gelap seorang diri, tanpa ada apapun hanya sebuah pakaian pasien yang selama ini digunakan.

Kemarahan, kebencian, itulah yang kurasakan, ingin rasanya membalas dendam kepada mereka karena telah melakukan semua ini padaku, suatu hari jika ada kesempatan aku bersumpah akan membunuh mereka satu persatu.

Untuk saat ini, bertahan hidup adalah hal yang paling penting, menyusuri hutan yang gelap dan sunyi, berusaha berjalan meskipun dengan rasa lesu, dalam perjalanan aku membunuh beberapa hewan kecil untuk diambil darahnya, setelah apa yang sudah dilalui, kurasa ini adalah makananku untuk sekarang, dan itu terbukti dengan pulihnya tenaga.

Setelah beberapa hari berjalan, akhirnya bisa keluar dari hutan, sampai disebuah daerah pinggiran kota, terlihat kumuh dan kotor, berbeda dengan pusat kota yang megah, kurasa ini adalah tempat yang cocok untuk tinggal bagi gelandangan sepertiku, mungkin setelah berusaha untuk mendapatkan uang secara perlahan aku bisa mencari tempat yang pantas.

Tidak ada rumah untuk kembali, tidak ada orang yang akan menunggu kepulangan ku, hanya bisa bertahan hidup dengan usaha sendiri, dengan begini aku harus menata kembali hidup dari nol.

Dimulai dengan membangun sebuah rumah dari beberapa barang bekas seadanya, mungkin bisa dibilang lebih ke gubuk daripada rumah, setidaknya itu bisa menahan panas dan hujan.

Aku hanya bisa tersenyum kecut saat pertama kali melihatnya, sungguh ini terbalik 180° dengan hidupku yang dulu, bisa dibilang sebelumnya hidupku berkecukupan atau mungkin sangat cukup, tinggal dirumah mewah, kedua orang tua bekerja di perusahaan yang mereka bangun sendiri, tidak ada masalah dengan keuangan.

Memang takdir tidak ada yang tahu, kupikir akan terus hidup seperti itu, namun semua masalah bermula ketika kedua orang tuaku selalu pulang malam dengan keadaan depresi, itu terlihat sangat mengkhawatirkan, tapi mereka bilang tidak apa-apa, hanya lelah karena pekerjaan kantor saja, aku hanya bisa percaya dengan mereka berharap semuanya berjalan lancar.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang