C19

572 54 14
                                    

Pada akhirnya aku pulang bersama Dena dan Mikha naik mobilnya Bagas, sedangkan Davin menggunakan motornya membonceng Leon, awalnya Davin menawarkan untuk mengantarkan ku pulang bersama, yah aku sih tidak masalah dibandingkan harus pulang bersama si Bagas, itu pasti terasa canggung, tapi melihat wajah Leon yang malang tentu saja aku menolak(-_-), lihat wajah temanmu meskipun tampangnya sangar kesedihan bisa terlihat diwajahnya.

Selama perjalanan kami mengobrol kecil, obrolan gadis biasa yang sering mereka bahas jadi aku juga tidak terlalu memperhatikan, hanya diam saja memperhatikan jalan dan pemandangan kota pada malam hari, begitupun juga Bagas dia hanya diam sedari tadi.

Memikirkan kata Dena tadi, dia bilang bahwa Bagas tinggal di komplek yang sama denganku, itu berita yang mengejutkan, selama ini aku tidak tau seluk beluk tentangnya, kupikir dia dari golongan yang sama denganku, cih ternyata dia orang kaya, dengan menyembunyikan identitasnya apa dia pikir aku orang yang melihat harta ketika berteman, ukh ini membuatku kesal(>д<).

*...*

Setelah beberapa menit berkendara, kami berhenti disebuah perumahan komplek tempat Dena dan Mikha tinggal.

"Reina kami turun duluan", Kata Dena saat turun dari mobil,
"Kak Bagas tolong antarkan Reina sampai depan rumah, ingat jangan kelayapan dulu hihi".

Orang yang diminta hanya mengangguk tanpa berkata apapun, ukh setidaknya keluarkan beberapa kata dasar pelit(¬▂¬).

"Yah kalau begitu selamat malam Rei", Dena.

"Selamat malam Rei", Mikha.

"Emm, Selamat malam kalian, aku pergi dulu", setelah berkata demikian, mobil kembali melaju melanjutkan kembali perjalanan pulang.

Dalam perjalanan pulang, suasana yang tadinya ramai sekarang menjadi sepi, uwah( ̄  ̄|||), sungguh canggung, bagaimana ini, seharusnya aku tadi pulang saja dengan Davin, akh tidak, setelah terbayang wajah Leon pemikiran itu semua terhenti, mungkin lebih baik begini.

Eh tunggu sebentar, bukankah ini kesempatan bagus untuk berbicara dengannya, sial kenapa aku malah lupa, tapi dimana aku harus memulai,
'yo Bagas sebenarnya aku itu Reihan temanmu dulu, bagaimana kabarnya bro', gahh tidak mungkin seperti itu kan( ̄▽ ̄)/.

Melihat kearahnya yang hanya fokus berkendara, tanpa ada niatan untuk berbicara, akh orang ini percuma, ayolah kau sedang bersama seorang gadis cantik sekarang, apa begini sikapmu.

"Anu...", aku mencoba berbicara untuk mendapatkan perhatiannya, tapi dia hanya diam saja,
"Anuu...", kali ini lebih keras, tetap saja negatif,
"ANUU...", oy (´◣д◢'+) setidaknya respon agar aku tahu kau mendengarkan bodoh.

"Hahh", dia menghela nafas panjang,
"Katakan saja, aku mendengarnya".

Cih setidaknya bilang dari tadi,
"Anuu...emmm..ituu...", Ukh aku merasa sedikit gugup,
"Bagaimana harimu berjalan", uwahh pertanyaan macam apa ini njir.

Dia melirikku dengan tatapan seakan sedang melihat orang yang bodoh, tolong hentikan itu(ಥ﹏ಥ),
"Baik", hanya itu jawaban yang kudapat, kuh orang ini.

Aku langsung kehilangan minat untuk berbicara dasar bodoh, suasana kembali hening setelah percakapan pendek itu, jadi aku mengalihkan perhatian melihat sekeliling kabin mobil miliknya, ini terlihat sangat mewah, mercy kalau tidak salah tapi entahlah aku tidak terlalu tahu mengenai itu.

"Oh apa ini(●^o^●)", pandanganku tertuju pada gantungan boneka berbentuk bola basket yang tergantung dikaca,
"Wah kau masih saja menyimpannya", ini adalah hadiah yang kudapatkan dari lotre waktu SMP, karena tidak terlalu menyukai bentuknya aku memberikannya ke Bagas, tak ku sangka ini masih ada.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang