C26

495 43 7
                                    

Setelah adegan pengeroyokan itu aku segera membawa Davin yang masih dalam keadaan setengah sadar untuk pergi menuju rumah sakit, terdapat banyak luka sekujur tubuhnya bahkan ada beberapa sobekan akibat pukulan yang keras, cih mereka tidak menahan diri(-_-。) .

Jika saja aku langsung bertindak mungkin tidak akan berakhir seperti ini, tapi disatu sisi aku juga tidak bisa bertindak gegabah, bukan karena rasa takut melainkan untuk menjaga agar identitas tidak terbongkar, karakteristik vampir akan muncul jika terlalu emosional, dan tadi aku sangat marah sampai kehilangan diri, untungnya tidak terjadi kejadian yang lebih buruk.

Tidak tau apa reaksi orang lain mengenai vampir, ini sesuatu yang diluar nalar yang sulit diakui oleh akal sehat, bagaimana jika mereka menganggap ku monster atau bagaimana jika orang lain menjauhiku karena aneh, bahkan kejadian terburuknya jika publik tau adalah berakhir menjadi objek ekperimen, ukh membayangkannya saja membuatku ngeri ( >﹏< ).

Melihat kearah orang yang sedang berbaring di pangkuanku terpikir apa ini pilihan yang tepat, dia seperti ini karena keraguanku sendiri, tapi jika... Akhhhhh ini membuatku frustasi memikirkannya, itu sudah berlalu yang terpenting sekarang membawa Davin ke rumah sakit.

*...*

Setelah beberapa menit kami sampai didepan rumah sakit, segera para perawat datang dan membawanya keruang gawat darurat untuk segera diperiksa, aku menunggu didepan pintu dengan cemas berharap tidak ada sesuatu yang serius terjadi (///_-) .

Tak lama dokter keluar dari ruangan,
"Bagaimana keadaannya dok?", segera mendekat untuk bertanya tentang kondisinya.

"Apa ini dengan keluarga pak Davin", Dokter.

"Saya teman sekolahnya Dok".

Dokter itu mengangguk,
"Tidak ada yang serius terjadi, hanya perlu beberapa penanganan dan jahitan diarea luka, kondisinya sekarang sudah stabil mungkin besok pasien bisa pulang, kami akan memindahkannya keruang rawat inap, anda bisa menemuinya disana", jelas dokter.

Hah aku menghela nafas lega , syukurlah
"Terimakasih Dokter".

"Iya kalau begitu saya permisi", Dokter.

Setelah Davin selesai dipindahkan aku segera masuk untuk melihat, berjalan lebih dekat kearahnya lalu duduk disebuah kursi yang terdapat disisi ranjang, pandanganku terfokus pada orang yang sedang berbaring tak berdaya diatas kasur dengan lilitan perban menutupi luka.

Melihat dia seperti ini membuat perasaan menyesal muncul (,﹏,) , aku mengulurkan tangan untuk meraih lengannya,
"Maaf sudah membiarkanmu seperti ini, jika bukan karena keraguanku dan langsung bertindak, mungkin hasilnya akan berbeda", menggenggam lebih erat namun cukup lembut agar tidak menyakitinya.

Saat melihat kearah jam menunjukkan pukul 6, ini sudah hampir malam, karena panik aku sampai lupa waktu ( ̄ー ̄) , ingin pulang terlebih dahulu tapi tidak tega kalau-kalau dia terbangun tanpa ada seorangpun disisinya, yah mungkin kutunggu saja sampai dia bangun.

*.P.*

Cahaya masuk yang terasa sedikit agak terang saat aku mulai membuka mata, setelah beradaptasi beberapa saat, menyadari terbangun disebuah ruangan asing, dimana ini, pikiranku agak kacau sekarang.

Terakhir yang kuingat adalah menerjang sekelompok orang lalu dikeroyok sampai babak belur, dan sisanya aku tidak ingat, apa ini rumah sakit, melihat dikiri terdapat selang infus yang membuktikan dugaan ku, ah jika aku disini bagaimana dengan Reina.

Saat melihat arah kanan tepatnya disisi ranjang, terlihat sebuah bola merah, ukh tidak, itu sebuah rambut, tidak ada lagi orang yang memiliki rambut merah alami selain Reina, syukurlah dia terlihat baik-baik saja, tapi apa yang terjadi.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang