(Disisi lain)
Gariel memandang tak minat pada orange juice yang sedari tadi hanya diaduk-aduknya itu. Cowok itu menutup sebelah sedotan minumannya dengan ujung jari telunjuk, membuat minuman yang ada didalamnya jadi tertahan dan tidak terjatuh. Gariel mengangkat sedotan itu setinggi hidungnya, dengan sedikit menengadah dan mulut terbuka cowok itu melepas ujung telunjuknya dari sedotan dan membuat cairan manis dari dalam sedotan mengalir dan terjatuh tepat kedalam mulutnya. Cowok itu nyengir lebar lalu kembali melakukan hal sama untuk kedua kalinya.
"Muka aja Lo dingin kayak es batu, kelakuan bocah!" Terdengar nada sindiran dari seseorang membuat Gariel yang sedang sibuk dengan pekerjaannya sendiri hanya memandang tak suka kearah orang tersebut.
"Suka-suka gue."
Dika hanya mendengus mendengarnya. Tidak benar-benar kesal akan jawaban dari sang lawan bicaranya itu. "Untung ganteng," ucap Dika pelan namun masih dapat ditangkap oleh indra pendengar Gariel yang memang peka.
"Btw, siap-siap aja lo dikejar-kejar si nenek lampir itu lagi selama sekolah disini. Percaya deh, gak akan tenang sekolah lo sebentar lagi." Wajah tampan Dika saat ini sangat menarik hati Gariel untuk menjajalkan tatakan gelas ke mulut pintarnya itu.
"Maksud lo si Enjel-enjel tadi? Udah kebal gue dari dulu dikejar-kejar sama cewek."
"Maklum lah orang ganteng emang gitu. Banyak yang ngantri." Kali ini giliran Dika yang ingin menjejalkan piring kotor bekas makanannya kewajah menjengkelkan yang minta dicium panci dapur itu. Dika memutar mata lalu mendengus.
"Gimana?" tanya Gariel tiba-tiba tanpa ada basa-basi.
Dika menaikkan sebelah alisnya karena belum mengerti kemana arah pertanyaan singkat Gariel itu akan berakhir. Ia masih sibuk meminum minuman kalengan yang kini berada ditangan kanannya. Dika meneguk minuman itu sekali teguk.
Merasa lawan bicaranya belum mengerti, Gariel kemudian sedikit memperjelas maksud pertanyaannya."Dia gimana?" tanyanya kemudian.
Dika mengangguk-anggukkan kepalanya mulai mengerti. Cowok itu meneguk sekali lagi minuman dingin itu dari tangannya lalu mulai berbicara. "Seperti yang lo liat, dia baik."
Gariel nampak belum puas mendengar jawaban itu, namun Dika sudah mengedarkan pandang kearah lain. Gariel mengikuti arah pandang Dika. Terpaku tepat pada sosok yang dicarinya itu. Gariel kembali menoleh kearah Dika.
"Jangan suka sama dia!" Nada suara Gariel tidak dibuat-buat. Matanya menatap awas kearah mata Dika.
Dika membelalak terkejut mendengar perkataan lirih dari hadapannya. Pandangan cowok didepannya itu jelas menunjukkan rasa takut, kecewa dan juga sedih diwaktu yang besamaan, dan Dika dapat melihat itu dengan jelas. Pandangan yang biasa menatap dingin orang lain itu sangat jelas nampak terluka.
Dika tersenyum menenangkan. "Gue gak akan pernah suka sama dia. Gue cuma mau menjaga milik sahabat gue."
Ya, Gariel dan Dika adalah sepasang sahabat. Keduanya telah bersahabat sejak kelas pertama Sekolah Dasar. Tak ada satupun yang menjadi rahasia diantara keduanya, baik itu masalah hati atau bukan. Suka dan duka selalu mereka bagi bersama.
Mereka tak sungkan untuk saling menjaga apa yang menjadi milik sahabatnya. Sepeti apa yang dilakukan Dika saat ini untuk sahabatnya. Sampai saat ini persahabatan mereka selalu terjaga, belum pernah mereka berselisih paham hingga menyebabkan persahabatan mereka retak. Ibarat sebuah berlian yang sangat berharga, begitulah arti persahabatan bagi mereka. Mengalah untuk sahabat bukan suatu hal yang tabu bagi mereka. Walau terkadang keduanya nampak acuh, namun sebenarnya hati mereka saling menjaga. Persahabatan mereka sejak kecil telah menjadi suatu ikatan yang terlalu kuat. Sekuat baja.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALEN (SELESAI)
Teen Fiction"Jadiin gue pacar lo!" Valen membeku dalam keterkejutannya. Menunduk dalam. "Maksud kamu?!" "Jadiin gue pacar lo, kalau itu bisa menebus rasa bersalah," jawab Gariel enteng. --------------- Ini adalah kisah tentang mereka yang sama-sama tak menyadar...