Hidupku hanya berisi gelap dan rasa takut.
---
Drrt drrt.
Fira merasakan ponselnya bergetar disaku celana jeansnya. Dengan gerakan sedikit malas Fira menarik ponselnya, ternyata ada sebuah pesan masuk. Gadis itu membuka pesan tersebut, mengernyit sebentar kemudian bersikap santai kembali.
"Dika chat gue, dia nanya kita jadi-kan ikut mereka besok?"
Valen bereaksi sangat cepat saat Fira mengucapkan nama Dika. Secepat kilat Valen sudah menyambar ponsel di tangan Fira, membuka kunci dan langsung membaca pesan yang paling atas. Dan ternyata benar, pesan itu dari kontak bernama Dika.
"Lo punya kontak Dika?" tanya Valen heran.
"Punya."
"Kenapa gak pernah bilang sama gue?" tanya Valen lagi, kali ini dengan sedikit mengeram.
"Lo gak pernah nanya," jawab Fira enteng, mengambil kembali ponselnya lalu memilih berbaring diranjang empuk Valen.
Valen mendengus mendengar jawaban Fira. Memang dirinya tak pernah bertanya, tapi seharusnya Fira kan harus memberitahukan kepadanya, berhubung Fira tahu bahwa ia menyukai Dika. Yah, meski tidak harus juga sih. Ah, sudahlah.
"Lo mau?" Kali ini Fira yang bertanya. Memandang serius pada Valen yang masih berdecak sebal.
"Apa?"
"Kontak Dika."
"Lo mau ngasih?" Valen ikut berbaring diranjang, sejajar dengan Fira sambil memeluk gulingnya.
Fira mengangguk, menarik guling Valen hingga terlepas dan memeluknya dengan erat agar tak kembali ditarik Valen. "Kalo lo mau," ucap Fira serius.
Valen menimang sejenak, antara menerima ataupun menolak. Namun dewi batinnya lebih memilih untuk opsi yang kedua. Valen menggeleng lemah. "Gausah, kalo mau gue minta sendiri aja sama orangnya."
Fira memilih diam.
"Jadi besok mereka jadi jemput kita disini?" tanya Valen.
"Jadi, makanya gue nginap disini malam ini, ya?"
"Lo bawa baju ganti?" Valen memejamkan mata, mengesek hidungnya dengan tangan karena gatal yang mengganggu.
"Bawa," ucap Fira sambil tangannya menarik sebuah tas berwarna biru yang terletak dimeja disamping ranjang, mengangkatnya tinggi-tinggi agar dilihat oleh Valen.
"Emang mereka mau ngapain sih di pantai? Dan kenapa mereka ngajak kita?" Valen meyuarakan pertanyaan yang sedari tadi wara-wiri di kepalanya. Melihat Fira yang hanya mengangkat bahu, Valen sadar bahwa pertanyaannya tak memiliki jawaban saat ini.
"Yaudah tidur sekarang udah jam sepuluh, supaya besok gak telat. "
Valen mengangguk, memejamkan matanya untuk mulai terbawa dalam alam mimpi. Begitupun Fira yang melakukan hal yang sama.
***
"Fira bilang mereka jadi ikut besok." Dika meletakkan kembali ponselnya keatas meja, mengambil sebuah buku yang tadi ia letakkan diatas pahanya lalu kembali membacanya.
Gariel tersenyum. "Sesuai rencana," ucapnya.
Dika ikut tertular senyum dari sang sahabat, namun mata dan tangannya terus bergerak membalik halaman buku dipangkuannya.
"Besok berangkat jam berapa?" tanya Dika.
"Jam tujuh."
Dika menutup buku ditangannya dengan sekali sentak. Menimbulkan suara yang cukup mengagetkan karena buku itu cukup tebal. Dengan tatapan membunuh, Dika melempar buku tebal itu kearah Gariel yang sedang duduk diatas ranjang kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN (SELESAI)
Teen Fiction"Jadiin gue pacar lo!" Valen membeku dalam keterkejutannya. Menunduk dalam. "Maksud kamu?!" "Jadiin gue pacar lo, kalau itu bisa menebus rasa bersalah," jawab Gariel enteng. --------------- Ini adalah kisah tentang mereka yang sama-sama tak menyadar...