Keadaan saat ini sangat hening, tidak ada satupun yang mau berbicara sama sekali, aku masih agak kaget mengenai keberadaannya yang bisa ada disini, hanya diam karena bingung bagaimana harus bertindak untuk sekarang.
Melihat kearah subjek yang sedang duduk di kursi, lebih tepatnya kursi lantai, maaf saja, tidak ada kemewahan yang bisa ditawarkan di gubuk sederhana ini, tidak pernah ada orang lain sebelumnya yang pernah masuk kesini, jadi dia adalah orang pertama.
Dengan posisi berdiri, aku dapat memiliki pandangan superior diatasnya, mengamati dari atas sampai bawah dengan baik, terlihat masih mengenakan seragam kampus meskipun ini sudah malam, namun segera kutahu alasannya ketika menyadari terdapat beberapa kantong belanjaan yang cukup banyak disamping.
Ini pertama kalinya aku mengamati dia dengan jelas, entah kenapa membuatku sedikit terpana, bagaimana tidak, wajah cantik dan terlihat lugu yang membuat siapapun ingin melindungi kemurniannya, memiliki perawakan ideal dengan lekukan tepat pada setiap bagian, setiap lelaki pasti akan meneguk ludah ketika pertama kali melihatnya.
Ditambah karakteristik unik dengan mata dan rambut merah, itu hanya menambah saja kesan menawan yang dia miliki, semua perempuan pasti cemburu dengan berkahnya itu.
Disamping perawakannya, sifat mudah bergaul dengan orang lain, mau perempuan atau laki-laki, dia dapat dengan mudah berbaur bersama mereka, sangat berbanding terbalik denganku, memang kami memiliki sifat yang berlawanan, dan jujur aku sedikit iri.
Untuk orang yang disebut idola kampus, dia memang pantas mendapatkan gelar itu, namun menjadi idola kampus juga berarti menjadi pusat perhatian, untuk orang yang sedang menyembunyikan diri sepertiku, itu adalah hal yang paling merepotkan, dan kenapa dari semua orang, harus dia yang mengetahui ini, sungguh sial.
Disisi lain, dia terlihat sangat gugup, dengan duduk sambil merapatkan lutut ke badan, menggosok-gosokkan kedua tangan, dan sesekali dia melirik, namun berbalik ketika aku meliriknya kembali.
Dia terlihat seperti anak kecil yang sedang bermasalah, aku sedikit tersenyum mendapati hal ini sedikit agak lucu, tapi segera berhenti karena itu bukan sesuatu yang seharusnya dipedulikan untuk sekarang.
Kembali ke masalah tentang bagaimana menyelesaikan kejadian ini, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padanya.
Sedikit berdehem untuk mendapatkan perhatian sebelum memulai,
"Jadi... bagaimana bisa kau berada disini?".Reina akhirnya berani menatap mataku, ada jeda beberapa detik sebelum dia berbicara dengan agak ragu,
"Umm...aku mengikuti dari belakang saat tanpa sengaja bertemu denganmu"."Sejak kapan?", Tanyaku tegas.
"Sejak kau keluar dari hotel", dia berbicara sedikit berbisik.
Tunggu sebentar!! Hotel???, jika diikuti dari sana, apa itu berarti dia melihat semua yang terjadi saat aku bersama pelanggan, sial! sekarang nambah satu lagi masalah, padahal itu adalah hal yang paling tidak ingin orang lain tau, tapi,,,
"Bagaimana kau bisa tau itu aku?", Ini agak aneh, aku yakin wajahku cukup tertutup untuk bisa terekspos."Yah...
..
.
sebenarnya aku juga tidak yakin, hanya mengikuti insting", Reina tersenyum canggung sambil menggosok kedua tangan.Eh?, Jadi hanya karena insting dia sampai mengikuti ku sampai sini, cukup mengejutkan sekaligus agak aneh, orang yang terlindung sepertinya berani tanpa ragu ke daerah rawan seperti ini, hanya untuk mengikuti orang yang belum tentu, untungnya tidak terjadi apa-apa, tapi terimakasih pada insting bodohnya itu karena semua ini bisa terjadi.
"Anu...", Reina bergumam.
"Apa?", Aku mengalihkan perhatian kearahnya.
"A-ada sesuatu yang ingin kutanyakan", dia berbicara dengan gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
General FictionRei seorang anak sma biasa, ia mempunyai sahabat dekat yang sudah ia anggap sebagai saudara. Suatu hari mereka mengadakan taruhan dan rei kalah sehingga ia mendapat hukuman untuk bermalam dirumah angker yang sudah terbengkalai selama berabad-abad. S...